Sabtu, 12 Desember 2015

Laporan Pengujian Kadar Besi dalam Sayur Bayam dengan Metode AAS


Pengujian Kadar Besi dalam Sayur Bayam dengan Metode AAS



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
                        Bayam mempunyai kandungan Fe yang tinggi, yaitu 3.9 mg/100 g. Selain itu, bayam juga kaya serat, harganya murah, dan siklus pemanenannya sangat cepat (2 minggu), oleh karena itu produk yang dihasilkan dari penambahan bayam diharapkan memiliki kadar Fe yang tinggi, baik untuk dikonsumsi wanita menstruasi, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal yang tidak kalah penting adalah kandungan vitamin C bayam yang cukup tinggi, yaitu 80.0 mg/100 g. Vitamin C ini sangat penting untuk membantu reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Vitamin C ini juga membantu penyerapan zat besi 3–6 kali.[1]
1
 
            Kandungan logam berat dapat ditentukan dengan metode AAS. Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dan kadar logam berat dalam berbagai bahan, namun terlebih dahulu dilakukan tahap pendestruksi cuplikan. Pada metode destruksi basah dekomposisi sampel dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi asam tertentu ke dalam suatu bahan yang dianalisis. Asam-asam yang digunakan adalah asam-asam pengoksidasi seperti H2SO4, HNO3, H2O2, HClO4, atau campurannya. Pemilihan jenis asam untuk mendestruksi suatu bahan akan mempengaruhi hasil analisis.[2]
              Kandungan matriks atau ion-ion lain dapat mengganggu proses analisis logam berat dengan spektroskopi serapan atom. Metode perlakukan awal yang digunakan adalah metode destruksi yaitu dengan memutuskan ikatan unsur logam dengan komponen lain dalam matriks sehingga unsur tersebut berada dalam keadaan bebas kemudian dianalisis menggunakan AAS karena pengerjaannya cepat, sensitif, spesifik untuk unsur yang ditentukan, dan dapat digunakan untuk penentuan kadar unsur yang konsentrasinya sangat kecil tanpa harus dipisahkan terlebih dahulu.[3]
              Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah percobaan pengujian kadar besi dalam bayam dengan alat spektrofotometer serapan atom.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini yaitu berapa kandungan kadar besi dalam bayam dengan alat spektrofotometer serapan atom?

C.      Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kandungan kadar besi dalam bayam dengan alat spektrofotometer serapan atom.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Bayam
            Bayam merupakan tanaman yang memiliki morfologi yang berbeda-beda antar jenisnya. Bayam merupakan tanaman perdu dan tinggi kurang lebih 1,5 meter. Sistem perakarannya menyebar pada kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang karena termasuk tanaman berbiji keping dua. Batang bayam mengandung air dan tumbuh tinggi di atas permukaan tanah. Batang Amaranthus hybridus L. bercabang banyak dan dapat mengeras berkayu. Amaranthus gangeticus L. memiliki batang berwarna merah, sedangkan Amaranthus blitum L. dan Amaranthus spinosus L. memiliki batang berwarna kemerahan dan keras. Batang Amaranthus spinosus L. terdapat duri yang keluar dari buku-bukunya.[4]
Klasifikasi bayam merah yaitu sebagai berikut:[5]
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Caryophyllales
Famili              : Amaranthaceae
Genus              : Amaranthus
3
 
Spesies            : Amaranthus gangeticus L.
Klasifikasi bayam hijau yaitu sebagai berikut:[6]
Kingdom         : Plantae
Divis                : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Caryophyllales
Famili              : Amaranthaceae
Genus              : Amaranthus
Spesies            : Amaranthus spinosus L.

B.       Besi                     
            Fe (zat besi) merupakan mineral penting yang berperan dalam metabolisme tubuh. Fe berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin, vitamin A, sintesis purin dan kolagen, produksi antibodi, dan detoksifikasi obat-obatan dalam hati. Fe dalam tubuh secara otomatis diperbaharui oleh makanan. Namun bila kehilangan Fe tidak segera diganti, lama kelamaan akan terjadi defisiensi Fe yang mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu. Dalam urin, keringat, hasil pernafasan, dan feses yang diekskresikan manusia setiap hari terkandung sejumlah Fe. Melalui proses itulah terjadi kehilangan Fe dari tubuh. Total Fe yang hilang dari tubuh per hari mencapai 0.7–1.0 mg. Angka tersebut merupakan kisaran jumlah Fe yang hilang secara umum pada orang dewasa pria.[7]
            Logam berat masih termasuk golongan logam denagn kriteria-kriteria yang sama denagn logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan masuk kedalam tubuh organisme hidup. Sebagai contoh, bila unsur logam besi (Fe) masuk ke dalam tubuh, meski dalam jumlah berlebihan, biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap tubuh, karena unsur besi (Fe) dibutuhkan dalam darah untuk mengikat oksigen.[8]
            Kebutuhan orang dewasa akan besi diperkirakan antara 12 mg – 30 mg/ hari. Absorpsi (penyerapan) besi, seperti halnya kalsium ditentukan oleh berbagai faktor, misalnya besi yang terikat denag gugus porfirin, seperti dalam darah sedikit saja diabsorpsi. Buah-buahan dan sayur-sayuran mempunyai peranyang lebih besar dalam suplai besi daripada kalsium.[9]

C.      Spektrofotometer Serapan Atom
            Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom meloncat ke tingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi radiasi tersebut, dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi (absorbansi) atau mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan.[10]
            Analisis kadar unsur-unsur pengotor yang terkandung dalam larutan contoh dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA), dilakukan dengan cara mengalirkan larutan contoh ke dalam nyala, selanjutnya di dalam nyala akan terurai menjadi atom-atom bebas dari unsur yang dianalisis, dengan adanya sinar dari lampu katoda cekung yang mempunyai panjang gelombang yang sama dengan unsur yang dianalisis, maka akan terjadi penyerapan sinar oleh atom-atom unsur tersebut yang mengakibatkan atom-atom tersebut tereksitasi. Banyaknya sinar yang diserap oleh atom-atom tersebut berbanding lurus dengan konsentasi unsur dalam larutan cuplikan sehingga kadar unsur dalam contoh dapat diketahui.[11]
            Metode spektrofotometer serapan atom (AAS) berprinsip pada absorpsi cahaya oleh arom-atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.[12] Bila cahaya monokromatik maupun campuran jatuh atau masuk pada suatu medium yang homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu dan sisanya akan diteruskan.[13]
            Hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara spektrofotometer serapan ato (SSA). Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:[14]
                                                             I = Io . ea.b.c                                             (1)
atau,
                                                            Log I/Io = a.b.c                                          (2)
                                                            A = a.b.c
dengan:
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan.




D.      Destruksi
            Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda.[15]
            Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida. Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan selama beberapa hari, pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal, dalam usaha pengembangan metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.[16]
            Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.[17]   





















BAB III
METODE PERCOBAAN

A.      WaktudanTempat
Hari / Tanggal                  : Kamis/ 19 Juni  2014
Pukul                               : 08.00-12.00 WITA
Tempat                            : Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Sains dan    Teknologi UIN Alauddin Makassar.

B.       AlatdanBahan
1.      Alat
Alat yang digunakandalampercobaaniniyaitu seperangkat alat instrumen spektrofotometer serapan atom (SSA) varian AA240F, neraca analitik, hot plate, pipet skala 10 mL, labu takar 100 mL, gelas kimia 100 mL, corong, bulp, pipet tetes 3 mL, botol semprot, spatula dan batang pengaduk.
2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades (H2O), aqubides (H2O), aluminium foil, asam nitrat (HNO3) 65%, asam perklorat (HClO4) pekat, kertas saring whatman no.42, larutan induk Fe 1000 ppm, sampel sayur bayam waterone (H2O).









10
 
 
C.      Prosedur kerja
1.    Preparasi Sampel Bayam
Menimbang sampel bayam merah sebanyak 5 gram ke dalam gelas kimia 100 mL. Menimbang sampel bayam hijau sebanyak 5 gram ke dalam gelas kimia 100 mL. Menambahkan 20 mL aquabides (H2O), selanjutnya menambahkan 5 mL asam nitrat (HNO3) 65%. Melakukan pemanasan hingga larutan mendidih dan volumenya berkurang. Mendinginkan larutan dan menambahkan 1 mL asam perklorat (HClO4) pekat. Melanjutkan pemanasan kembali. Mendinginkan kembali larutan lalu melakukan penyaringan. Mengencerkan dengan aquades (H2O) dan menghomogenkannya.
2.      Pembuatan larutan baku besi (Fe) 100 ppm
Memipet 10 mL larutan induk besi (Fe) 1000 ppm ke dalam labu takar 100 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O).
3.      Pembuatan larutan standar besi (Fe)
              Memipet 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL larutan baku 100 ppm ke dalam 5 buah labu takar 100 mL. Mengencerkan masing-masing larutan dengan aquades (H2O) dan menghomogenkannya.
4.      Pengujian kadar besi (Fe) dengan AAS
             Menyalakan rangkaian sektrofotometer serapan atom. Mengeset  hollow cathode lamp. Memastikan alat sektrofotometer serapan atom telah tersambung dengan komputer. Menghubungkan alat sektrofotometer serapan atom dengan larutan standar dan sampel. Melakukan analisis larutan standar dan sampel. Mencatat nilai absorbansi dari masing-masing larutan. Membuat kurva absorbansi besi (Fe). Mencatat konsentrasi besi (Fe) dalam sampel dengan menggunakan ekstraporasi.



BAB IV
HASAIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Pembahasan
1.      Tabel pengamatan
Tabel. IV.1 Larutan standar
No.
Larutan
Konsentrasi(x) (ppm)
Absorbansi (y)
Panjanggelombang (λ) (nm)
1
Standar 1
0,5
0.0169
248.3
2
Standar2
1
0.0467
248.3
3
Standar3
2
0.1011
248.3
4
Standar4
3
0.1505
248.3
5
Standar5
4
0.2073
248.3

Tabel VI.2.Absorbansi


No.

Konsentrasi (x) (ppm)

Absorbansi(y)
x.y
x2
y2
1
0.5
0.0169
0.0085
0.25
0.0003
2
1
0.0467
0.0467
1
0.0022
3
2
0.1011
0.2022
4
0.0102
4
3
0.1505
0.4515
9
0.0227
5
4
0.2073
0.8292
16
0.0430
N=5
Σx= 10.5
Σy= 0.5225
Σx.y= 1.5381
Σx2= 30.25
Σ y2= 0.0783







12
 
 
Tabel VI.3 Pengamatan Sampel


No.
Sampel
Absorben
1
Bayam merah
0.2267
2
Bayam hijau
0.1976





2.      Analisis Data
a.       Persamaan garis linier
y = a + bx
b =

   =

  =

   =
   =
a = y rata-rata – b (x rata-rata)
   = 0.1045 – 0.054(2.1)
   = 0.1045 – 0.1134
 = -0.009
b.      Konsentrasi Besi (Fe)  dalam daun bayam merah
y = a + bx
0.2267 = -0.009 + 0.054x
0.2267+0.009 = 0.054x
0.2357 = 0.054x
         x =
         x = 4.3648
c.       Konsentrasi Besi (Fe)  dalam daun bayam hijau
y = a + bx
0.1976 = -0.009 + 0.054x
0.1976+0.009= 0.054x
0.2066=0.054x
         x=
        x= 3.8259
d.      Nilai regensi (R)

R2=

R2=

R2=

R2=

R2=

R2=
R2= 1



3.      Grafik
Grafik IV. 1 Hubungan Adsorbansi dan konsentrasi













B.       Pembahasan
            Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan kadar besi (Fe) yang terdapat pada bayam merah dan bayam hijau. Bayam merah dan bayam hijau yang akan diuji didestruksi dengan metode basah. Pengukuran kandungan besi dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Pertama-tama membuat larutan standar  dengan memipet larutan induk besi (Fe) 1000 ppm sebanyak 10 mL dan diencerkan dalam labu takar 100 mL. Memipet larutan baku besi (Fe) dengan voleme 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL untuk masing-masing 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm dan 4 ppm deret standar yang digunakan berbeda-beda bertujuan untuk membedakan adsorbansi dari masing-masing deret standar tersebut, kemudian mengimpitkan masing-masing larutan dengan untuk memperkecil konsetrasi dari larutan.
Pembuatan larutan sampel dilakukan dengan memotong kecil-kecil daun bayam meraj dan bayam hijau untuk memudahkan proses penghancuran pada saat didestruksi. Menambahkan waterone (H2O) untuk penetral dari larutan asam yang akan ditambahkan, ditambahkan asam nitrat (HNO3) berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan karena di dalam air, ion besi dapat mengalami hidrolisis dan membentuk Fe(OH)3 yang merupakan padatan, juga berfungsi sebagai pelarut untuk menghilangkan pengotor yang ada dalam sampel dan untuk mengikat dan mengomplekskan logam. Selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat terjadinya proses destruksi karena pada suhu tinggi destruksi berlangsung cepat, kemudian larutan didinginkan setelah munculnya uap putih yang menandakan perombakan senyawa organik telah berjalan. Menambahkan dengan asam perklorat (HClO4) untuk mendestruksi ulang atau melanjutkan perombakan senyawa organik yang belum terdestruksi oleh asam nitrat (HNO3) dan melanjutkan dengan memanaskan campuran larutan hingga sampel benar-benar hancur. Setelah didestruksi larutan yang didapatkan disaring sehingga dihasilkan larutan jernih berwarna kekuningan dan  diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi ini menandakan bahwa sampel telah terdestruksi secara sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik, mendinginkan dan menyaring larutan ke dalam labu takar dan selanjutnya mengencerkan untuk memperkecil konsentrasi lautannya.
Larutan yang telah diimpitkan di uji kadar besinya dengan alat spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 248,3 nm, dari kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,054x + 0,008 dengan R² = 0,999. Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat korelasi yang linier antara konsentrasi dan absorbansi, dan hampir semua titik terletak pada 1garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2 yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
 Nilai R2  kurva kalibrasi larutan sampel ditambahkan standar pada penelitian ini adalah 0,999, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1. Kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubung anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,054x + 0,008, dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 0,054 menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai 0,008 menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel didapatkan bayam merah sebesar 4,3468 gr dan bayam hijau 3,8259 gr. Menurut teori kandungan besi (Fe) dalam 100 gr bayam merah mempunyai kandungan besi (Fe) yang tinggi yaitu 7 gr dan bayam hijau sebesar 3 gr, dimana percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori dapat disebabkan karena faktor lingkungan diantaranya yaitu tempat tumbuhnya bayam dan tempat pemasaran bayam tersebut yang kurang baik sehingga mengurangi kadar besi (Fe) yang terkandung didalamnya.














BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar besi (Fe) dalam sampel bayam dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom yaitu sampel bayam merah mengandung kadar besi (Fe) sebesar 4,3468 gr dan sampel bayam hijau  sebesar 3,8259 gr.

B.     Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk percobaan selajutnya yaitu pada percobaan berikutnya dilakukan uji kandungan  besi pada batang bayam.











19
 

 

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, Muchidin. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Alumni, 1984.
Basset, J., dkk.  Anorganic Analysis Including Elementary instrumental Analysis, terj. A. Hadyana Pudjaatmaka. Kimia Analisis Kuantitatif anorganik . Jakarta: Erlangga,2007.
Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir ISSN 1978-0176 (5 November 2009), h. 566-572.
Fatimah, Siti. “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Anemia” Skripsi (Malang: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009), h. 1-94.
Khopkar, S. M. Basic Concepts of analytical Chemistry, terj. A. Saptorahardjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 2008.
Kristianingrum, Susila. “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian 1, No. 2 (2 Juni 2012 ), h. 1-11
Kuswardhani, Dian Sukma, Yaniasih dan Bot Pranadi. “Fortifikasi Fe Organik Dari Bayam (Amaranthus Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk Wanita Menstruasi”  Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi 1 No. 3 (2002), h. 1-9.
Palar,Haryando. Pencemaran dan Toksikologi Logan Berat. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
.






LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Pengujian Kadar Besi dalam Sayur Bayam dengan Metode AAS” yang disusun oleh:
Nama               : Riskayanti
Nim                 : 60500112028
Kelompok       : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan diterima.
         Samata,         Juni  2014
Koordinator Asisten                                                                        Asisten

Nur Amalia P.                                                                         Siti Hardiyanti R. L   
                                                                                                NIM: 60500110040   

Mengetahui,
Dosen  Penanggung Jawab



Syamsidar HS, S.T., M.Si
NIP: 19760330 200912 2 002






[1]Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih dan Bot Pranadi, “Fortifikasi Fe Organik Dari Bayam (Amaranthus Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk Wanita Menstruasi”  Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi 1 No. 3 (2002), h. 2.
[2]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian 1, No. 2 (2 Juni 2012 ), h. 2.
[3]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 2-3.

[4]Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Anemia” Skripsi (Malang: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009), h. 21-22.
[5]Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Anemia, h. 21-22.

[6]Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Anemia”, h. 21-22.
[7]Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih dan Bot Pranadi, “Fortifikasi Fe Organik Dari Bayam (Amaranthus Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk Wanita Menstruasi”  Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, h. 1.
[8]Haryando palar, Pencemaran dan Toksikologi Logan Berat (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 23.
[9]Muchidin Apandi, Teknologi Buah dan Sayur (Bandung: Alumni, 1984), h. 27.
[10]Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir ISSN 1978-0176 (5 November 2009), h. 566.
[11]Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir, h. 566.
[12]S. M. Khopkar, Basic Concepts of analytical Chemistry, terj. A. Saptorahardjo, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 2008), h. 288.
[13]J. Basset dkk, Anorganic Analysis Including Elementary instrumental Analysis, terj. A. Hadyana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif anorganik (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 812.
[14]Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir, h. 566.

[15]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4.
[16]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
[17]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar