Pengujian Kadar Besi dalam Sayur Bayam
dengan Metode AAS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bayam mempunyai kandungan Fe
yang tinggi, yaitu 3.9 mg/100 g. Selain itu, bayam juga kaya serat, harganya
murah, dan siklus pemanenannya sangat cepat (2 minggu), oleh karena itu produk
yang dihasilkan dari penambahan bayam diharapkan memiliki kadar Fe yang tinggi,
baik untuk dikonsumsi wanita menstruasi, dan dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat. Hal yang tidak kalah penting adalah kandungan vitamin C
bayam yang cukup tinggi, yaitu 80.0 mg/100 g. Vitamin C ini sangat penting
untuk membantu reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga lebih
mudah diserap oleh tubuh. Vitamin C ini juga membantu penyerapan zat besi 3–6
kali.[1]
|
Kandungan matriks atau ion-ion
lain dapat mengganggu proses analisis logam berat dengan spektroskopi serapan
atom. Metode perlakukan awal yang digunakan adalah metode destruksi yaitu
dengan memutuskan ikatan unsur logam dengan komponen lain dalam matriks
sehingga unsur tersebut berada dalam keadaan bebas kemudian dianalisis
menggunakan AAS karena pengerjaannya cepat, sensitif, spesifik untuk unsur yang
ditentukan, dan dapat digunakan untuk penentuan kadar unsur yang konsentrasinya
sangat kecil tanpa harus dipisahkan terlebih dahulu.[3]
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka dilakukanlah percobaan pengujian kadar besi dalam bayam dengan
alat spektrofotometer serapan atom.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam percobaan ini yaitu berapa kandungan kadar besi dalam bayam
dengan alat spektrofotometer serapan atom?
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu
untuk mengetahui kandungan kadar besi dalam bayam dengan alat spektrofotometer serapan
atom.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayam
Bayam merupakan tanaman yang
memiliki morfologi yang berbeda-beda antar jenisnya. Bayam merupakan tanaman
perdu dan tinggi kurang lebih 1,5 meter. Sistem perakarannya menyebar pada
kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang karena termasuk tanaman berbiji
keping dua. Batang bayam mengandung air dan tumbuh tinggi di atas permukaan
tanah. Batang Amaranthus hybridus L. bercabang banyak dan dapat mengeras
berkayu. Amaranthus gangeticus L. memiliki batang berwarna merah,
sedangkan Amaranthus blitum L. dan Amaranthus spinosus L.
memiliki batang berwarna kemerahan dan keras. Batang Amaranthus spinosus L.
terdapat duri yang keluar dari buku-bukunya.[4]
Klasifikasi bayam merah yaitu sebagai
berikut:[5]
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
|
Klasifikasi bayam hijau yaitu sebagai
berikut:[6]
Kingdom : Plantae
Divis : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus L.
B.
Besi
Fe
(zat besi) merupakan mineral penting yang berperan dalam metabolisme tubuh. Fe
berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin, vitamin A, sintesis purin dan kolagen,
produksi antibodi, dan detoksifikasi obat-obatan dalam hati. Fe dalam tubuh
secara otomatis diperbaharui oleh makanan. Namun bila kehilangan Fe tidak
segera diganti, lama kelamaan akan terjadi defisiensi Fe yang mengakibatkan
metabolisme tubuh terganggu. Dalam urin, keringat, hasil pernafasan, dan feses
yang diekskresikan manusia setiap hari terkandung sejumlah Fe. Melalui proses
itulah terjadi kehilangan Fe dari tubuh. Total Fe yang hilang dari tubuh per
hari mencapai 0.7–1.0 mg. Angka tersebut merupakan kisaran jumlah Fe yang
hilang secara umum pada orang dewasa pria.[7]
Logam berat masih termasuk golongan
logam denagn kriteria-kriteria yang sama denagn logam-logam lain. Perbedaannya
terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan masuk
kedalam tubuh organisme hidup. Sebagai contoh, bila unsur logam besi (Fe) masuk
ke dalam tubuh, meski dalam jumlah berlebihan, biasanya tidaklah menimbulkan
pengaruh yang buruk terhadap tubuh, karena unsur besi (Fe) dibutuhkan dalam
darah untuk mengikat oksigen.[8]
Kebutuhan
orang dewasa akan besi diperkirakan antara 12 mg – 30 mg/ hari. Absorpsi
(penyerapan) besi, seperti halnya kalsium ditentukan oleh berbagai faktor,
misalnya besi yang terikat denag gugus porfirin, seperti dalam darah sedikit
saja diabsorpsi. Buah-buahan dan sayur-sayuran mempunyai peranyang lebih besar
dalam suplai besi daripada kalsium.[9]
C.
Spektrofotometer
Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom adalah
suatu metode analisis untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu
cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom
yang berada pada tingkat energi dasar (ground
state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang
spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan
atom penyerap tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom meloncat ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding
dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi
radiasi tersebut, dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi (absorbansi) atau
mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi unsur di
dalam cuplikan dapat ditentukan.[10]
Analisis kadar unsur-unsur pengotor yang
terkandung dalam larutan contoh dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan
atom (SSA), dilakukan dengan cara mengalirkan larutan contoh ke dalam nyala, selanjutnya
di dalam nyala akan terurai menjadi atom-atom bebas dari unsur yang dianalisis,
dengan adanya sinar dari lampu katoda cekung yang mempunyai panjang gelombang
yang sama dengan unsur yang dianalisis, maka akan terjadi penyerapan sinar oleh
atom-atom unsur tersebut yang mengakibatkan atom-atom tersebut tereksitasi.
Banyaknya sinar yang diserap oleh atom-atom tersebut berbanding lurus dengan
konsentasi unsur dalam larutan cuplikan sehingga kadar unsur dalam contoh dapat
diketahui.[11]
Metode spektrofotometer serapan atom
(AAS) berprinsip pada absorpsi cahaya oleh arom-atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.[12]
Bila cahaya monokromatik maupun campuran jatuh atau masuk pada suatu medium yang
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam
medium itu dan sisanya akan diteruskan.[13]
Hukum Lambert-Beer yang menjadi
dasar dalam analisis kuantitatif secara spektrofotometer serapan ato (SSA).
Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:[14]
I = Io . ea.b.c (1)
atau,
Log I/Io = a.b.c (2)
A = a.b.c
dengan:
A
= absorbansi, tanpa dimensi
a
= koefisien serapan, L2/M
b
= panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c
= konsentrasi, M/L3
Io
= intensitas sinar mula-mula
I
= intensitas sinar yang diteruskan.
D. Destruksi
Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan
senyawa menjadi unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini
disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk
logam-logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam
ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida
kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau
pendestruksian yang berbeda.[15]
Destruksi basah adalah perombakan
sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi
dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk
destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam
klorida. Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran.
Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan
destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut
sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik.
Senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang
stabil dan disimpan selama beberapa hari, pada umumnya pelaksanaan kerja
destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal, dalam usaha pengembangan
metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.[16]
Destruksi
kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel menjadi logam-logam
anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan
suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu
pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada
jenis sampel yang akan dianalisis.[17]
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A.
WaktudanTempat
Hari / Tanggal : Kamis/ 19 Juni 2014
Pukul : 08.00-12.00
WITA
Tempat : Laboratorium Kimia
Anorganik Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar.
B.
AlatdanBahan
1. Alat
Alat
yang digunakandalampercobaaniniyaitu seperangkat alat instrumen
spektrofotometer serapan atom (SSA) varian AA240F, neraca analitik, hot plate,
pipet skala 10 mL, labu takar 100 mL, gelas kimia 100 mL, corong, bulp, pipet
tetes 3 mL, botol semprot, spatula dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades (H2O), aqubides (H2O),
aluminium foil, asam nitrat (HNO3) 65%, asam perklorat (HClO4)
pekat, kertas saring whatman no.42, larutan induk Fe 1000 ppm, sampel sayur
bayam waterone (H2O).
|
C.
Prosedur kerja
1. Preparasi Sampel Bayam
Menimbang sampel bayam merah sebanyak 5 gram ke dalam gelas kimia 100 mL. Menimbang sampel bayam hijau sebanyak 5 gram ke dalam gelas kimia 100 mL. Menambahkan 20 mL aquabides (H2O), selanjutnya menambahkan 5 mL asam nitrat (HNO3) 65%. Melakukan pemanasan hingga larutan
mendidih dan volumenya berkurang. Mendinginkan
larutan dan menambahkan 1 mL asam perklorat (HClO4) pekat. Melanjutkan
pemanasan kembali. Mendinginkan
kembali larutan lalu melakukan penyaringan.
Mengencerkan dengan aquades (H2O)
dan menghomogenkannya.
2.
Pembuatan
larutan baku besi (Fe) 100 ppm
Memipet 10 mL
larutan induk besi (Fe) 1000 ppm ke
dalam labu takar 100 mL. Mengencerkan
dengan aquabides (H2O).
3.
Pembuatan
larutan standar besi (Fe)
Memipet 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan
5 mL larutan baku 100 ppm ke dalam 5 buah labu takar 100 mL. Mengencerkan
masing-masing larutan dengan aquades (H2O)
dan menghomogenkannya.
4.
Pengujian
kadar besi (Fe) dengan AAS
Menyalakan rangkaian
sektrofotometer serapan atom. Mengeset
hollow cathode lamp. Memastikan alat sektrofotometer serapan atom telah
tersambung dengan komputer. Menghubungkan alat sektrofotometer serapan atom
dengan larutan standar dan sampel. Melakukan analisis larutan standar dan
sampel. Mencatat nilai absorbansi dari masing-masing larutan. Membuat kurva
absorbansi besi (Fe). Mencatat konsentrasi besi (Fe) dalam sampel dengan
menggunakan ekstraporasi.
BAB IV
HASAIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pembahasan
1.
Tabel
pengamatan
Tabel.
IV.1 Larutan standar
No.
|
Larutan
|
Konsentrasi(x)
(ppm)
|
Absorbansi
(y)
|
Panjanggelombang
(λ) (nm)
|
1
|
Standar
1
|
0,5
|
0.0169
|
248.3
|
2
|
Standar2
|
1
|
0.0467
|
248.3
|
3
|
Standar3
|
2
|
0.1011
|
248.3
|
4
|
Standar4
|
3
|
0.1505
|
248.3
|
5
|
Standar5
|
4
|
0.2073
|
248.3
|
Tabel
VI.2.Absorbansi
No.
|
Konsentrasi
(x) (ppm)
|
Absorbansi(y)
|
x.y
|
x2
|
y2
|
1
|
0.5
|
0.0169
|
0.0085
|
0.25
|
0.0003
|
2
|
1
|
0.0467
|
0.0467
|
1
|
0.0022
|
3
|
2
|
0.1011
|
0.2022
|
4
|
0.0102
|
4
|
3
|
0.1505
|
0.4515
|
9
|
0.0227
|
5
|
4
|
0.2073
|
0.8292
|
16
|
0.0430
|
N=5
|
Σx= 10.5
|
Σy=
0.5225
|
Σx.y= 1.5381
|
Σx2= 30.25
|
Σ y2= 0.0783
|
|
Tabel
VI.3 Pengamatan Sampel
No.
|
Sampel
|
Absorben
|
1
|
Bayam merah
|
0.2267
|
2
|
Bayam hijau
|
0.1976
|
2.
Analisis
Data
a.
Persamaan garis linier
y
= a + bx
b =
=
=
=
=
a = y rata-rata – b (x
rata-rata)
= 0.1045 – 0.054(2.1)
= 0.1045 – 0.1134
= -0.009
b.
Konsentrasi Besi (Fe) dalam daun bayam merah
y = a + bx
0.2267 = -0.009
+ 0.054x
0.2267+0.009 =
0.054x
0.2357 = 0.054x
x =
x = 4.3648
c.
Konsentrasi Besi (Fe) dalam daun bayam hijau
y = a + bx
0.1976 = -0.009
+ 0.054x
0.1976+0.009=
0.054x
0.2066=0.054x
x=
x= 3.8259
d.
Nilai regensi (R)
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
R2= 1
3.
Grafik
Grafik
IV. 1 Hubungan Adsorbansi dan konsentrasi
B.
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk
menentukan kandungan kadar besi (Fe) yang terdapat pada bayam merah dan bayam
hijau. Bayam merah dan bayam hijau yang akan diuji didestruksi dengan metode
basah. Pengukuran kandungan besi dilakukan dengan menggunakan Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS).
Pertama-tama membuat larutan standar dengan memipet larutan induk besi (Fe) 1000
ppm sebanyak 10 mL dan diencerkan dalam labu takar 100 mL. Memipet larutan baku
besi (Fe) dengan voleme 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL untuk masing-masing 0,5
ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm dan 4 ppm deret standar yang digunakan berbeda-beda
bertujuan untuk membedakan adsorbansi dari masing-masing deret standar
tersebut, kemudian mengimpitkan masing-masing larutan dengan untuk memperkecil
konsetrasi dari larutan.
Pembuatan larutan sampel dilakukan
dengan memotong kecil-kecil daun bayam meraj dan bayam hijau untuk memudahkan
proses penghancuran pada saat didestruksi. Menambahkan waterone (H2O) untuk penetral
dari larutan asam yang akan ditambahkan, ditambahkan asam
nitrat (HNO3) berfungsi untuk
mencegah terjadinya endapan karena di dalam air, ion besi dapat mengalami
hidrolisis dan membentuk Fe(OH)3 yang merupakan padatan,
juga berfungsi sebagai pelarut untuk menghilangkan pengotor yang ada dalam
sampel dan untuk mengikat dan mengomplekskan logam. Selanjutnya
dipanaskan untuk mempercepat terjadinya proses destruksi karena pada suhu
tinggi destruksi berlangsung cepat, kemudian larutan didinginkan setelah
munculnya uap putih yang menandakan perombakan senyawa organik telah berjalan.
Menambahkan dengan asam perklorat (HClO4) untuk mendestruksi ulang
atau melanjutkan perombakan senyawa organik yang belum terdestruksi oleh asam
nitrat (HNO3) dan melanjutkan dengan memanaskan campuran larutan
hingga sampel benar-benar hancur. Setelah didestruksi larutan yang didapatkan disaring sehingga
dihasilkan larutan jernih berwarna kekuningan dan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi ini menandakan bahwa sampel telah terdestruksi secara
sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut
sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik,
mendinginkan dan menyaring larutan ke dalam labu takar dan selanjutnya
mengencerkan untuk memperkecil konsentrasi lautannya.
Larutan yang telah diimpitkan di uji
kadar besinya dengan alat spektrofotometer serapan atom dengan panjang
gelombang 248,3 nm, dari kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa,
persamaan garis yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dan absorbansi
yaitu y = 0,054x + 0,008 dengan R² = 0,999. Kelayakan suatu kurva kalibrasi
diuji dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien
korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi
larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat korelasi
yang linier antara konsentrasi dan absorbansi, dan hampir semua titik terletak
pada 1garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2 yang baik
terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤
1.
Nilai R2
kurva kalibrasi larutan sampel ditambahkan standar pada penelitian ini
adalah 0,999, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva
kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤
1. Kurva kalibrasi dapat diketahui
bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubung anantara konsentrasi dan absorbansi
yaitu y = 0,054x + 0,008, dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah
konsentrasi. Nilai 0,054 menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai 0,008
menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan
mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel didapatkan bayam
merah sebesar 4,3468 gr dan bayam hijau 3,8259 gr. Menurut teori kandungan besi
(Fe) dalam 100 gr bayam merah mempunyai
kandungan besi (Fe) yang tinggi yaitu 7 gr dan bayam hijau sebesar 3 gr, dimana
percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori dapat disebabkan karena
faktor lingkungan diantaranya yaitu tempat tumbuhnya bayam dan tempat pemasaran
bayam tersebut yang kurang baik sehingga mengurangi kadar besi (Fe) yang
terkandung didalamnya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari
percobaan ini adalah kandungan kadar besi (Fe) dalam sampel bayam dengan
menggunakan alat spektrofotometer serapan atom yaitu sampel bayam merah
mengandung kadar besi (Fe) sebesar 4,3468
gr dan sampel bayam hijau sebesar 3,8259
gr.
B.
Saran
Saran yang dapat
disampaikan untuk percobaan selajutnya yaitu pada percobaan berikutnya
dilakukan uji kandungan besi pada batang
bayam.
|
DAFTAR PUSTAKA
Apandi,
Muchidin. Teknologi Buah dan Sayur.
Bandung: Alumni, 1984.
Basset,
J., dkk. Anorganic Analysis Including Elementary instrumental Analysis,
terj. A. Hadyana Pudjaatmaka. Kimia
Analisis Kuantitatif anorganik . Jakarta: Erlangga,2007.
Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe,
Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir ISSN
1978-0176 (5 November 2009), h. 566-572.
Fatimah, Siti. “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi
(Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Anemia” Skripsi (Malang:
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009), h. 1-94.
Khopkar,
S. M. Basic Concepts of analytical
Chemistry, terj. A. Saptorahardjo, Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 2008.
Kristianingrum,
Susila. “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar
Nasional Penelitian 1, No. 2 (2
Juni 2012 ), h. 1-11
Kuswardhani, Dian Sukma, Yaniasih dan Bot Pranadi. “Fortifikasi Fe Organik Dari Bayam (Amaranthus
Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk Wanita Menstruasi” Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi 1 No. 3 (2002), h. 1-9.
Palar,Haryando.
Pencemaran dan Toksikologi Logan Berat.
Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
.
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Pengujian Kadar Besi dalam Sayur Bayam
dengan Metode AAS” yang disusun oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten
dan dinyatakan diterima.
Samata, Juni
2014
Koordinator Asisten
Asisten
Nur Amalia P. Siti Hardiyanti R. L
NIM: 60500110040
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Syamsidar HS, S.T., M.Si
NIP: 19760330
200912 2 002
[1]Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih dan Bot
Pranadi, “Fortifikasi Fe Organik Dari
Bayam (Amaranthus Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk
Wanita Menstruasi” Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi 1 No.
3 (2002), h. 2.
[2]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian 1, No. 2 (2 Juni 2012 ), h. 2.
[3]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h. 2-3.
[4]Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi
(Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Anemia” Skripsi (Malang:
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009), h. 21-22.
[5]Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi
(Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Anemia, h. 21-22.
[6]Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi
(Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Anemia”, h. 21-22.
[7]Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih dan Bot
Pranadi, “Fortifikasi Fe Organik Dari
Bayam (Amaranthus Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk
Wanita Menstruasi” Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, h. 1.
[8]Haryando palar, Pencemaran dan Toksikologi Logan Berat
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 23.
[9]Muchidin Apandi, Teknologi Buah dan Sayur (Bandung:
Alumni, 1984), h. 27.
[10]Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe,
Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir ISSN
1978-0176 (5 November 2009), h. 566.
[11]Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe,
Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir, h.
566.
[12]S. M. Khopkar, Basic Concepts of analytical Chemistry,
terj. A. Saptorahardjo, Konsep Dasar
Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 2008), h. 288.
[13]J. Basset dkk, Anorganic Analysis Including Elementary
instrumental Analysis, terj. A. Hadyana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif anorganik (Jakarta: Erlangga, 2007), h.
812.
[14]Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe,
Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir, h.
566.
[15]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h. 4.
[16]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h.
4-5.
[17]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h.
4-5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar