Sabtu, 12 Desember 2015

Laporan Kromatografi Lapis Tipis(KLT)

Kromatografi Lapis Tipis(KLT)


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu terdiri atas : kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas cair (KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).[1]
1
Tinta adalah bahan berwarna yang mengandung pigmenwarna yang digunakan untuk mewarnai suatu permukaan. Tinta bersama pena dan pensil digunakan untuk menulis dan menggambar. Tinta merupakan sebuah media yang sangat kompleks, berisikan pelarut, pigmen, celupan, resin dan pelumas, sollubilizer (semacam senyawa yang membentuk ion-ion polimer polar dengan resin tahan air). Selain itu, ada surfaktan yang merupakan unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari sebuah cairan yang memungkinkan penyebaran dengan mudah, surfaktan juga menurunkan tekanan antar permukaan antara dua cairan). Dalam tinta juga terdapat materi-materi partikuler, pemijar, dan material-material lainnya. Komponen-komponen tinta tersebut menjalankan banyak fungsi seperti unsur pembawa tinta, pewarna, dan bahan-bahan tambahan lainnya yang digunakan untuk mengatur aliran, ketebalan, dan bentuk tinta ketika kering..[2]
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukanlan percobaan tentang kromatografi kertas untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode pemisahan kromatografi lapis tipis dan mengetahui pigmen warna dalam tinta.

B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.        Bagaimanakah cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis(KLT) ?
2.        Bagaimana cara pemisahan pigmen warna dari tinta dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) ?

C.  Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
2.        Untuk mengetahui cara pemisahan pigmen warna dari tinta dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT).




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi cair-padat pada umumnya sangat cocok untuk                  cuplikan-cuplikan  yang  larut dalam pelaut nonpolar dan kurang larut yang mengandung air seperti yang digunakan dalam kromatografi partisi fasa terikat. Kromatografi partisi, senyawa-senyawa dengan perbedaan jenis dan jumlah gugus fungsi biasanya dipisahkan. Kehebatan kromatografi partisi, yang tidak dimiliki oleh metode lain, metode lain adalah kemampuan untuk memisahkan isomer. Perbandingan seelektivitas kromatografi partisi dengan adsorbsi untuk beberapa analit. Terlihat bahwa, bahwa resolusi homolog dan benzolog umumnya lebih baik dengan kromatografi partisi fasa terbalik. Akan tetapi, pemisahan isomer-isomer biasanya lebih baik dengan menggunakan  kromatografi adsorbsi[3]
Kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi diferensial komponen sampel di antara dua fasa, yaitu fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobil phase). Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut.[4]
3
 
            Pemisahan dan pemurnian suatu bahan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari beberapa teknik kromatografi ataupun menggunakan gabungan teknik-teknik tersebut. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar tergantung pada sifat kelarutan dan keatsirian senyawa yang akan terpisah.[5]
 Kromatografi adsorpsi diperkenalkan oleh Kuch dan ledere pada tahun 1931. Metode ini dibangun untuk analisis biokimia dan organik, teknik pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan kolom. Sebagai fasa diam dalam kolom dapat digunakan silika ataupun alumina[6]
Kromaografi lapis tipis mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kertas diganti dengan kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis absorben seperti alumina, silika gel, selulosa ataupu material lainnya. kromatografi lapis tipis boleh ulang (reproduksibel) dari pada kromatografi kertas[7]
Campuran sampel diteteskan pada kertas dan batas migrasi pelarut ditandai. Setelah kertas dikeringkan, posisi senyawa-senyawa yang ada dalam campuran sampel dapat dilihat dengan reaksi pewarnaan yang sesuai. Rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang ditempuh oleh pelarut disebut nilai Rf (retention factor) dan nilainya kurang lebih konstan untuk senyawa tertentu, sistem pelarut dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat terlarut, suhu dan pH yang terkontrol dengan baik. Nilai Rf  berhubungan dengan koefisien partisi α:[8]

            α =
Al : Daerah pembatas fasa cair dan
As : Daerah pembatas fasa diam padat
Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan dalam keserbagunaan, kecepatan, dan kepekaannya dibandingkan dengan kromatografi kertas. Keserbagunaan kromatografi lapis tipis disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping selulosa, sejumlah penjerap berbeda-beda dapat disamputkan pada plat kaca atau penyangga  lain dan digunakan untuk kromatografi. Walaupun silika gel paling banyak digunakan untuk kromatografi jenis ini, lapisan lain juga dapat digunakan seperti alumunium oksida, kalsium hidroksida, damar penukar ion, magnesium fosfat, selulosa dan campuran dua bahan atau lebih[9]
Kekurangan dari kromatografi lapis tipis ialah kerja penyaputan pelat kaca dengan penjerap. Kerja ini kemudian agak diringankan dengan adanya penyaput otomatis. Meski begitu, dengan menggunakan alat itu tetap diperlukan tindakan pencegahan tertentu. Pelat kaca harus dibersihkan dengan hati-hati menggunakan aseton untuk menghilangkan lemak. Kemudin bubur silika gel (penjerap) dalam air harus dikoncok dengan kuat  terlebih dahulu sebelum penyabutan. Tergantung pada ukuran penjerap, mungkin harus ditambahkan kalsium sulfat semihidrat (15%) untuk membantu melekatkan penjerap pada pelat kaca. Selanjutnya plat kaca harus dikeringkan dalam suhu kamar dan kemudian diaktifkan dengan pemanasan  dalam tanur pada 100-110oC selama 30 menit. Pada beberapa pemisahan biasanya akan menguntungkan bila sifat penjerap diubah dengan menambahkan garam organik (misalnya perak nitrat untu kromatografi lapis tipis pemerakan) dan hal ini yang paling baik dikerjakan ketika plat sedang disaput. Alasan lain masih digunakan plat yang disaput sendiri di laboratorium ialah karena kadar air dari silika gel dapat dikendalikan. Hal ini merupakan faktor-faktoe kritis untuk beberapa pemisahan.[10]
Pencapaian pemisahan dengan teknik kromatografi tertentu dalam perdagangan tersedia beberapa jenis kertas saring yang sudah dimodifikasi, misalnya sifat polar selulosa dapat dikurangi dengan memadukan asam silikat atau alumina ke dalam kertas sehingga lebih cocok untuk pemisahan lipid. Kertas juga dapat dimodifikasi di laboratorium. Misalnya merendam dalam paraffin atau minyak silikon agar dapat digunakan kromatografi fase balik juga untuk lipid.[11]
Tinta adalah bahan berwarna yang mengandung pigmenwarna yang digunakan untuk mewarnai suatu permukaan. Tinta bersama pena dan pensil digunakan untuk menulis dan menggambar. Tinta merupakan sebuah media yang sangat kompleks, berisikan pelarut, pigmen, celupan, resin dan pelumas, sollubilizer (semacam senyawa yang membentuk ion-ion polimer polar dengan resin tahan air). Selain itu, ada surfaktan yang merupakan unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari sebuah cairan yang memungkinkan penyebaran dengan mudah, surfaktan juga menurunkan tekanan antar permukaan antara dua cairan). Dalam tinta juga terdapat materi-materi partikuler, pemijar, dan material-material lainnya. Komponen-komponen tinta tersebut menjalankan banyak fungsi seperti unsur pembawa tinta, pewarna, dan bahan-bahan tambahan lainnya yang digunakan untuk mengatur aliran, ketebalan, dan bentuk tinta ketika kering..[12]
Tinta berpigmen berisi unsur-unsur lain yang memperkuat peresapan dari pigmen pada permukaan dan menghindarkan tinta dari terhapus oleh gesekan mekanis. Material-material ini biasanya berkaitan sebagai resin (dalam tinta berbahan celupan) atau unsur pengikat (dalam tinta berbahan dasar air) Dikarenakan tinta berpigmen berada di permukaan kertas, tidak ada tinta yang diperlukan untuk membuat intensitas warna sebagaimana tinta berbasis pelarut. Tinta berpigmen juga ditengarai lebih tahan ketika tercuci, karenanya tinta-tinta jenis ini sangat disarankan untuk penggunaan permanen. Tinta-tinta jenis jel selalu tahan hapus dan seringkali sangat disarankan sekali bahkan oleh mereka yang biasa membuat pemalsuan dokumen.[13]
Tinta merupakan sebuah media yang sangat kompleks, berisikan pelarut, pigmen, celupan, resin dan pelumas, sollubilizer (semacam senyawa yang membentuk ion-ion polimer polar dengan resin tahan air), surfaktan (yaitu unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari sebuah cairan, memungkinkan penyebaran yang mudah, surfaktan juga menurunkan tekanan antar permukaan antara dua cairan), materi-materi partikuler, pemijar, dan material-material lainnya. Komponen-komponen tinta tersebut menjalankan banyak fungsi: pembawa tinta, pewarna, dan dan bahan-bahan addiktif lainnya digunakan untuk mengatur aliran, ketebalan dan rupa tinta ketika kering.[14]


BAB III
METODE PRAKTIKUM


A.  Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal  : Senin / 19 Mei  2014
Pukul                : 08.00 – 10.00 WITA
Tempat             : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan
                            Teknologi UIN Alauddin Makassar.
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
          Alat-alat  yang digunakan pada percobaan ini yaitu, oven, chamber, pipet volum gelas 5 mL, pipet volum 10 mL, kimia 250 ml, cawan porselin,gunting, pinset, mistar, dan pensil.
2.      Bahan
         Bahan–bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu : aquades (H2O), aluminium foil, n-heksan (C6H14), plat silika gel, tinta biru, hitam, merah dan ungu, serta tissu.


8

 

C.       Prosedur Percobaan 
Prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.      Menyiapkan empat lembar plat silika gel dengan ukuran panjang 7 cm dan   lebar 2 cm.
2.      Mengoven kertas saring ke dalam oven.
3.       Memberi tanda batas pada bagian atas dan bawah 0,5 cm.
4.      Memipet 1 ml n-heksan (C6H14) ke dalam gelas kimia.
5.      Memipet 1 ml air (H2O) ke dalam gelas kimia yang berisi n-heksan        (C6H14). Kemudian menghomogenkan campuran.
6.      Memasukkan campuran ke dalam chamber.
7.      Menotol masing-masing plat silika gel dengan tinta hitam, merah, biru dan  ungu.
8.      Memasukkan plat silika yang telah ditotol ke dalam chamber yang berisi pelarut dari campuran n-heksan (C6H14) dan air (H2O).
9.      Mengoven kertas saing ke dalam oven.
10.  Mengamati jarak tempuh pelarut dan noda hingga peratunya berada pada        tanda batas atas plat silika gel.
11.  Mengeluarkan plat silika dari chamber.
12.  Mengukur jarak pelarut.
13.   Mengeringkan plat silika gel dengan menggunakan oven.
14.  Mengukur  jarak noda dan tinta.
15.  Menghitung harga Rf  noda dan tinta.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.      Hasil Pengamatan
1.         Tabel Pengamatan
a.        Air (H2O) + n-heksan (C6H14) (1:1)
No.
Warna Tinta
Jarak Pelarut
Warna Noda
Jarak Tinta
Rf
Gambar
1.       
Hitam
6 cm
Hitam
5 cm
0.83
2.       
Pink
6 cm
Pink
6 cm
1
3.       
Biru
6 cm
Biru muda
6 cm
1
4.       
Ungu
6 cm
6 cm
Ungu
Biru
4,6 cm
4 cm
0.76
0.67

10

 

b.        Air (H2O) dan Etanol (C2H5OH) (1:1)
Sampel
Jarak Eluen (cm)
Jarak Noda (cm)
Rf
Gambar
Hitam
5,5
5
0,9090
Pink
5,5
5
0,9090
Biru
5,5
5
0,9090
Ungu
5,5
5,3
0,9636


c.         Air (H2O) dan Etanol (C2H5OH) (1:1)
No.
Warna
Jarak eluen (cm)
Noda
Jarak Noda (cm)
Rf
Gambar
1.
Hitam
4,4
Hitam
4,4
1
2.
Pink
4,5
Pink
0,9
0,2
3.
Biru
4,5
Biru muda
Biru tua
2,5
0,3
0,55
0,06
4.
Ungu
4,5
Biru
Pink
Ungu
4,5
0,1
0,3
1
0,02
0,06




d.        Air (H2O) dan kloroform (CHCl3) (1:1)
No.
Warna
Jarak Eluen (cm)
Noda
Jarak Noda (cm)
Rf
Gambar





 










1
Hitam
6
Hitam
Kuning
Merah
4,8
2
3,5
0,8
0,33
0,58
2
Pink
6
Merah muda
Biru
2
3,9
0,33
0,65

3
Biru
6
Biru
Merah muda
5,5
1,3
0,92
0,22

4
Ungu
6
Ungu
Biru
Hitam
5,5
5,5
0,6
0,9
0,9
0,1



2.    Analisi Data
a.        Air (H2O) + n-heksan (C6H14) (1:1)
1.    Warna Hitam
                             Hitam:        
                                    = 0.83
2.    Warna Pink
                      Pink:
                                     = 1
3.   Warna Biru
                Biru Muda:
                               = 1
4.    Warna Ungu
               Ungu:
                                     = 0.76
                           Biru:
           = 0.67
b.        Air (H2O) dan Etanol (C2H5OH) (1:1)
1.    Warna Hitam
                            Hitam:        
                                    = 0,9090
2.    Warna Pink
                     Pink:
                                     = 0,9090
3. Warna Biru
                Biru Muda:
                              = 0,9090
4. Warna Ungu
               Ungu:
                                     = 0,9636





c.         Air (H2O) dan Etanol (C2H5OH) (1:1)
1. Warna Hitam
                           Hitam:         
                                    
2.    Warna Pink
                     Pink:  
                                  
5.    Warna Biru
              Biru muda:   
                                         
              Biru tua:   
                                         
6.    Warna Ungu
               Biru:
                                       
              Pink:
                                       
              Ungu:
                                         
d.        Air (H2O) dan kloroform (CHCl3) (1:1)
1.         Hitam
                     Hitam
                       
                      Kuning
                                   
Merah
 
2.         Tinta merah muda
                     Merah muda
                                   
Biru
                      


3.         Tinta biru
                     Biru
                   
                     Merah muda      
                              
4.          Tita ungu
                      Ungu
                      
                        Biru  
                      
Ungu  
                    




B.  Pembahasan
               Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan menentukan pigmen warna dalam tinta dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Adapun tinta yang digunakan dalam percobaan ini adalah tinta berwarna hitam, merah, biru muda dan biru tua. Fase diam yang digunakan adalah alumina yang merupakan penyusun dari plat lapis tipis (KLT). Pengukuran plat lapis tipis (KLT) sepanjang 7x2 cm kemudian memberi batas garis atas 0,5 cm dan batas bawah 0,5 cm atau spot. Spot  berfungsi sebagai tempat meletakkan sampel yang akan dipisahkan. Pembuatan batas dilakukan dengan menggunakan pensil dikarenakan bahan pensil tidak dapat bereaksi dengan pelarut (eluen) yang digunakan. Eluen yang merupakan campuran dari n-heksan (C6H14) dan akuades (H2O) dengan perbandingan 1:1 dalam 5 mL. Kedua pelarut ini digunakan sebagai eluen dalam percobaan ini karena akuades (H2O) merupakan pelarut polar, sedangkan n-heksan (C6H14) merupakan pelarut non polar sehingga komponen dalam tinta yang bersifat polar dan nonpolar dapat dipisahkan akibat perbedaan kelarutan dari setiap komponen. Eluen berfungsi sebagai fase gerak yang akan mengelusi sampel sehingga terjadi pemisahan.
Pada percobaan ini menggunakan 4 sampel yaitu tinta merah, tinta biru muda, tinta hitam dan tinta biru tua dengan menggunakan pelarut berupa campuran akuades (H2O) dan n-heksan (C6H14). Setelah mengikuti prosedur percobaan yang ada, diperoleh perbedaan jarak antara noda yang ada dalam pelarut masing-masing sebesar 6 cm sedangkan jarak noda untuk tinta hitam sebesar 5 cm, tinta merah 6 cm, tinta biru 6 cm dan tinta biru tua 4,6 dan 4 cm. Harga Rf untuk tinta hitam sebesar 0.83 cm, tinta merah 1 cm, biru muda 1 cm dan biru tua diperoleh jarak  0.76 cm dan 0.67 cm.                     
Perbedaan jarak yang ditempuh zat terlarut disebabkan  karena dipengaruhi oleh kepolaran masing-masing tinta tersebut sehingga harga Rf yang dihasilkan juga bebeda. Larutan yang bersifat non-polar akan memperlambat proses kromatografi komponennya, karena komponennya bersifat polar, sehingga akan mempengaruhi harga Rf, karena perbedaan kelarutan serta sifat dari campuran tersebut.




BAB V
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut:
1.      Pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara menotolkan sampel pada lempengan lapis tipis kemudian memasukkannya ke dalam chamber yang berisi eluen dengan perbandingan pelarut tertentu.
2.      Pigmen warna pada tinta hitam yaitu hitam, untuk tinta merah diperoleh warna pigmen merah muda, tinta biru diperoleh warna pigmen yaitu biru  muda serta untuk tinta biru tua diperoleh warna  pigmen biru dan ungu.
B.     Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu sebaiknya pada percobaan berikutnya digunakan perbandingan (5:1) untuk membedakan dengan perbandingan (1:1).






21
 


DAFTAR PUSTAKA


Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.
Day, R. A dan A. L Underwood. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta Erlangga, 2002
Harborne, J.B. Phytochemical methods, terj. Kosasih Padmawinata, Metode Fitokimia. Bandung: ITB, 1987.
Hendayana. Sumar. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforensis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,  2006.
M. S., Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.
 Tinta”, Wikipedia  the free encyclopedia.http://id.wikepedia.org/wiki/tinta, 2014.




[1]Harborne, J.B, Phytochemical methods, terj. Kosasih Padmawinata, Metode Fitokimia (Bandung: ITB, 1987), h. 9.

[2]Tinta”, Wikipedia  the free encyclopedia.http://id.wikepedia.org/wiki/tinta (2014).
[3]Hendayana. Sumar, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforensis Modern (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,  2006), h. 103.
[4]Alimin MS, Muh. Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik (Makassar: Alauddin Press, 2007), h. 74
[5]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, h. 141.
[6]Alimin. M.S, dkk, Buku Daras Kimia Analitik, h.77.
[7]Alimin. M.S, dkk, Buku Daras Kimia Analitik, h.77.
[8] Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, h. 151.
[9]Harborne, J.B, Phytochemical methods, terj. Kosasih Padmawinata, Metode Fitokimia, h.13.
[10]Harborne, J.B, Phytochemical methods, terj. Kosasih Padmawinata, Metode Fitokimia, h.13.
                [11]J. B Harborne. Phytochemical Methods, terj. Kosasih Padmawinata. Metode Fitokimia (Bandung: ITB, 1987), h. 11.
[12]Tinta”, Wikipedia  the free encyclopedia.http://id.wikepedia.org/wiki/tinta (2014).
[13]Tinta”, Wikipedia  the free encyclopedia.http://id.wikepedia.org/wiki/tinta (2014).
[14]Tinta”, Wikipedia  the free encyclopedia.http://id.wikepedia.org/wiki/tinta (2014).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar