Cara Uji Kadmium (Cd) Secara Destruksi Asam
dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara umum
kerang merupakan
kelompok hewan tidak bertulang belakang dan bentuknya mudah untuk dikenali.
Sebagian besar dicirikan dengan adanya cangkang yang melindungi tubuhnya dan
hanya sebagian kecil jenis yang tidak bercangkang. Cangkang merupakan alat
pelindung diri, terdiri atas lapisan karbonat (crystalline calcium carbonate),
dipisahkan oleh lapisan tipis (lembaran) protein di antara cangkang dan bagian
tubuh (otot dan daging).[1]
Logam berat
jika terserap ke dalam tubuh
maka tidak dapat dihancurkan, bersifat toksik
dan mengganggu kehidupan
mikroorganisme. Pada manusia
logam berat dapat menimbulkan
efek kesehatan tergantung pada bagian mana logam berat
tersebut terikat di
dalam tubuh. Daya racun
yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim,
sehingga proses metabolisme
tubuh terputus.[2]
|
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dari percobaan ini yaitu berapa kadar
kadmium (Cd) pada kerang hijau secara destruksi asam dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom (SSA)?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini yaitu untuk menentukan
berapa kadar kadmium (Cd) pada kerang hijau secara destruksi asam dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).
|
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kerang Hijau
Kerang hijau (P.viridis)
mempunyai mucus atau lendir yang penyusun utamanya adalah
glikoprotein. Logam tersebut terikat menjadi metallothienin karena penyusun
utamanya adalah sistein yaitu protein yang tergolong dalam gugus sulfidril (-SH)
yang mampu mengikat logam. Oleh karena sifat mucus insang yang mengalami
regenerasi, maka logam berat (termasuk kadmium) yang telah terikat pada mucus
insang turut terlepas dari tubuhnya.[4]
Kerang merupakan salah satu bahan
makan tambahan hasil laut yang memperoleh makananya juga berasal dari laut,
yaitu berupa plankton alga. Senyawa organik akan terserap oleh plankton alga,
selanjutnya plankton alga ini merupakan makanan dari kerang dan binatang laut
lainnya. Akibatnya, melalui rantai makanan ini dalam tubuh kerang terdapat
kadmium (Cd). Apabila kerang tersebut dimakan oleh manusia, akan merupakan
racun yang berbahaya karena terjadi penumpukan kadmium (Cd) dalam tubuh
manusia.[5]
B.
Kadmium (Cd)
Sering kali dijumpai makanan di indonesia yang
tumbuh di pinggir
jalan raya yang banyak
dilalui oleh kendaraan bermotor.
Hal ini dapat menyebabkan logam berat
yang berasal dari
asap kendaraan bermotor dapat
menempel pada tanaman teh tersebut, misalnya logam
timbal atau kadmium. logam tersebut
merupakan mineral non esensial
yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh dan dapat
menimbulkan efek toksik.[6]
Logam-logam yang
mudah diuapkan seperti tembaga (Cu),
timbal (Pb), zink (Zn), kadmium (Cd), umumnya ditentukan
pada suhu rendah sedangkan untuk unsur-unsur yang tak mudah diatomisasi
diperlukan suhu tinggi. Suhu tinggi dapat dicapai dengan menggunakan suatu
oksidator bersamaan dengan gas pembakaran, contohnya atomisasi unsur seperti aluminium (Al), talium (Ti), berilium (Be).[7]
Afinitas yang kuat dari kadmium dengan gugus
sulfhidril, menyebabkan inaktivasi enzim yang mengandung gugusan sulfhidril
sehingga hal ini akan menggangu funsi normal tubuh. Kadmium sangat sedikit diabsorbsi disaluran
cerna, yaitu paling banyak ± 5 %, sedangkan absorbsinya melalui saluran napas
lebih sempurna. Setelah diabsorbsi, kadmium akan terikat kuat dalam hati dan
ginjal, pada pemberian
suntikan Kadmium secara intravena terhadap binatang percobaan, ekskresinya
lebih banyak melalui empedu dari pada melalui urin.[8]
Keracunan akut kadmium dapat
disebabkan karena pemasukannya baik melalui pernafasan maupun melalui oral.
Efek keracunan yang umum adalah iritasi saluran pernafasan bagian atas, mual,
muntah, salivasi, mencret dan kejang pada perut. Kadmium lebih bersifat toksis
bila terhirup melalui pernafasan. Keracunan kronis timbul bila konsentrasi
kadmium dalam ginjal mencapai 200 μg per gram terjadi kerusakan ginjal. Efek
keracunan kronis yang lain yaitu: emphysema,
hipertensi dan osteomalacia.[9]
C.
Destruksi
Destruksi merupakan suatu perlakuan
pemecahan senyawa menjadi unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi
ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk
logam-logam anorganik, pada dasarnya ada
dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida
basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki
teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda.[10]
Destruksi basah adalah perombakan sampel
dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan
menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi
basah antara lain asam nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), asam perklorat (HClO4), dan asam klorida (HCl).
Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran.
Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan
destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut
sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik.
Senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang
stabil dan disimpan selama beberapa hari, pada umumnya pelaksanaan kerja
destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal, dalam usaha pengembangan
metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.[11]
Destruksi kering
merupakan perombakan organik logam di dalam
sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle
furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi
kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu
ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.[12]
D.
Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi
atom merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur, dimana sekitar 70
unsur dapat dianalisis. Pemakaiannya luas pada berbagai bidang karena
prosedurnya paling selektif, spesifik, sensitivitasnya tinggi yaitu kisaran ppm
sampai ppb, waktu yang diperlukan cepat dan mudah dilakukan.[13]
Prinsip dasar
dari spektrofotometer serapan atom (SSA) adalah penyerapan energi
secara eksklusif oleh atom dalam keadaan dasar dan berada dalam bentuk gas.
Sebuah larutan yang terdiri dari spesi logam tertentu ketika disedot ke dalam
nyala, maka akan berubah menjadi uap sesuai dengan spesi logam. Beberapa logam
akan naik langsung ke tingkat energi eksitasi
sedemikian rupa untuk memancarkan radiasi logam tertentu. Titik kritis dari
atom logam dengan energi kuantum yang cukup besar dari
unsure tertentu akan tetap berada dalam keadaan dasar dan tidak teremisi. Atom
tersebut yang akan menerima radiasi cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu yang sesuai dengan atom logam.[14]
Spektroskopi
absorpsi atom pada metodenya radiasinya dari suatu sumber yang sesuai (lampu
katoda cekung) dilewatkan kedalam nyala api yang berisi sampel yang telah
teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui
monokromator, untuk membedakan antara radiasi yang berasal dari sumber radiasi
dan radiasi dari nyala api, biasanya digunakan chopper yang dipasang sebelum radiasi dari sumber radiasi mencapai
nyala api. Detektor disini akan menolak arus searah (DC) dari emisi nyala dan
hanya mengukur arus bolak balik
(sinyal absorpsi) dari sumber radiasi dan sampel. Konsentrasi unsur berdasarkan
perbedaan intensitas radiasi pada saat ada atau tidaknya unsur yang diukur
(sampel) dalam nyala api.[15]
Pelarut
digunakan dalam prosedur dalam
spektrofotometrik menimbulkan permasalahan dalam beberapa daerah spektrum.
Pelarut tidak hanya harus melarutkan sampel tetapi juga tidak boleh menyerap
cukup banyak dalam daerah itu dibuat.[16]
Spektrofotometer serapan atom (SSA)
dapat mengukur kadar unsur tertentu dengan baik meskipun dengan adanya
unsur-unsur yang lain, sama sekali tidak ada keharusan untuk memisahkan unsure
uji dari yang lain sehingga tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga
menghilangkan berbagai sumber kesalahan yang mungkin muncul selama proses ini.
selain itu, Spektrofotometer serapan atom (SSA)
dapat juga digunakan untuk menentukan larutan berair dan larutan berair.
Kenyataannya, Spektrofotometer serapan atom (SSA)
bebas dari segala kerumitan persiapan sampel, telah terbukti sebagai alat
analisis yang ideal dan serbaguna, walaupun bukan ahli kimia, misalnya ahli
biologi, dokter dan insinyur yang lebih berorientasi pada pentingnya hasil.[17]
Kandungan logam
berat dapat ditentukan dengan metode Spektrofotometer
serapan atom (AAS).
Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan salah satu
metode analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dan kadar
logam berat dalam berbagai bahan, namun terlebih dahulu dilakukan tahap
pendestruksi cuplikan. Pada metode destruksi basah dekomposisi sampel dilakukan
dengan cara menambahkan pereaksi asam tertentu ke dalam suatu bahan yang
dianalisis. Asam-asam yang digunakan adalah asam-asam pengoksidasi seperti asam sulfat (H2SO4),
asam nitrat (HNO)3, H2O2,
perklorat (HClO4) atau campurannya. Pemilihan jenis asam untuk
mendestruksi suatu bahan akan mempengaruhi hasil analisis.[18]
|
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Jumat/ 07 November 2014
Pukul : 13.00-19.00 WITA
Tempat : Laboratorium
Kimia Anorganik dan Kimia Instrumen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah rangkaian alat Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) varian AA240F, penangas listrik, pipet skala 10 mL
dan 1 mL, labu takar 500 mL, 100 mL dan 50 mL, erlenmeyer 100 mL, bulp, botol semprot,
batang pengaduk, corong, pingset dan gunting.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, asam nitrat (HNO3) p.a asam nitrat
(HNO3) 1 N, asam perklorat (HClO4) p.a, aquabides (H2O), kertas saring whatman no.42, larutan induk Cd(N03)2 1000 ppm, dan sampel
(kerang hijau).
|
C. Prosedur kerja
1. Persiapan contoh uji
kadmium total
Prosedur kerja pada persiapan contoh uji timbal
total yaitu menimbang 5,0028 gr dan 5,0058 gr sampel ke
erlenmeyer 100 mL. Menambahkan aquabides
(H2O) 25 mL dan asam nitrat (HNO3) pekat sebanyak 5 mL. Memanaskan hingga larutan menjadi 10 mL. Mendinginkan dan menambahkan 1 mL HClO4.
Memanaskan kembali hingga larutan menjadi jernih. Menyaring larutan hasil sisa destruksi ke dalam labu takar 100 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan menghomogenkan. Melakukan duplo.
2. Pembuatan larutan
pengencer asam nitrat (HNO3)
Prosedur kerja pada pembuatan larutan pengencer
yaitu HNO3 65% dipipet
sebanyak 35 mL ke dalam labu takar 500 mL yang telah berisi aquabides (H2O)
40 mL kemudian diencerkan hingga tanda batas dan dihomogenkan.
3.
Pembuatan
larutan baku kadmium (Cd) 100 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku kadmium
(Cd) 100 ppm yaitu memipet 5 mL larutan induk kadmium (Cd) 1000 ppm ke dalam labu takar 50 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
4.
Pembuatan
larutan baku kadmium (Cd) 10 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku kadmium
(Cd) 10 ppm yaitu terlebih dahulu memipet 5 mL larutan induk kadmium (Cd) 100 ppm ke dalam labu takar 50 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
5.
Pembuatan
larutan standar
Prosedur kerja pada
pembuatan larutan standar yaitu memipet larutan baku 10 ppm sebanyak 0,25 mL, 0,5 mL, 1,0 mL, 2,0 mL dan 3,0 mL ke dalam 5 labu takar 50 mL
yang berbeda. Mengencerkannya dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
6.
Pengoperasian Alat
Spektrofotometer (SSA)
Pertama-tama gas di buka
terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan komputer
secara berurutan. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian
muncul perintah “apakah
ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual
command, dimasukkan nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog,
kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi
paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan
mudah. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru. Pada
program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur
yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan
Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur
parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement;
concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of
standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm. Diklik ok and setup,
ditunggu hingga selesai warming up. Diklik icon bergambar burner/ pembakar,
setelah pembakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
Pada menu measurements pilih measure sample. Dimasukkan blanko, didiamkan
hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data
keluar. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang
sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm. Jika data kurang baik akan ada perintah
untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang
dihasilkan turun dan lurus. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok
baru dilakukan pengukuran. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran
sampel ke 2. Setelah
pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada
baris menu dengan mengklik file lalu print. Apabila pengukuran telah selesai,
aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu
burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian
kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
BAB
IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
Tabel IV.1 Larutan Standar dan Sampel
No.
|
Larutan
|
Konsentrasi (x) (ppm)
|
Absorbansi (y)
|
1.
|
Blanko 0
|
0.0
|
0.0008
|
2.
|
1
|
0.05
|
0.0622
|
3.
|
2
|
0.1
|
0.0754
|
4.
|
3
|
0.2
|
0.1154
|
5.
|
4
|
0.4
|
0.1979
|
6.
|
5
|
0.6
|
0.3050
|
7.
|
Sampel 1
|
Uncal
|
0.0018
|
8.
|
Sampel 2
|
Uncal
|
0.0006
|
2.
|
∆
|
3.
Grafik
a.
Grafik Komputer
Grafik IV. 1.
Hubungan Konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar .
b.
Grafik Manual
Grafik IV. 1.
Hubungan Konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar .
B.
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan
untuk menentukan kandungan kadar kadmium (Cd) yang terdapat pada kerang hijau. Kerang hijau yang akan diuji
didestruksi dengan metode basah. Pengukuran kandungan kadmium (Cd) dilakukan dengan menggunakan Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS).
Pertama-tama membuat larutan standar
dengan memipet larutan induk kadmium Cd(NO3)2
1000 ppm
sebanyak 10 mL dan diencerkan dalam labu takar. Memipet larutan standar kadmium (Cd)
masing-masing 0,05 ppm, 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,4 ppm dan 0,6 ppm deret
standar yang digunakan berbeda-beda bertujuan untuk membedakan absorbansi
dari masing-masing deret standar.
Pembuatan larutan sampel dilakukan
dengan menimbang sampel kerang hijau. Menambahkan aquabides sebagai
pelarut bebas mineral dan akan membersihkan sampel dari pengotor. Menambahkan asam
nitrat (HNO3) yang berfungsi
sebagai asam yang mendeteksi kadar logam berat yang rendah dalam sampel. Selanjutnya dipanaskan untuk
mempercepat terjadinya proses destruksi karena pada suhu tinggi destruksi
berlangsung cepat yang artinya perombakan logam organik dapat cepat menjadi logam-logam
anorganik, kemudian
larutan didinginkan. Menambahkan HClO4 sebagai asam kuat
yang akan membantu perombakan pada daging kerang. Memanaskan kembali hingga munculnya uap putih yang menandakan perombakan
senyawa organik telah berjalan dengan baik dan larutan menjadi jernih, mendinginkan dan menyaring larutan
ke dalam labu takar dan selanjutnya mengencerkan untuk memperkecil konsentrasi
lautannya. Mengidentifikasi larutan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).
Larutan yang telah dihimpitkan di
uji kadar kadmiumnya dengan
alat spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 228,8 nm, dari kurva kalibrasi
dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan antara
konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,467x +
0,020 dengan R² = 0,98. Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji
dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien
korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi
larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat
korelasi yang linier antara konsentrasi dan absorbansi dan hampir semua titik
terletak pada 1garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2
yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
Nilai R2
kurva kalibrasi larutan standar pada penelitian ini adalah 0,98, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut
maka kurva kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤
1. Kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang
menyatakan hubung anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,467x + 0,020,
dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 0,467
menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai 0,020
menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan
mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel didapatkan sampel (kerang hijau I) sebesar -0,038 mg/L dan sampel (kerang hijau II) sebesar -0,041 mg/L
sehingga diperoleh rata-ratanya sebesar -0,039 mg/L, diperoleh hasil
konsentrasi sampel negatif karena konsentrasi larutan standar terlalu besar
atau tinggi sehingga konsentrasi sampel tidak masuk kedalam konsentrasi larutan
standar.
Menurut
teori (Standar
Nasional Indonesia) batas maksimum cemaran kadmium (Cd) dalam pangan sebesar
1,0 mg/kg, sedangkan menurut badan POM RI batas maksimum cemaran kadmium (Cd)
dalam makanan sebesar 0,01 mg/kg – 1,0 mg/kg, sehingga
dapat disimpulkan sampel tersebut masih aman untuk dipergunakan.
|
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar kadmium (Cd) dalam sampel kerang hijau dengan menggunakan alat
spektrofotometer serapan atom adalah -0,0395
mg/L.
B. Saran
Saran
yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan pula uji
kandungan Arsen (As) dalam kerang hijau sehingga dapat diketahui kendungan
logam tersebut dalam kerang hijau menggunakan spektrofotometr serapan atom.
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Nurlita, Aunurohim
dan Anita Wijaya Indarto. Konsentrasi
Kadmium (Cd) pada Kerang Hijau (Perna
Viridis) di Surabaya Dan Madura “Jurusan Biologi FMIPA ITS”. http://aunurohim-bio-konsentrasikasdmium_Cd_padakeranghijau_Nurlita.et.al.hayati.edisi.khusus-revisi2.pdf (06 November 2014).
Alfian, Zul. Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh
dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal Sains
Kimia” Vol. 9
no.
2 (2005).http://analisis.kadar.logam.kadmium.pada.kerang.pdf. Diakses pada 06 November 2014).
Arifin,
Bustanul, Deswati Umiati dan Loekman. “Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr Dan
Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang” Jurnal Teknik Lingkungan UNAND Vol. 9 No. 2 (2012). http://lingkungan.ft.unand.ac.id/images/fileTL/Dampak9-2/6-DES.pdf Diakses pada 06 November 2014.
Bintang, Maria. Biokimia Teknik
Penelitian. Jakarta:
Erlangga, 2010.
Day, Jr., R. A. dan A. L. Underwood, Quantitative Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga, 2002.
Hamzah, Nursalam. Analisis
Kimia Metode Spektrofotometer. Makassar: Alauddin University Press, 2013.
Khopkar,S.M. Basic Comcepts Of Analytical Chemistry, terj. A.Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.
Kristianingrum, Susila.”Kajian Berbagai
Proses Destruksi sampel dan Efeknya”.JurnalKimia, Vol. 2 no. 1 (Juni). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf. Diakses pada 06 Novemberr
2014.
Setyono, Dwi Eny Djoko, “Karakteristik Biologi dan
Produk Kekerangan Laut” Jurnal Oceana
XXXI, No. 1 (2006) http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxxi%281%291-7.pdf . Diakses
08 November 2014.
Utami, Faizah dan Yunahara Farida. “Analisis
Kandungan Mineral dan Logam Berat dalam Teh Hitam yang Beredar di Pasar Jakarta
Selatan Secara Spektofometri Serapan Atom” Jurnal
Farmasi. http://dosen.
univpancasila.ac.id/pdf (30 Oktober 2014).
|
|
Analisis
Data
Tabel VI.3. Absorbansi
No.
|
Sampel
|
Konsentrasi
(x)
|
Absorbansi
(y)
|
x.y
|
x2
|
y2
|
1
|
Blanko
|
0
|
0,0008
|
0
|
0
|
0,00000064
|
2
|
Standar 1
|
0,05
|
0,0622
|
0,00311
|
0,0025
|
0,00386884
|
3
|
Standar 2
|
0,1
|
0,0754
|
0,00754
|
0,01
|
0,00568516
|
4
|
Standar 3
|
0,2
|
0,1154
|
0,02308
|
0,04
|
0,01331716
|
5
|
Standar 4
|
0,4
|
0,1979
|
0,07916
|
0,16
|
0,03916441
|
6
|
Standar 5
|
0,6
|
0,305
|
0,183
|
0,36
|
0,093025
|
N=6
|
Σx=1,35
|
Σy=0,7567
|
Σxy=0,29589
|
Σx2=0,5725
|
Σ
y2=0,15506121
|
Diketahui:
x rata-rata = 0,225
y rata-rata = 0,1261
N = 6
Σx = 1,35
Σy = 0,7567
Σxy = 0,29589
Σx2 = 0,5725
Σ y2 = 0,15506121
Ditanyakan:
a. b =
.............?
b. a =
.............?
c. garis regresi y = a + bx
d. R2 = ...........?
|
a.
|
|
b.
Nilai a
a = y rata-rata – b (x
rata-rata)
= 0,1261
– 0,467 (0,225)
= 0,126116
– 0,105075
= 0,020
c. Konsentrasi
(x) kadmium (Cd)
dalam kerang hijau
1.
Konsentrasi
(x) kerang hijau I
y = a + bx
0,0018 = 0,020+ 0,467x
0,0018 - 0,020=
0,467x
-0,0002 = 0,467x
x = -0,038
2.
|
y = a + bx
|
0,0006
- 0,020
= 0,467x
0,0206
= 0.467x
x= -0,041
d. Konsentrasi blanko
e.
konsentrasi deret standar
Standar 1 :
Standar 2:
|
|
Standar 4:
Standar 5:
f.
kadar rata-rata
kadmium dalam kerang
(-0,038) + (-0,041) = -0,039 mg/L
2
g.
|
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
R2= 0,99
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
praktikum Kimia Instrumen dengan judul “Cara Uji Kadmium (Cd) Secara Destruksi Asam
dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)” yang disusun
oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok :
II (Dua)
telah
diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan
diterima.
Samata, November 2014
Koordinator
Asisten
Asisten
Asrijal, S.Si. Wa Nirmala
NIM: 60500110044
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Dra. Sitti Chadijah., M.Si.
Nip. 19680216 199903 2 001
|
Pembuatan
larutan Cd(NO3)2 1000 ppm kemudian di encerkan menjadi
100 ppm 10 ppm larutan standar
1.
Larutan Baku
a. Larutan
Cd(NO3)2 1000 ppm
mg = ppm x L x Mr Cd(NO3)2
Ar
Cd
= 100 ppm x 1 L x 236,4
112,40
= 23,640 = 210,32 mg = 0,21 gr
112,40
b. Larutan
Cd(NO3)2 100 ppm
V1 . M1
= V2 . M2
V1 . 1000
ppm = 100 mL . 100 ppm
V1 = 10.000
mL.ppm
100 ppm
V1 = 10 mL
c. Larutan
Pb(NO3)2 10 ppm
V1 . M1
= V2 . M2
V1 . 100 ppm
= 100 mL . 10 ppm
V1 = 1000
mL.ppm
100 ppm
V1 = 10 mL
2.
|
a. Larutan
Pb(NO3)2 0,05 ppm
V1 . M1
= V2 . M2
V1 . 10 ppm
= 50 mL . 0,05 ppm
V1 = 2,5 mL.ppm
10 ppm
V1 = 0,25 mL
b. Larutan
Pb(NO3)2 0,1 ppm
V1 . M1
= V2 . M2
V1 . 10 ppm
= 50 mL . 0,1 ppm
V1 = 5 mL.ppm
10 ppm
V1 = 0,5 mL
c. Larutan
Pb(NO3)2 0,2 ppm
V1 . M1
= V2 . M2
V1 . 10 ppm
= 50 mL . 0,2 ppm
V1 = 10 mL.ppm
10 ppm
V1 = 1 mL
d. Larutan
Pb(NO3)2 0,4 ppm
V1 . M1
= V2 . M2
V1 . 10 ppm
= 50 mL . 0,4 ppm
V1 = 20 mL.ppm
10 ppm
V1 = 2 mL
e. Larutan
Pb(NO3)2 0,6 ppm
V1 . M1
= V2 . M2
V1 . 10 ppm
= 50 mL . 0,6 ppm
V1 = 30 mL.ppm
10 ppm
V1 = 3 mL
|
[1]Dwi Eny Djoko
Setyono, “Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut” Jurnal Oceana XXXI, No. 1 (2006) http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxxi%281%291-7.pdf (Diakses
08 November 2014).
[2]Bustanul Arifin, Deswati Umiati
dan Loekman, “Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr Dan Pb dalam Air Laut di
Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang” Jurnal Teknik Lingkungan, h. 140.
[3]Zul
Alfian, Analisis
Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah
Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal Sains Kimia”, h.
73.
[4]Nurlita Abdulgani, Aunurohim
dan Anita Wijaya Indarto, Konsentrasi
Kadmium (Cd) pada Kerang Hijau (Perna
Viridis) di Surabaya Dan Madura “Jurusan Biologi FMIPA ITS”. http://aunurohim-bio-konsentrasikasdmium_Cd_padakeranghijau_Nurlita.et.al.hayati.edisi.khusus-revisi2.pdf (06 November 2014).
[5]Zul Alfian, Analisis Kadar Logam Kadmium
(Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah Belawan Secara
Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal
Sains Kimia” 9, No.
2 (2005).http://analisis.kadar.logam.kadmium.pada.kerang.pdf (06 November
2014).
[6]Faizah Utami dan Yunahara Farida.
“Analisis Kandungan Mineral dan Logam Berat dalam Teh Hitam yang Beredar di
Pasar Jakarta Selatan Secara Spektofometri Serapan Atom” Jurnal Farmasi. http://dosen.
univpancasila.ac.id/ (30 Oktober 2014).
[7]S.M. Khopkar, Basic Comcepts Of Analytical Chemistry, terj.
A. Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 1990), h. 290.
[8]Zul
Alfian, Analisis
Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah
Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal Sains Kimia”, h.
73-74.
[9]Zul
Alfian, Analisis
Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah Belawan
Secara Spektrofotometer Serapan Atom “Jurnal Sains Kimia”, h. 74.
[10]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian,, 2 no. 1 (Juni) http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf
(31
Oktober 2014).
[11]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
[12]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h.
4-5.
[13]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta:
Erlangga, 2010), h. 196.
[14]Nursalam
Hamzah, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer
(Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 88-89.
[15]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, h. 197.
[16]R.
A. Day, Jr. Dan A. L. Underwood, Quantitative
Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 416.
[17]Nursalam
hamzah, Analisis Kimia Metode
Spektrofotometer, h. 88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar