Sabtu, 12 Desember 2015

Laporan Cara Uji Kadmium (Cd) Secara Destruksi Asam dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Cara Uji Kadmium (Cd) Secara Destruksi Asam dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara umum kerang merupakan kelompok hewan tidak bertulang belakang dan bentuknya mudah untuk dikenali. Sebagian besar dicirikan dengan adanya cangkang yang melindungi tubuhnya dan hanya sebagian kecil jenis yang tidak bercangkang. Cangkang merupakan alat pelindung diri, terdiri atas lapisan karbonat (crystalline calcium carbonate), dipisahkan oleh lapisan tipis (lembaran) protein di antara cangkang dan bagian tubuh (otot dan daging).[1]
Logam  berat  jika terserap  ke dalam  tubuh  maka  tidak  dapat dihancurkan, bersifat  toksik  dan mengganggu  kehidupan mikroorganisme.  Pada  manusia  logam berat  dapat  menimbulkan  efek kesehatan tergantung pada bagian mana logam  berat  tersebut  terikat  di  dalam tubuh.  Daya  racun  yang  dimiliki  akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga  proses  metabolisme  tubuh terputus.[2]
1
 
            Kadmium adalah logam berat yang termasuk dlam golongan II B dalam periodik sistem. Logam-logam ini akan mudah bereaksi dengan ligan-ligan yang mengandung unsur-unsur O,S dan N. dalam tubuh logam-logam ini bersifat toksik, karena bereaksi dengan ligan-ligan yang penting untuk fungsi normal tubuh.[3]    
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu berapa kadar kadmium (Cd) pada kerang hijau secara destruksi asam dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA)?

C.    Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan berapa kadar kadmium (Cd) pada kerang hijau secara destruksi asam dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).



















 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kerang Hijau
Kerang hijau (P.viridis) mempunyai mucus atau lendir yang penyusun utamanya adalah glikoprotein. Logam tersebut terikat menjadi metallothienin karena penyusun utamanya adalah sistein yaitu protein yang tergolong dalam gugus sulfidril (-SH) yang mampu mengikat logam. Oleh karena sifat mucus insang yang mengalami regenerasi, maka logam berat (termasuk kadmium) yang telah terikat pada mucus insang turut terlepas dari tubuhnya.[4]
            Kerang merupakan salah satu bahan makan tambahan hasil laut yang memperoleh makananya juga berasal dari laut, yaitu berupa plankton alga. Senyawa organik akan terserap oleh plankton alga, selanjutnya plankton alga ini merupakan makanan dari kerang dan binatang laut lainnya. Akibatnya, melalui rantai makanan ini dalam tubuh kerang terdapat kadmium (Cd). Apabila kerang tersebut dimakan oleh manusia, akan merupakan racun yang berbahaya karena terjadi penumpukan kadmium (Cd) dalam tubuh manusia.[5]

B.     Kadmium (Cd)
Sering kali dijumpai makanan di indonesia yang  tumbuh  di  pinggir  jalan raya yang banyak dilalui oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat menyebabkan logam berat  yang  berasal  dari  asap  kendaraan bermotor dapat menempel pada tanaman teh tersebut, misalnya logam timbal atau kadmium.  logam  tersebut  merupakan mineral non esensial  yang tidak dibutuhkan oleh  tubuh  dan  dapat  menimbulkan  efek toksik.[6]
            Logam-logam yang mudah diuapkan seperti tembaga (Cu), timbal (Pb), zink (Zn), kadmium (Cd), umumnya ditentukan pada suhu rendah sedangkan untuk unsur-unsur yang tak mudah diatomisasi diperlukan suhu tinggi. Suhu tinggi dapat dicapai dengan menggunakan suatu oksidator bersamaan dengan gas pembakaran, contohnya atomisasi unsur seperti aluminium (Al), talium (Ti), berilium (Be).[7]
 Afinitas yang kuat dari kadmium dengan gugus sulfhidril, menyebabkan inaktivasi enzim yang mengandung gugusan sulfhidril sehingga hal ini akan menggangu funsi normal tubuh.  Kadmium sangat sedikit diabsorbsi disaluran cerna, yaitu paling banyak ± 5 %, sedangkan absorbsinya melalui saluran napas lebih sempurna. Setelah diabsorbsi, kadmium akan terikat kuat dalam hati dan ginjal, pada pemberian suntikan Kadmium secara intravena terhadap binatang percobaan, ekskresinya lebih banyak melalui empedu dari pada melalui urin.[8]
Keracunan akut kadmium dapat disebabkan karena pemasukannya baik melalui pernafasan maupun melalui oral. Efek keracunan yang umum adalah iritasi saluran pernafasan bagian atas, mual, muntah, salivasi, mencret dan kejang pada perut. Kadmium lebih bersifat toksis bila terhirup melalui pernafasan. Keracunan kronis timbul bila konsentrasi kadmium dalam ginjal mencapai 200 μg per gram terjadi kerusakan ginjal. Efek keracunan kronis yang lain yaitu: emphysema, hipertensi dan osteomalacia.[9]

C.      Destruksi
            Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik, pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda.[10]
            Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), asam perklorat (HClO4), dan asam klorida (HCl). Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan selama beberapa hari, pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal, dalam usaha pengembangan metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.[11]
            Destruksi kering merupakan perombakan organik logam di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.[12]     

D.      Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi atom merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur, dimana sekitar 70 unsur dapat dianalisis. Pemakaiannya luas pada berbagai bidang karena prosedurnya paling selektif, spesifik, sensitivitasnya tinggi yaitu kisaran ppm sampai ppb, waktu yang diperlukan cepat dan mudah dilakukan.[13]
Prinsip dasar dari spektrofotometer serapan atom (SSA) adalah penyerapan energi secara eksklusif oleh atom dalam keadaan dasar dan berada dalam bentuk gas. Sebuah larutan yang terdiri dari spesi logam tertentu ketika disedot ke dalam nyala, maka akan berubah menjadi uap sesuai dengan spesi logam. Beberapa logam akan naik langsung ke tingkat energi eksitasi sedemikian rupa untuk memancarkan radiasi logam tertentu. Titik kritis dari atom logam dengan energi kuantum yang cukup besar dari unsure tertentu akan tetap berada dalam keadaan dasar dan tidak teremisi. Atom tersebut yang akan menerima radiasi cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu yang sesuai dengan atom logam.[14]
Spektroskopi absorpsi atom pada metodenya radiasinya dari suatu sumber yang sesuai (lampu katoda cekung) dilewatkan kedalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator, untuk membedakan antara radiasi yang berasal dari sumber radiasi dan radiasi dari nyala api, biasanya digunakan chopper yang dipasang sebelum radiasi dari sumber radiasi mencapai nyala api. Detektor disini akan menolak arus searah (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak balik (sinyal absorpsi) dari sumber radiasi dan sampel. Konsentrasi unsur berdasarkan perbedaan intensitas radiasi pada saat ada atau tidaknya unsur yang diukur (sampel) dalam nyala api.[15]
Pelarut digunakan dalam prosedur   dalam spektrofotometrik menimbulkan permasalahan dalam beberapa daerah spektrum. Pelarut tidak hanya harus melarutkan sampel tetapi juga tidak boleh menyerap cukup banyak dalam daerah itu dibuat.[16]
Spektrofotometer serapan atom (SSA) dapat mengukur kadar unsur tertentu dengan baik meskipun dengan adanya unsur-unsur yang lain, sama sekali tidak ada keharusan untuk memisahkan unsure uji dari yang lain sehingga tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga menghilangkan berbagai sumber kesalahan yang mungkin muncul selama proses ini. selain itu, Spektrofotometer serapan atom (SSA) dapat juga digunakan untuk menentukan larutan berair dan larutan berair. Kenyataannya, Spektrofotometer serapan atom (SSA) bebas dari segala kerumitan persiapan sampel, telah terbukti sebagai alat analisis yang ideal dan serbaguna, walaupun bukan ahli kimia, misalnya ahli biologi, dokter dan insinyur yang lebih berorientasi pada pentingnya hasil.[17]
Kandungan logam berat dapat ditentukan dengan metode Spektrofotometer serapan atom (AAS). Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dan kadar logam berat dalam berbagai bahan, namun terlebih dahulu dilakukan tahap pendestruksi cuplikan. Pada metode destruksi basah dekomposisi sampel dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi asam tertentu ke dalam suatu bahan yang dianalisis. Asam-asam yang digunakan adalah asam-asam pengoksidasi seperti asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO)3, H2O2, perklorat (HClO4)  atau campurannya. Pemilihan jenis asam untuk mendestruksi suatu bahan akan mempengaruhi hasil analisis.[18]











 
BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal              : Jumat/ 07 November 2014
Pukul                           : 13.00-19.00 WITA
      Tempat                    : Laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia  Instrumen  Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat-alat  yang digunakan dalam percobaan ini adalah  rangkaian alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) varian AA240F, penangas listrik, pipet skala 10 mL dan  1 mL, labu takar 500 mL, 100 mL dan 50 mL, erlenmeyer 100 mL, bulp, botol semprot, batang pengaduk, corong, pingset dan gunting.
2.      Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, asam nitrat (HNO3) p.a asam nitrat (HNO3) 1 N, asam perklorat (HClO4) p.a, aquabides (H2O), kertas saring whatman no.42, larutan induk Cd(N03)2 1000 ppm, dan sampel (kerang hijau).







9
 
 
C.    Prosedur kerja
1.      Persiapan contoh uji kadmium total
Prosedur kerja pada persiapan contoh uji timbal total yaitu menimbang 5,0028 gr dan 5,0058 gr sampel ke erlenmeyer 100 mL. Menambahkan aquabides (H2O) 25 mL dan asam nitrat (HNO3) pekat sebanyak 5 mL. Memanaskan hingga larutan menjadi 10 mL. Mendinginkan dan menambahkan 1 mL HClO4. Memanaskan kembali hingga larutan menjadi jernih. Menyaring larutan hasil sisa destruksi ke dalam labu takar 100 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan menghomogenkan. Melakukan duplo.
2.      Pembuatan larutan pengencer asam nitrat (HNO3)
Prosedur kerja pada pembuatan larutan pengencer yaitu  HNO3 65% dipipet sebanyak 35 mL ke dalam labu takar 500 mL yang telah berisi aquabides (H2O) 40 mL kemudian diencerkan hingga tanda batas dan dihomogenkan.
3.      Pembuatan larutan baku kadmium (Cd) 100 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku kadmium (Cd) 100 ppm yaitu memipet 5 mL larutan induk kadmium (Cd) 1000 ppm ke dalam labu takar 50 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
4.      Pembuatan larutan baku kadmium (Cd) 10 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku kadmium (Cd) 10 ppm yaitu terlebih dahulu memipet 5 mL larutan induk kadmium (Cd) 100 ppm ke dalam labu takar 50 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
5.      Pembuatan larutan standar
Prosedur kerja pada pembuatan larutan standar yaitu memipet larutan baku 10 ppm sebanyak 0,25 mL, 0,5 mL, 1,0  mL, 2,0 mL dan 3,0 mL ke dalam 5 labu takar 50 mL yang berbeda. Mengencerkannya dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
6.      Pengoperasian Alat Spektrofotometer (SSA)
Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan komputer secara berurutan. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.  Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam. Pada menu measurements pilih measure sample. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
1.         Tabel Pengamatan
Tabel IV.1 Larutan Standar dan Sampel
No.

Larutan

Konsentrasi (x) (ppm)
Absorbansi (y)
1.
Blanko 0
               0.0
0.0008
2.
1
 0.05
0.0622
3.
2
0.1
0.0754
4.
3
0.2
0.1154
5.
4
0.4
0.1979
6.
5
0.6
0.3050
7.
Sampel 1
Uncal
0.0018
8.
Sampel 2
Uncal
0.0006








2.     

 
Reaksi
           
        

                                                                         








13
 
 
3.      Grafik
a.      Grafik Komputer

     





 

      Grafik IV. 1. Hubungan Konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar .       
b.      Grafik Manual       












      Grafik IV. 1. Hubungan Konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar .     


B.       Pembahasan
            Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan kadar kadmium (Cd) yang terdapat pada kerang hijau. Kerang hijau yang akan diuji didestruksi dengan metode basah. Pengukuran kandungan kadmium (Cd) dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
            Pertama-tama membuat larutan standar dengan memipet larutan induk kadmium Cd(NO3)2 1000 ppm sebanyak 10 mL dan diencerkan dalam labu takar. Memipet larutan standar kadmium (Cd) masing-masing 0,05 ppm, 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,4 ppm dan 0,6 ppm deret standar yang digunakan berbeda-beda bertujuan untuk membedakan absorbansi dari masing-masing deret standar.
Pembuatan larutan sampel dilakukan dengan menimbang sampel kerang hijau. Menambahkan aquabides sebagai pelarut bebas mineral dan akan membersihkan sampel dari pengotor. Menambahkan asam nitrat (HNO3) yang berfungsi sebagai asam yang mendeteksi kadar logam berat yang rendah dalam sampel. Selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat terjadinya proses destruksi karena pada suhu tinggi destruksi berlangsung cepat yang artinya perombakan logam organik dapat cepat menjadi logam-logam anorganik, kemudian larutan didinginkan. Menambahkan HClO4 sebagai asam kuat yang akan membantu perombakan pada daging kerang. Memanaskan kembali hingga  munculnya uap putih yang menandakan perombakan senyawa organik telah berjalan dengan baik dan larutan menjadi jernih, mendinginkan dan menyaring larutan ke dalam labu takar dan selanjutnya mengencerkan untuk memperkecil konsentrasi lautannya. Mengidentifikasi larutan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).
Larutan yang telah dihimpitkan di uji kadar kadmiumnya dengan alat spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 228,8 nm, dari kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,467x + 0,020 dengan R² = 0,98. Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat korelasi yang linier antara konsentrasi dan absorbansi dan hampir semua titik terletak pada 1garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2 yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
 Nilai R2  kurva kalibrasi larutan standar pada penelitian ini adalah 0,98, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1. Kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubung anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,467x + 0,020, dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 0,467 menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai 0,020 menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel didapatkan sampel (kerang hijau I) sebesar -0,038 mg/L dan sampel (kerang hijau II) sebesar -0,041 mg/L sehingga diperoleh rata-ratanya sebesar -0,039 mg/L, diperoleh hasil konsentrasi sampel negatif karena konsentrasi larutan standar terlalu besar atau tinggi sehingga konsentrasi sampel tidak masuk kedalam konsentrasi larutan standar.
Menurut teori (Standar Nasional Indonesia) batas maksimum cemaran kadmium (Cd) dalam pangan sebesar 1,0 mg/kg, sedangkan menurut badan POM RI batas maksimum cemaran kadmium (Cd) dalam makanan sebesar 0,01 mg/kg – 1,0 mg/kg, sehingga dapat disimpulkan sampel tersebut masih aman untuk dipergunakan.


 
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar kadmium (Cd) dalam sampel kerang hijau dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom adalah -0,0395 mg/L.

B.     Saran
            Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan pula uji kandungan Arsen (As) dalam kerang hijau sehingga dapat diketahui kendungan logam tersebut dalam kerang hijau menggunakan spektrofotometr serapan atom.


 
                                                                 













Text Box: 17
 
DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Nurlita, Aunurohim dan Anita Wijaya Indarto.  Konsentrasi Kadmium (Cd)  pada Kerang Hijau (Perna Viridis) di Surabaya Dan Madura “Jurusan Biologi FMIPA ITS”. http://aunurohim-bio-konsentrasikasdmium_Cd_padakeranghijau_Nurlita.et.al.hayati.edisi.khusus-revisi2.pdf (06 November 2014).

Alfian, Zul.  Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom Jurnal Sains Kimia” Vol. 9  no. 2 (2005).http://analisis.kadar.logam.kadmium.pada.kerang.pdf. Diakses pada 06 November 2014).

Arifin, Bustanul, Deswati Umiati dan Loekman. “Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr Dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang” Jurnal Teknik Lingkungan UNAND Vol. 9 No. 2 (2012). http://lingkungan.ft.unand.ac.id/images/fileTL/Dampak9-2/6-DES.pdf Diakses pada 06 November 2014.

Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.

Day, Jr., R. A. dan A. L. Underwood, Quantitative Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2002.
Hamzah, Nursalam. Analisis Kimia Metode Spektrofotometer. Makassar: Alauddin University Press, 2013.

Khopkar,S.M. Basic Comcepts Of Analytical Chemistry,  terj. A.Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.

Kristianingrum, Susila.Kajian Berbagai Proses Destruksi sampel dan Efeknya”.JurnalKimia, Vol. 2 no. 1 (Juni). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf. Diakses pada 06 Novemberr 2014.

Setyono,  Dwi Eny Djoko, “Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut” Jurnal Oceana XXXI, No. 1 (2006) http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxxi%281%291-7.pdf . Diakses 08 November 2014.
Utami, Faizah dan Yunahara Farida. “Analisis Kandungan Mineral dan Logam Berat dalam Teh Hitam yang Beredar di Pasar Jakarta Selatan Secara Spektofometri Serapan Atom” Jurnal Farmasi. http://dosen. univpancasila.ac.id/pdf (30 Oktober 2014). 



 
 

 
LAMPIRAN

Analisis Data
                                                Tabel VI.3. Absorbansi
No.
Sampel
Konsentrasi (x)
Absorbansi (y)
x.y
x2
y2
    1
Blanko
0
0,0008
0
0
0,00000064
2
Standar 1
0,05
0,0622
0,00311
0,0025
0,00386884
3
Standar 2
0,1
0,0754
0,00754
0,01
0,00568516
4
Standar 3
0,2
0,1154
0,02308
0,04
0,01331716
5
Standar 4
0,4
0,1979
0,07916
0,16
0,03916441
6
Standar 5
0,6
0,305
0,183
0,36
0,093025
N=6
 Σx=1,35
Σy=0,7567
Σxy=0,29589
Σx2=0,5725
Σ y2=0,15506121

Diketahui:
x rata-rata = 0,225
y rata-rata = 0,1261
N         = 6
    Σx       = 1,35
    Σy      = 0,7567
  Σxy   = 0,29589
    Σx2     = 0,5725
    Σ y2    = 0,15506121
Ditanyakan:
a.       b  = .............?
b.      a  = .............?
c.       garis regresi y = a + bx
d.      R2 = ...........?


 
Penyelesaian:
a.      

 
Persamaan garis linier (b)


 
b.      Nilai a
a = y rata-rata – b (x rata-rata)
   = 0,1261 – 0,467 (0,225)
   = 0,126116 – 0,105075
 = 0,020
c.       Konsentrasi (x) kadmium (Cd)  dalam kerang hijau
1.      Konsentrasi (x) kerang hijau I
y = a + bx
0,0018 = 0,020+ 0,467x
0,0018 - 0,020= 0,467x
-0,0002 = 0,467x
x = -0,038


2.     

 
Konsentrasi (x) kerang hijau II
 y = a + bx

 
 0,0006 = 0,020 + 0,467x
 0,0006 - 0,020 = 0,467x
              0,0206 = 0.467x
                    x= -0,041
d.      Konsentrasi blanko
e.      konsentrasi deret standar
                                                         Standar 1 :       
Standar 2:

 

 
Standar 3 :
Standar 4:
Standar 5:
f.       kadar rata-rata kadmium dalam kerang
(-0,038) + (-0,041)  = -0,039 mg/L
        2






g.     

 
Nilai regresi (R)

R2=

R2=

R2=

R2=

R2=

R2=
R2= 0,99












LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Instrumen dengan judul “Cara Uji Kadmium (Cd) Secara Destruksi Asam dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)” yang disusun oleh:
Nama               : Riskayanti
Nim                 : 60500112028
Kelompok       : II (Dua)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan diterima.
         Samata,         November  2014
Koordinator Asisten                                                                        Asisten


Asrijal, S.Si.                                                                                   Wa Nirmala         
                                                                                                NIM: 60500110044   

Mengetahui,
Dosen  Penanggung Jawab



Dra. Sitti Chadijah., M.Si.
Nip. 19680216 199903 2 001







 
LAMPIRAN

Pembuatan larutan Cd(NO3)2 1000 ppm kemudian di encerkan menjadi 100 ppm        10 ppm               larutan standar
1.      Larutan Baku
a.       Larutan Cd(NO3)2  1000 ppm
mg = ppm x  L x Mr Cd(NO3)2 
                     Ar Cd
      = 100 ppm x 1 L x 236,4
                    112,40
      = 23,640 = 210,32 mg = 0,21 gr
         112,40
b.      Larutan Cd(NO3)2  100 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 1000 ppm = 100 mL . 100 ppm
V1 = 10.000 mL.ppm
                 100 ppm
V1 = 10 mL
c.       Larutan Pb(NO3)2  10 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 ppm = 100 mL . 10 ppm
V1 = 1000 mL.ppm
             100 ppm
V1 = 10 mL



2.     

 
Larutan Deret standar dari 10 ppm
a.       Larutan Pb(NO3)2  0,05 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,05 ppm
V1 = 2,5 mL.ppm
          10 ppm
V1 = 0,25 mL
b.      Larutan Pb(NO3)2  0,1 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,1 ppm
V1 = 5 mL.ppm
         10 ppm
V1 = 0,5 mL
c.       Larutan Pb(NO3)2  0,2 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,2 ppm
V1 =  10 mL.ppm
           10 ppm
V1 = 1 mL
d.      Larutan Pb(NO3)2  0,4 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,4 ppm
V1 = 20 mL.ppm
          10 ppm
V1 = 2 mL
e.       Larutan Pb(NO3)2  0,6 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,6 ppm
V1 =    30 mL.ppm
             10 ppm
V1 = 3 mL

 


[1]Dwi Eny Djoko Setyono, “Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut” Jurnal Oceana XXXI, No. 1 (2006) http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxxi%281%291-7.pdf (Diakses 08 November 2014).
[2]Bustanul Arifin, Deswati Umiati dan Loekman, “Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr Dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang” Jurnal Teknik Lingkungan, h. 140.
[3]Zul Alfian,  Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom Jurnal Sains Kimia”, h. 73.
[4]Nurlita Abdulgani, Aunurohim dan Anita Wijaya Indarto,  Konsentrasi Kadmium (Cd)  pada Kerang Hijau (Perna Viridis) di Surabaya Dan Madura “Jurusan Biologi FMIPA ITS”. http://aunurohim-bio-konsentrasikasdmium_Cd_padakeranghijau_Nurlita.et.al.hayati.edisi.khusus-revisi2.pdf (06 November 2014).
[5]Zul Alfian,  Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom Jurnal Sains Kimia”  9,  No. 2 (2005).http://analisis.kadar.logam.kadmium.pada.kerang.pdf (06 November 2014).
[6]Faizah Utami dan Yunahara Farida. “Analisis Kandungan Mineral dan Logam Berat dalam Teh Hitam yang Beredar di Pasar Jakarta Selatan Secara Spektofometri Serapan Atom” Jurnal Farmasi. http://dosen. univpancasila.ac.id/ (30 Oktober 2014).
[7]S.M. Khopkar, Basic Comcepts Of Analytical Chemistry, terj. A. Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 1990), h. 290.
[8]Zul Alfian,  Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom Jurnal Sains Kimia”, h. 73-74.
[9]Zul Alfian,  Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom Jurnal Sains Kimia”, h. 74.
[10]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian,, 2 no. 1 (Juni) http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf (31 Oktober 2014).
[11]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
[12]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
[13]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 196.
[14]Nursalam Hamzah, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 88-89.
[15]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, h. 197.
[16]R. A. Day, Jr. Dan A. L. Underwood, Quantitative Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 416.
[17]Nursalam hamzah, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer, h. 88.
[18]Susila Kristianingrum, ”Kajian Berbagai Proses Destruksi sampel dan Efeknya”  Jurnal Kimia, h.2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar