Analisis Asam Lemak dengan Kromatografi Gas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis
hypogeae L.) merupakan tanaman pangan
ke dua terpenting setelah kedelai. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang
bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%),
karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara
lain kalsium (Ca), klorida (Cl), besi (Fe), magnesium (Mg), Posfor (P), kalium (K)dan
Sulfur (S).[1]
Asam linoleat, asam linolenat dan asam oleat
tergolong kedalam asam
lemak tidak jenuh ikatan ganda yang esensial
untuk tubuh. Sedangkan asam palmitat, dan asam stearat tergolong
kedalam asam lemakn jenuh ikatan tunggal yang juga berfungsi sebagai esensial
dalam tubuh.
Asam lemak dalam
contoh dapat dianalisis menggunakan teknik pemisahan
kromatografi gas dan hasil analisisnya pun dapat terlihat ditampilkan secara
otomatis dalam bentuk kromatogram. Proses dilakukan dengan hidrolisis dan esterifikasi
sebelum diuji dalam kromatografi gas. Berdasarkan latar belakang
di atas, maka dilakukan analisis terhadap lemak pada susu kacang hijau untuk mengetahui lemak yang terkandung didalamnya
dengan menggunakan menggunakan
kromatografi gas.
1
|
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
pada percobaan ini yaitu jenis asam lemak apakah yang terdapat dalam susu
kacang tanah dengan menggunakan teknik kromatografi gas?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada
percobaan ini yaitu untuk mengetahui jenis asam lemak dalam susu kacang tanah
dengan menggunakan teknik kromatografi gas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kacang Tanah (Arachys hypogaea L.)
Kacang tanah (Arachis hypogaea
L.) merupakan tanaman legum terpenting setelah kedelai yang memiliki peran
strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati.
Sebagai bahan pangan dan makanan yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung
lemak 40–50%, protein 27%, karbohidrat dan vitamin.[2]
Lima manfaat kacang tanah untuk
kesehatan[3]:
1.
Kacang tanah
dikenal sebagai lemak baik yang menurunkan resiko penyakit jantung dengan cara menurunkan
kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh.
2.
Kandungan
resveratrol, bermanfaat bagi kelancaran fungsi tubuh.
3.
Mengandung folat niasin,
mangan, protein, serta vitamin E yang melimpah, sangat baik untuk kelancaran
fungsi usus.
4.
Mengandung serat, membantu menurunkan resiko
kanker usus besar dan pembentukan batu empedu.
5.
Mengandung limpahan
kalsium dan vitamin D, yang dapat membantu menjaga kesehatan tulang dan gigi. Dan
dalam jangka panjang mencegah serangan osteoporosis.
3
|
B. Asam Lemak
Lemak merupakan senyawa yang tak larut
di dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut organic yang relative non polar, misalnya dietil eter atau
kloroform. Oleh sebab itu, senyawa ini dibagi menurut sifat fisiknya yaitu
senyawa yang larut dalam pelarut non polar dan yang tidak larut dalam air dan
tidak dibagi menurut strukturnya. Meskipun struktur lemak bermacam-macam, semua
lemak mempunyai sifat struktur yang spesifik yaitu mempunyai gugus hidrokarbon
hidrofob yang banyak sekali dan hanya sedikit jika ada, gugus fungsi
hidrokarbon hidrofil.[4]
Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal
dari makanan yang mengandung lemak, tetapi dapat pula berasal dari karbohidrat
dan protein. Hal ini dapat terjadi karena ada hubungan antara metabolisme
karbohidrat lemak dan protein atau asam amino.[5]
Asam lemak merupakan senyawa pembangun
senyawa lipida sederhana, fosfogliserida, glikolipida, ester, kolesterol dan
lain-lain. Semua asam lemak berupa rantai hidrokarbon tak bercabang dengan
ujungnya berupa karboksilat. Asam lemak biasanya memiliki jumlah atom karbon
genap yaitu antara 14 sampai 22. Sedangkan asam lemak yang banyak dijumpai
memiliki jumlah atom karbon 16 sampai 18.[6]
Asam linoleat dan linolenat
merupakan asam lemak tidak jenuh berantai panjang dan tergolong asam
lemak esensial. Baik
asam linoleat maupun
asam linolenat sangat
penting untuk tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari makanan. Asam
linoleat dan asam linolenat sebagai
bahan penyusun kacang
kedelai yang jumlahnya
cukup besar berkisar 7-54%. Defisiensi asam
linoleat dapat menyebabkan
dermatitis, kemampuan reproduksi menurun, gangguan
pertumbuhan, degenerasi hati,
dan rentan terhadap
infeksi.[7]
C. Hidrolisis dan Esterifikasi
Analisis asam
lemak mula-mula lemak atau minyak dihidrolisis menjadi asam lemak, kemudian
ditransformasi menjadi bentuk esternya yang bersifat lebih mudah menguap.
Transformasi dilakukan dengan metilasi, sehingga diperoleh metil ester asam
lemak yang selanjutnya akan dianalisis dengan kromatografi gas. Identifikasi
setiap komponen dilakukan dengan membandingkan waktu retensinya dengan waktu
retensi standar pada kondisi analisis yang sama. Luas puncak dari masing-masing
komponen adalah sebanding dengan konsentrasi komponen dalam sampel. Pengurangan
kesalahan akibat volume injeksi, maka preparasi sampel, pengenceran dan lainnya
biasanya menggunakan teknik standar internasional. Selain itu, harus dilakukan
koreksi terhadap respon detektor dan interaksi antara komponen dalam matriks
sampai selama melewati kolom.[8]
Hidrolisis
merupakan proses pemisahan zat yang disebabkan oleh molekul air (H2O).
Hidrolisis dapat terjadi pada kondisi asam maupun basa. Reaksi
antara minyak dengan basa dikenal dengan reaksi saponifikasi atau sering
disebut reaksi penyabunan. Reaksi penyabunan pada minyak menghasilkan garam
asam lemak atau sabun. Ester dapat disintesis dengan
mereaksikan asam karboksilat dan alkohol menggunakan katalis asam yang disertai
pemanasan, sehingga menghasilkan ester dan air atyau dengan kata lain esterifikasi
adalah tahap konversi asam lemak bebas menjadi ester, dengan mereaksikan asam
lemak dengan alkohol.[9]
D. Kromatografi Gas
Kromatografi
gas, fase gerak dan zat padat atau zat cair digunakan sebagai fase gerak dan
zat padat atau zat cair digunakan sebagai fasa diam. Seperti yang telah
diketahui bahwa gas selalu bergerak kemana saja, tidak mau diam. Oleh karena
itu, untuk melakukan percobaan kromatografi gas diperlukan kromatografi khusus.[10]
Mekanisme
kerja kromatografi gas yaitu gas dalam silinder baja bertekanan tinggi
dialirkan melalui kolom yang berisi fase diam. Cuplikan berupa campuran yang
akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan disuntikkan ke dalam aliran gas
tersebut. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas pembawa ke dalam kolom dan di dalam
kolom terjadi pemisahan. Komponen-komponen campuran yang telah terpisahkan satu
persatu meninggalkan kolom. Suatu detector diletakkan di ujung kolom untuk
mendeteksi jenis maupun jumlah tiap komponen campuran. Hasil pendeteksian
direkam oleh rekorder dan dinamakan kromatogram yang terdiri dari beberapa peak. Jumlah peak yang dihasilkan menyatakan jumlah komponen (senyawa) yang
terdapat dalam campuran. Bila suatu kromatogram terdiri dari 5 peak maka terdapat lima senyawa atau
lima komponen dalam campuran tersebut. Sedangkan luas peak bergantung pada kuantitas suatu komponen dalam campuran.
Karena peak-peak dalam kromatogram berupa segitiga maka luasnya dapat dihitung
berdasarkan tinggi dan lebar peak
tersebut.[11]
Analisis
asam lemak dengan GLC didasarkan
partisi komponen-komponen dari suatu campuran di antara gas pembawa dan zat
padat atau cairan yang mudah menguap dan melekat pada bahan pengemas inert.
Komponen yang dipisahkan harus mudah menguap pada suhu kolom tempat pemisahan
terjadi. Karena alas an ini, maka suhu pengoperasian alat lebih tinggi dari
suatu ruang dan biasanya dilakukan derivatisasi terlebih dahulu terutama untuk
sampel yang mudah menguap.[12]
Tahapan
analisis asam lemak dengan kromatografi gas yaitu:[13]
1.
Preparasi
sampel
2.
Mengatur
kondisi alat
3.
Analisis
asam lemak berdasarkan hasil perhitungan alat otomatis yang terlihat dalam
bentuk kromatogram.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/
Tanggal : Jumat/ 04-05 Desember 2014
Pukul
: 13.00 -16.00 WITA
Tempat : Laboratorium
Kimia Anorganik dan Riset Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat
yang digunakan pada percobaan ini yaitu serangkaian
alat kromatografi gas varian 430 GC,
syringe 10 μL, neraca analitik,
penangas air, labu takar 100 mL, gelas kimia 100 mL, pipet skala 3 mL, tabung
reaksi, rak tabung, pengaduk, spatulu dan botol vial.
2.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aluminium foil, aquabides (H2O), boron tetraflourida (BF3) 16%, heksana (C6H14),
metanol (CH3OH), natrium hidroksida (NaOH) p.a, natrium klorida
(NaCl) jenuh , natrium sulfat anhidrat (Na2SO4) anhidrat
dan susu kacang tanah,
8
|
C.
Prosedur Kerja
1.
Pembuatan Larutan NaOH 0,5 N dalam Metanol (CH3OH)
Menimbang
2,0012 gr NaOH pa ke dalam gelas kimia, melarutkannya hingga homohen lalu di
encerkan menggunakan larutan metanol dalam labu takar 100 mL. Kemudian
menghimpitkannya.
2.
Pembuatan Larutan NaCl Jenuh
Memasukkan
padatan NaCl ke dalam gelas kimia kemudian ditambahkan akuabides sebanyak 50
mL. padatan NaCl secara kontinyu ditambahkan hingga larutan menjadi jenuh.
3.
Preparasi Sampel (Hidrolisis dan Esterifikasi)
Menimbang 0,3002 g lemak susu kacang tanah dalam tabung reaksi. Menambahkan
1 mL natrium hidrokjsida (NaOH) p.a dalam metanol (CH3OH).
Memanaskan dalam penangas air selama 20 menit. Menambahkan 2 ml boron
tetraflourida (BF3) 16%. Memanskan kembali selama 20 menit.
Mendinginkan dan menambahkan 2 mL natrium klorida (NaCl) jenuh dan 1 mL heksana
(C6H14) . mengocok larutan dengan baik. Memindahkan
heksana (C6H14) dengan bantuan pipet tetes ke dalam
botiol vial yang berisi 0,1 g natrium sulfat (Na2SO4)
anhidrat. Membiarkan hingga laruatn larut. Menginjeksi sampel dengan
kromatografi gas.
4.
Analisis Asam Lemak
Menginjeksi pelarut
sebanyak 2 μL ke dalam kolom. Puncak akan muncul apa bila aliran gas pembawa
dan sistem pemanas sempurna. Memgukur waktu retensi dan puncak masing-masing sampel.
5.
Langkah
Menjalanjakan Instrumen
Membuka
sumber gas nitrogen, hidrogen dan udara tekan dan memasktikan tekanan
masing-masing sesuai. Menyalakan PC hingga tampil start up windows, menyalakan GC dengan mengatur power switch pada posisi ON. Mengklik
dua kali icon galaxie hingga tampil
dialog galaxie workstation connection.
Memasukkan user identification kemudian
pilih project dan masukkan password dan klik OK sehingga tampil window galaxie. Memilih open pada menu
file kemudian memilih open method atau
membuka method ON. Pada bagian control, mengklik button over view kemudian mengklik button untuk mengaktifkan
method dan menunggun hingga status ready. Mengulangi langkah di atas untuk
mengaktifkan langkah operasi, menunggu hingga status ready dan melakukan monitoring
baseline.
6.
Langkah
Mematikan Instrumen
Membuka
method OFF dan mengklik button, menunggu sampai status ready dan memastikan coulomn oven 50 ºC dan semua injector dan detector lebih kecil dari 100 ºC. menutup aplikasi software galaxie workstation dengan
memilih quit pada menu file.
Mematikan GC dengan mengatur power switch
pada posisi OFF, menutup semua tabung gas dan melakukan prosedur shut down PC.
7.
Membuat Method
Over
View
|
Mengklik pada bagian Column Oven dan lakukan pengaturan pada temperature, time dan stabilization time. Mengklik pada bagian Column
Pneumatics dan lakukan pengaturan:
·
Front (EFC):
Checklist Constant flow, lalu atur
flow yang diinginkan (1-2 mL/min)
Mengklik pada bagian Detector Middle (FID) dan lakukan pengaturan:
·
Heater : ON (untuk mengaktifan oven
detector)
·
Setpoint : temperature detector oC
(300oC)
·
Electronic : ON (jika ingin mengaktifan detector)
·
Range : sensitivity detector (12)
·
Autozero : fungsi autozero
Pada kolom Method mengklik pada
bagian Acquisition dan atur File prefix, Identifier dan Acquisition length. Pada menu File memilih Save dan Save Method.
8.
Melakukan Monitoring Baseline
Memilih menu bar System
kemudian beri check (√) pada system yang sedang
running sehingga tampil window monitoring, pada menu Acquisition memilih Monitoring Baseline. Memilih method operasi kemudian mengklik OK sehingga monitoring baseline akan
dimulai
untuk mengakhiri monitoring baseline dapat dilakukan
dengan klik button.
9.
Memulai Single Injeksi
Pada menu Acquisition
memilih Quick Start
sehingga tampil dialog QuickStart. Memilih Method analisa kemudian klik OK. Pada area Sample
information memasukkan identitas injeksi/ sample pada field File
prefix, Identifier dan Description. Mengklik
button Inject dan tunggu sampai status
GC “Ready” dan Workstation “Waiting for injection”. Melakukan injeksi sample.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
1. Tabel
Pengamatan
Tabel IV.1 Analisis Keberadaan Asam Lemak.
No.
|
Nama
|
Time (Min)
|
Quantity (% Area)
|
Height (μV)
|
Area (μV/Min)
|
Area % (%)
|
1.
|
UNKNOWN
|
0,32
|
99,64
|
771974113,5
|
19228380,6
|
99,636
|
2.
|
UNKNOWN
|
6,32
|
0,05
|
223217,1
|
8866,6
|
0,046
|
3.
|
UNKNOWN
|
6,72
|
0,06
|
328608,7
|
14758,1
|
0,076
|
4.
|
UNKNOWN
|
7,13
|
0,24
|
521252,1
|
46729,1
|
0,242
|
Total
|
100,00
|
773047191,4
|
19296724,3
|
100,000
|
2.
Gambar IV. 1. Reaksi Esterifikasi.
13
|
3. Grafik
Gambar IV. 2. Hubungan
antara Height (μV) terhadap Time (Min) dalam Susu Kacang Tanah DATA - FID.
B.
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan asam
lemak yang terdapat pada tsusu kacang tanah. Pengukuran
kandungan asam lemak dilakukan dengan menggunakan kromatografi gas.
Pertama-tama dilakukan hidrolisis
yang merupakan proses pemisahan zat yang disebabkan
oleh molekul air (H2O). Hidrolisis dapat terjadi pada kondisi asam maupun basa.
Hidrolisis lemak susu kacang hijau pada penelitian ini berlangsung
pada kondisi basa dengan menggunakan basa kuat natrium hidroksida (NaOH). Membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) untuk
mendapatkan asam lemak bebas dan untuk keperluan
analisis asam lemak kemudian dikonversi menjadi metil ester dengan menggunakan
pelarut (CH3OH)
sabagai katalis yang mudah menguap. Memanaskan larutan untuk mengikat
lemak yang ada dalam smapel. Menambahkan boron tetraflourida (BF3)
untuk membantu peroses eksterifikasi. Proses esterifikasi ini dilakukan
untuk keperluan analisis kadar asam lemak menggunakan kromatografi gas.
Hal ini dikarenakan asam lemak yang diperoleh dari hidrolisis bersifat nonvolatil
(tidak mudah menguap), sementara syarat senyawa yang diperlukan untuk
keperluan analisa harus bersifat volatil. Sehingga diperlukan adanya
konversi asam lemak bebas menjadi senyawa metil ester. Senyawa metil ester
sendiri bersifat volatil (mudah menguap).
Memanaskan larutan untuk mempercepat reaksi., pada saat
pemanasan larutan harus digoyangkan agar tidak terjadi pengendapan asam lemak
dan pengotor tidak mengendap. Mendinginkan larutan untuk menghindari penguapan
pada saat penambahan larutan yang mudah menguap. Menambahkan natrium klorida (NaCl)
jenuh untuk menyempurnakan reaksi eksterifikasi. Menambahkan heksana (C6H14)
untuk mengikat atau menghasilkan lemak pada saat proses eksterifikasi.
Memindahkan lapisan heksana (C6H14) dalam laruan yang
beriisi natrium sulfat (Na2SO4) anhidrat untuk memisahkan
fase pada campuran larutan sebelum diinjeksi. Memipet lapisan fase atas dan
memasukkan kedalam botol vial. Larutan siap diuji dalam kromatografi gas.
Berdasarkan
grafik antara tinggi (μV) puncak terhadap waktu (Min) diperoleh empat macam
komponen (A, B, C dan D) pada tiap waktu yang berbeda. Berdasarkan analisa data
diperoleh dari
asam lemak A, B, C dan D yang terdeteksi memiliki luas daerah atau kadar masing-masing sebesar 99,636%, 0,046%, 0,076% dan
0,242%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan kadar untuk asam lemak A
lebih tinggi dibandingkan asam lemak yang lain. Menurut teori, kandungan asam
lemak pada kacang tanah adalah asam oleat, sehingga dapat dipastikan bahwa
komponen A yang memiliki kadar sebesar 99,636% merupakan asam oleat dan
termasuk asam lemak tak jenuh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
pada percobaan ini yaitu jenis asam lemak yang terkandung dalam susu kacang
tanah adalah asam oleat yang merupakan asam lemak tak jenuh dengan kadar
sebesar 99,636%.
B. Saran
Saran
yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya menelitik kandungan
asam lemak pada rumput laut untuk membandingkan kandungan asam lemak dengan
susu kacang tanah.
16
|
Bintang,
Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta:
Erlangga, 2010.
Damanik,
Azhari. “Analisa Kadar Asam Lemak Bebas
dari Crude Palm Oil (CPO) pada Tangki Timbun di PT. Sarana Agro Nusantara” Jurnal Kimia. http:// repository.
usu.ac.id/bitstream/ 123456789/ 13943/1/09E00382. pdf (29 November
2014).
Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. Fundamentals of
Organik Chemistry, terj. Sukmariah Maun, Kamianti Anas dan Tilda S. Sally, Dasar-Dasar Kimia Anorganik. Jakarta: Binarupa Aksara, 2010.
Kilo,
Ahmad Kadir, Ishak Isa dan Weny JA Musa, “Analisis Kadar Asam Linoleat
dan Asam Linolenat pada Tahu dan Tempe yang Dijual di Pasar Telaga Secara
GC-MS” Jurnal Kimia (2010). http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/
uploads/ 2009/05/ kadar _ asam linoleat .pdf (29 November 2014).
Murrinie, Endang Dewi. “Analisis Pertumbuhan Tanaman
Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma Pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak
Tanam Yang Berbeda” Jurnal Pertanian
ISSN: 1979-6870, h. 2 Http://Www. Analisis_Pertumbuhan_Kacang_Tanah
(Diakses 29 November 2014).
Poedjiadi,
Anna dan Titin Supriati. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta: UIP, 2005.
Hendayana,
Sumar. Kimia Pemisahan Metode
Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006.
Sondakh, Tommy D. dkk, “Hasil Kacang Tanah (Arachys
Hypogaea L.) pada Beberapa Jenis Pupuk Organik” jurnal Eugenia, 18 No. 1 (2012), h. 64. http://www. ipi152454.pdf (Diakses 29 November 2014).
1. Komponen
A
%Komponen
A =
%Komponen
A =
%Komponen
A = 0,9964 x 100%
%Komponen
A = 99,64%
2. Komponen
B
%Komponen
B =
%Komponen
B =
%Komponen
B = 0,0005 x 100%
%Komponen
B = 0,05%
3. Komponen
C
%Komponen
C =
%Komponen
C =
%Komponen
C = 0,0008 x 100%
%Komponen
C = 0,08%
4.
%Komponen
D =
%Komponen
D =
%Komponen
D = 0,0024 x 100%
%Komponen
D = 0,24%
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
praktikum Kimia Instrumen dengan judul “Analisis Asam Lemak dengan Kromatografi Gas”
yang disusun oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : II (Dua)
telah
diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan dapat diterima.
Samata, Desember 2014
Koordinator
Asisten,
Asisten,
Asrijal, S.Si. Asrijal, S.Si.
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Dra. Sitti Chadijah., M.Si.
Nip. 19680216 199903 2 001
A. Komponen A
Dik : trA = 6,32 menit
trB =6,72 menit
LA = 8866,6 μV/Min
LB =
14758,1 μV/Min
TA =
223217,1 μV
TB =
328608,7 μV
Dit : Rs..........?
N...........?
H1..........?
H2..........?
Penyelesaian:
WB =
+
WB = 0,1796
B. Komponen B
Dik : trB = 6,72 menit
TrC =7,13 menit
LB = 14758,1 μV/Min
LC =
46729,1 μV/Min
TB =
328608,7 μV
TC =
521252,1μV
N...........?
H1..........?
H2..........?
Penyelesaian:
WC =
+
WC = 0,3586
[1]Tommy D. Sondakh, dkk, “Hasil
Kacang Tanah (Arachys Hypogaea L.)
pada Beberapa Jenis Pupuk Organik” Jurnal
Eugenia, 18 No. 1 (2012), h. 64. Http://www. ipi152454.pdf (Diakses 29 November 2014).
[2]Endang Dewi Murrinie, “Analisis Pertumbuhan Tanaman
Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma Pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak
Tanam Yang Berbeda” Jurnal Pertanian
ISSN: 1979-6870, H. 2 Http://www. Analisis_Pertumbuhan_Kacang_Tanah
(Diakses 29 November 2014).
[3]Tommy D. Sondakh, dkk, “Hasil
Kacang Tanah (Arachys Hypogaea L.)
pada Beberapa Jenis Pupuk Organik”Jurnal Eugenia, 18 No. 1 (2012), h. 64.
[4]Ralph
J. Fessenden dan Joan S. Fessenden, Fundamentals
of Organik Chemistry, terj. Sukmariah
Maun, Kamianti Anas dan Tilda S. Sally, Dasar-Dasar
Kimia Anorganik
(Jakarta: Binarupa Aksara, 2010), h.
657.
[5]Anna Poedjiadi dan Titin
Supriati, Dasar-Dasar Biokimia
(Jakarta: UIP, 2005), h. 278.
[6]Azhari Damanik,
“Analisa Kadar Asam Lemak Bebas dari Crude Palm Oil (CPO) pada Tangki Timbun di
PT. Sarana Agro Nusantara” Jurnal Kimia.
Http:// repository.
usu.ac.id/bitstream/ 123456789/ 13943/1/09E00382. pdf (Diakses 29
November 2014), h. 17.
[7]Ahmad Kadir
Kilo, Ishak Isa dan Weny JA Musa,
“Analisis Kadar Asam Linoleat dan Asam Linolenat pada Tahu dan Tempe yang
Dijual di Pasar Telaga Secara GC-MS” Jurnal
Kimia (2010). Http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/kadar_asam_linoleat.pdf (Diakses 29
November 2014), h. 2-3.
[9]Ahmad Kadir
Kilo, Ishak Isa dan Weny JA Musa,
“Analisis Kadar Asam Linoleat dan Asam Linolenat pada Tahu dan Tempe yang
Dijual di Pasar Telaga Secara GC-MS” Jurnal
Kimia (2010), h. 5.
[10]Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 31-32.
[11]Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern, h. 32.
[12]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian , h. 168-169.
[13]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, h. 169.
jurnalnya bagus
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus