Sabtu, 12 Desember 2015

Laporan Cara Uji Timbal (Pb) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala

Cara Uji Timbal (Pb) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sering kali dijumpai tanaman teh di indonesia yang  tumbuh  di  pinggir  jalan raya yang banyak dilalui oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat menyebabkan logam berat  yang  berasal  dari  asap  kendaraan bermotor dapat menempel pada tanaman teh tersebut, misalnya logam timbal atau kadmium.  logam  tersebut  merupakan mineral non esensial  yang tidak dibutuhkan oleh  tubuh  dan  dapat  menimbulkan  efek toksik.[1]
Kandungan timbal (Pb) dalam tubuh manusia ditetapkan cara yang akurat dalam bentuk analisis konsentrasi timbal (Pb) di dalam darah atau urin. Konsentrasi timbal (Pb) di dalam darah merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi timbal (Pb) di dalam urin.
Text Box: 1            Kandungan logam berat dapat ditentukan dengan metode AAS. Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dan kadar logam berat dalam berbagai bahan, namun terlebih dahulu dilakukan tahap pendestruksi cuplikan. Pada metode destruksi basah dekomposisi sampel dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi asam tertentu ke dalam suatu bahan yang dianalisis. Asam-asam yang digunakan adalah asam-asam pengoksidasi seperti H2SO4, HNO3, H2O2, HClO4  atau campurannya. Pemilihan jenis asam untuk mendestruksi suatu bahan akan mempengaruhi hasil analisis.[2]
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan percobaan penentuan kandungan timbal (Pb) dalam sampel minuman kemasan teh gelas) dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom (SSA)-nyala.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu berapa kadar timbal (Pb) dalam sampel minuman kemasan (teh gelas) dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom (SSA)?
           
C.    Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan berapa kadar timbal (Pb) dalam sampel minuman kemasan (teh gelas) dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom (SSA).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Teh
Teh  merupakan  minuman  yang  banyak dikonsumsi  oleh  masyarakat  di  seluruh dunia,  termasuk  Indonesia.  Manfaat  teh antara lain untuk mengurangi resiko kanker, membantu kinerja pencernaan, menurunkan berat badan,  menurunkan  tekanan  darah tinggi,  menguatkan  gigi, membuat  tubuh menjadi  segar dan mengurangi  kelelahan serta menetralisir radikal bebas. Berbagai  komponen  teh  mempunyai  efek terhadap  kesehatan salah  satunya  adalah mineral,  beberapa  mineral  yang  terkandung dalam  teh  adalahfluor,  kalium,  mangan, magnesium,  kalsium,  tembaga,  besi,  seng dan selenium.[3]
Teh  hitam  merupakan  minuman yang berasal dari tumbuhan teh (Camelia Sinensis). Ada empat tahap proses dari  daun  teh  menjadi  teh  hitam  yang siap  diseduh/dikonsumsi.  Pertama-tama,  daun  teh  yang  telah  dipetik dibiarkan layu sebentar, kemudian daun teh  tersebut  digiling  hingga  kandungan cairan dalam teh tersebut keluar. Daun teh  tersebut  dibiarkan  teroksidasi enzimatis seluruhnya, lalu teh tersebut dikeringkan  dan  siap  diseduh.[4]


3
 
 
B.       Timbal (Pb)
Timbal (Pb) yang terlepas ke udara dapat masuk ke dalam tubuh manusia selanjutnya akan mengendap di dalam darah. Akumilasi kandungan timbal (Pb) dalam darah akan menyebabkan berbagai dampak buruk. Seperti peningkatan jumlah kematian orang dewasa karena pemyakit jantung koroner, peningkatan kasus hipertensi menurunnya IQ anak-anak dan dapat menimbulkan gangguan intestinal dan anemia.[5]
Logam-logam yang mudah diuapkan seperti Cu, Pb, Zn, Cd, umumnya ditentukan pada suhu rendah sedangkan untuk unsur-unsur yang tak mudah diatomisasi diperlukan suhu tinggi. Suhu tinggi dapat dicapai dengan menggunakan suatu oksidator bersamaan dengan gas pembakaran, contohnya atomisasi unsur seperti Al, Ti, Be.[6]

C.      Destruksi
            Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik, pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda.[7]
            Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida. Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan selama beberapa hari, pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal, dalam usaha pengembangan metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.[8]
            Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.[9]     

D.      Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi atom merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur, dimana sekitar 70 unsur dapat dianalisis. Pemakaiannya luas pada berbagai bidang karena prosedurnya paling selektif, spesifik, sensitivitasnya tinggi yaitu kisaran ppm sampai ppb, waktu yang diperlukan cepat dan mudah dilakukan.[10]
Prinsip dasar dari spektrofotometer serapan atom (SSA) adalah penyerapan energi secara eksklusif oleh atom dalam keadaan dasar dan berada dalam bentuk gas. Sebuah larutan yang terdiri dari spesi logam tertentu ketika disedot ke dalam nyala, maka akan berubah menjadi uap sesuai dengan spesi logam. Beberapa logam akan naik langsung ke tingkat energi eksitasi sedemikian rupa untuk memancarkan radiasi logam tertentu. Titik kritis dari atom logam dengan energi kuantum yang cukup besar dari unsure tertentu akan tetap berada dalam keadaan dasar dan tidak teremisi. Atom tersebut yang akan menerima radiasi cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu yang sesuai dengan atom logam.[11]
Spektroskopi absorpsi atom pada metodenya radiasinya dari suatu sumber yang sesuai (lampu katoda cekung) dilewatkan kedalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator, untuk membedakan antara radiasi yang berasal dari sumber radiasi dan radiasi dari nyala api, biasanya digunakan chopper yang dipasang sebelum radiasi dari sumber radiasi mencapai nyala api. Detektor disini akan menolak arus searah (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak balik (sinyal absorpsi) dari sumber radiasi dan sampel. Konsentrasi unsur berdasarkan perbedaan intensitas radiasi pada saat ada atau tidaknya unsur yang diukur (sampel) dalam nyala api.[12]
Pelarut digunakan dalam prosedur   dalam spektrofotometrik menimbulkan permasalahan dalam beberapa daerah spektrum. Pelarut tidak hanya harus melarutkan sampel tetapi juga tidak boleh menyerap cukup banyak dalam daerah itu dibuat.[13]
SSA dapat mengukur kadar unsure tertentu dengan baik meskipun dengan adanya unsur-unsur yang lain, sama sekali tidak ada keharusan untuk memisahkan unsure uji dari yang lain sehingga tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga menghilangkan berbagai sumber kesalahan yang mungkin muncul selama proses ini. selain itu, SSA dapat juga digunakan untuk menentukan larutan berair dan larutan berair. Kenyataannya, SSA bebas dari segala kerumitan persiapan sampel, telah terbukti sebagai alat analisis yang ideal dan serbaguna, walaupun bukan ahli kimia, misalnya ahli biologi, dokter dan insinyur yang lebih berorientasi pada pentingnya hasil.[14]




BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal                     : Jumat/ 31 Oktober 2014
Pukul                                  : 13.00 - 17.30 WITA
Tempat                        : Laboratotium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Riset    Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu rangkaian alat spektrofotometer serapan atom (SSA) varian AA240F, kompor listrik, labu takar 50 mL dan 100 mL, erlenmeyer 50 mL, gelas kimia 50 mL, pipet skala 5 mL dan 25 mL, pipet tetes 3 mL, corong, batang pengaduk, bulp dan botol semprot.
2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquabides (H2O), asam nitrat pekat (HNO3), kertas whatman 41, larutan induk timbal (Pb) 1000 ppm, sampel minuman kemasan (teh gelas) dan tissue.




8
 
 
C.      Prosedur Kerja
            Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu:
1.      Preparasi Sampel (Teh Gelas)
a.       Menghomogenkan larutan sampel (teh gelas).
b.      Memipet 50 mL larutan sampel (teh gelas) ke dalam masing-masing 2 erlenmeyer 100 mL.
c.       Menambahkan 5 mL asam nitrat pekat (HNO3).
d.      Memanaskan ke dalam lemari asam menggunakan kompor listrik secara perlahan-lahan hingga volumenya 20 mL dan larutannya menjadi jernih.
e.       Mendinginkan larutan.
f.       Menyaring larutan ke dalam labu ukur 50 mL.
g.      Membilas erlenmeyer 100 mL dan menyaring hasil bilasanya.
h.      Menambahkan larutan standar 100 ppm sebanyak 1 mL masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL .
i.        Mengencerkan dan menghomogenkan masing-masing larutan.
j.        Mengukur absorbansi sampel (teh gelas) dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA).
2.      Pembuatan larutan baku 100 ppm
a.         Memipet 10 mL larutan induk Pb(NO3)2 1000 ppm ke dalam labu takar 100 mL.
b.        Mengencerkan dengan aquabides (H2O).


3.      Pembuatan deret standar
a.    Memipet 0,5 mL, 0,75 mL, 1 mL, 1,25 mL dan 1,5 mL larutan baku 100 ppm ke dalam 5 buah labu takar 50 mL.
b.     Mengencerkan masing-masing larutan dengan aquades (H2O) dan menghomogenkannya.
4.      Pengujian kadar timbal (Pb) dengan AAS
a.       Menyalakan rangkaian sektrofotometer serapan atom.
b.      Mengeset  hollow cathode lamp.
c.       Memastikan alat sektrofotometer serapan atom telah tersambung dengan komputer.
d.      Menghubungkan alat sektrofotometer serapan atom dengan larutan standar dan sampel.
e.       Melakukan analisis larutan standar dan sampel.
f.       Mencatat nilai absorbansi dari masing-masing larutan.
g.      Membuat kurva absorbansi timbal (Pb).
h.      Mencatat konsentrasi timbal (Pb) dalam sampel dengan menggunakan evaporasi.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
               Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diamati sebagai berikut:
1.      Tabel Pengamatan
         Tabel. IV.1 Larutan standar, blanko dan sampel
No.
Sampel
Konsentrasi(x) (ppm)
Absorbansi (y)
1
Blanko
0,0000
0,0014
2
Standar 1
1,0000
0.0114
3
Standar 2
1,5000
0.0256
4
Standar 3
2,0000
0.0335
5
Standar 4
2,5000
0.0445
6
Standar 5
3,0000
0.0539






                       Tabel VI.2. Pengamatan Sampel
No.
Sampel
Absorben
1
Teh gelas (I)
0,0136
2
Teh gelas (II)
0,0122
    
            



2.      Tabel Absorbansi
                                                            Tabel VI.3. Absorbansi

No.
Sampel
x
y
x.y
x2
y2
   1
Blanko
0,0000
0,0014
0,0000
0,0000
1,96 x 10-6
2
Standar 1
1,0000
0,0114
0,0114
1,0000
1,2996 x 10-4
3
Standar 2
1,5000
0,0256
0,0384
2,2500
6,5536 x 10-4
4
Standar 3
2,0000
0,0335
0,0670
4,0000
1,12225 x 10-3
5
Standar 4
2,5000
0,0445
0,11125
6,2500
1,98025 x 10-3
6
Standar 5
3,0000
0,0539
0,1617
9,0000
2,90521 x 10-3
N=6
Σx= 10
11
 
Σy= 0,1703
Σxy= 0,38975
Σx2=22,5
Σ y2= 6,79499 x 10-3
3.       Reaksi


 
                                                                   




4.      Analisis Data
a.       Persamaan garis linier
y = a + bx
b =

   =

  =

   =
=
Persamaan garis linier dapat juga dicari dengan:


a = y rata-rata – b (x rata-rata)
   = 0.02838 – 0.01816 (1,66666)
   = 0,02838 – 0.03026
 = -1,88 x 10-3 = -0,001
b.      Konsentrasi timbal (Pb)  dalam teh gelas I
y = a + bx
0,0136 = -0,001+ 0,018x
0,0136 +0,001= 0,018x
0.0146 = 0,018x
         x =
         x = 0,81
c.       Konsentrasi timbal (Pb)  dalam teh gelas II
y = a + bx
0,0122 = -0,001 + 0,018x
0,0122 +0,001 = 0,018x
0,0122 =0.054x
         x=
         x= 0,73


d.      konsentrasi deret standar
Standar 1 :
Standar 2:
Standar 3 :
Standar 4:
Standar 5:




e.       Nilai regresi (R)

R2=

R2=

R2=

R2=

R2=

R2=
R2= 0,99

5.     

 
Grafik  
a. Grafik komputer
            Grafik IV. 1 Hubungan Konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar .


b.     Grafik Manual  

    
















 






             

              Grafik IV. 2 Hubungan Konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar .


                          

B.       Pembahasan
            Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan kadar timbal (Pb) yang terdapat pada teh gelas. Teh gelas yang akan diuji didestruksi dengan metode basah. Pengukuran kandungan timbal dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Pertama-tama membuat larutan standar dengan memipet larutan induk Timbal (Pb) 1000 ppm sebanyak 10 mL dan diencerkan dalam labu takar 100 mL. Memipet larutan standar timbal (Pb) dengan volume 0,5 mL, 0,75 mL, 1 mL, 1,25 mL dan 1,5 mL untuk masing-masing 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm dan 3 ppm deret standar yang digunakan berbeda-beda bertujuan untuk membedakan absorbansi dari masing-masing deret standar.
Pembuatan larutan sampel dilakukan dengan memipet 50 mL sampel teh gelas. Menambahkan asam nitrat (HNO3) berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan, juga berfungsi sebagai pelarut untuk menghilangkan pengotor yang ada dalam sampel dan untuk mengikat dan mengomplekskan logam. Selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat terjadinya proses destruksi karena pada suhu tinggi destruksi berlangsung cepat, kemudian larutan didinginkan setelah munculnya uap putih yang menandakan perombakan senyawa organik telah berjalan dengan baik, mendinginkan dan menyaring larutan ke dalam labu takar dan selanjutnya mengencerkan untuk memperkecil konsentrasi lautannya, dimana sebelum penyaringan ditambahkan 1 ml larutan baku 100 ppm untuk mepermudah dalam pengidentifikasian timbal (Pb) dalam sampel pada saat pengidentifikasian menggunakan spektrofotometer serapan atom
Larutan yang telah dihimpitkan di uji kadar timbalnya dengan alat spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 283,3 nm, dari kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,018x – 0,001 dengan R² = 0,980. Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat korelasi yang linier antara konsentrasi dan absorbansi, dan hampir semua titik terletak pada 1garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2 yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
 Nilai R2  kurva kalibrasi larutan sampel ditambahkan standar pada penelitian ini adalah 0,980, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1. Kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubung anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,018x - 0,001, dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 0,018 menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai 0,001 menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel didapatkan sampel (teh gelas I) sebesar 0,81 gr sampel (teh gelas II) 0,73 gr. Menurut teori kandungan timbal (Pb) menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011 Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan 2,0 dimana percobaan yang dilakukan tidak sesuai teori, hasil yang diperoleh dibawahh teori, hal ini berarti bahwa dalam teh gelas tidak mengandung banyak timbal (Pb) dan layak untuk dikonsumsi.







BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar timbal (Pb) dalam sampel teh gelas dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom yaitu sampel (teh gelas) simplo sebesar 0,81 ppm dan sampel (teh gelas II) duplo sebesar 0,73 ppm.
B.     Saran
            Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan pula uji kandungan Zn (zink) dalam teh gelas.







 


20
 
 














DAFTAR PUSTAKA

Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.

Chahaya, Indra, Surya Dharma dan Lenni Simalunnang. “Kadar Timbal (Pb) dalam Spesimen Darah Tukang Becak Mesin di Kota Pematang Siantar dan Beberapa Faktor yang Berhubungan” Jurnal Majalah Kedokteran Nusantara. http://repository. usu.ac.id/bitstream/ 123456789/15585/ 1/mkn-sep2005-%20%283%29.pdf (31 Oktober 2014).

Day, Jr., R. A. dan A. L. Underwood, Quantitative Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2002.

Hamzah, Nursalam. Analisis Kimia Metode Spektrofotometer. Makassar: Alauddin University Press, 2013.

Khopkar,S.M. Basic Comcepts Of Analytical Chemistry,  terj. A.Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.

Kristianingrum, Susila.Kajian Berbagai Proses Destruksi sampel dan Efeknya”.JurnalKimia, Vol. 2 no. 1 (Juni). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf. Diakses pada30 Oktober 2014.

Liwang, Frans. “Manfaat Konsumsi Teh Hitam Sebagai Upaya Preventif  Penyakit  Jantung  Koroner Akibat Aterosklerosis di Indonesia” Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi. http://manfaatkonsumsi-teh-hitam.pdf (31 Oktober 2014).

Utami, Faizah dan Yunahara Farida. “Analisis Kandungan Mineral dan Logam Berat dalam Teh Hitam yang Beredar di Pasar Jakarta Selatan Secara Spektofometri Serapan Atom” Jurnal Farmasi. http://dosen. univpancasila.ac.id/pdf (30 Oktober 2014). 

















21
 
 


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Instrumen dengan judul “Cara Uji Timbal (Pb) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala” yang disusun oleh:
Nama               : Riskayanti
Nim                 : 60500112028
Kelompok       : II (Dua)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan diterima.
         Samata,         November  2014
Koordinator Asisten                                                                        Asisten

Asrijal., S.Si.                                                                           Ona Istiqama Iswan   
                                                                                                NIM: 60500110032   

Mengetahui,
Dosen  Penanggung Jawab



Sappewali., S.Pd., M.Si.



[1]Faizah Utami dan Yunahara Farida. “Analisis Kandungan Mineral dan Logam Berat dalam Teh Hitam yang Beredar di Pasar Jakarta Selatan Secara Spektofometri Serapan Atom” Jurnal Farmasi. http://dosen. univpancasila.ac.id/ (30 Oktober 2014).
[2]Susila Kristianingrum, ”Kajian Berbagai Proses Destruksi sampel dan Efeknya”, Jurnal Kimia.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf (31 Oktober 2014).

[3]Faizah Utami danYunahara Farida, “Analisis Kandungan Mineral dan Logam Berat dalam Teh Hitam yang Beredar di Pasar Jakarta Selatan Secara Spektofometri Serapan Atom”, Jurusan Teknik Kimia, h. 1.
[4]Frans Liwang. “Manfaat Konsumsi Teh Hitam Sebagai Upaya Preventif  Penyakit  Jantung  Koroner Akibat Aterosklerosis di Indonesia” Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains Teknologi. http://manfaatkonsumsi-teh-hitam.pdf (31 Oktober 2014).
[5]Indra Chahaya, Surya Dharma dan Lenni Simalunnang. “Kadar Timbal (Pb) dalam Spesimen Darah Tukang Becak Mesin di Kota Pematang Siantar dan Beberapa Faktor yang Berhubungan” Jurnal Majalah Kedokteran Nusantara. http://repository. usu.ac.id/bitstream/ 123456789/15585/ 1/mkn-sep2005-%20%283%29.pdf (31 Oktober 2014).
[6]S.M. Khopkar, Basic Comcepts Of Analytical Chemistry, terj. A. Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 1990), h. 290.
[7]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4.
[8]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
[9]Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
[10]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 196.
[11]Nursalam Hamzah, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 88-89.
[12]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, h. 197.
[13]R. A. Day, Jr. Dan A. L. Underwood, Quantitative Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 416.
[14]Nursalam hamzah, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer, h. 88.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar