Sabtu, 12 Desember 2015

Laporan Penentuan Kadar Ammonia dengan Spektrofotometer UV-Vis Secara Fenat

Penentuan Kadar Ammonia dengan Spektrofotometer UV-Vis Secara Fenat


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Prinsip metode fenat adalah ammonia (NH3) bereaksi dengan hipoklorit (OCl-) dan fenol (C6H5OH) yang dikatalisis oleh natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O2)  membentuk senyawa biru indofenol. Ammonia (NH3)  dapat di analisa dengan metode titrasi bila kadarnya tinggi. Bila kadarnya rendah seperti 0,1 mg/L hingga 0,6 mg/L dapat mempergunakan metode spektrofotometer fenat pada panjang gelombang 640 nm.
Salah satu senyawa yang dapat mengganggu dalam budidaya pada air tambak adalah ammonia (NH3). Kehadirannya dapat menunjukkan bahwa proses oksidasi ammonia (NH3) menjadi nitrit dan nitrat tidak berjalan baik atau mengalami penghambatan, sehingga ammonia (NH3) hasil proses dekomposisi bahan organik terus menumpuk.[1]
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki kumis yang panjang yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan percobaan ini untuk mengetahui kadar amonia dengan spektrofotometer ultra violet visibel secara fenat pada air tambak ikan lele.



1
 
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu berapa kadar ammonia (NH3) dalam air tambak ikan lele dengan menggunakan Spektrofotometer ultra violet visibel secara fenat?

C.    Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui berapa kadar ammonia (NH3) dalam air tambak ikan lele dengan menggunakan Spektrofotometer ultra violet visibel secara fenat.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Spektrofotometer UV-Vis
            Metode spektrofotometri ultra violet dan sinar tampak telah banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil Penggunaan spektrofotometer ultra violet dan sinar tampak bisa untuk contoh cairan maupun padatan, seperti air laut, lumpur atau sedimen dan batuan, oleh karena prinsip kerja spektrofotometer ultra violet dan sinar tampak berdasarkan penyerapan cahaya oleh suatu larutan, maka semua contoh yang akan diperiksa harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk larutan, untuk pemakaian spektrofotometer sinar tampak larutan tersebut harus berwarna, hal ini bisa dikerjakan dengan menambahkan pereaksi tertentu pada contoh yang diperiksa. Kemudian hasil pengukuran dari spektrofotometer dimasukkan ke dalam rumus Lamber-Beer, maka akan didapatkan kadar zat yang dicari.[2]
3
            Sebuah spektrofotometer dirancang sekitar tiga bagian dasar yaitu sumber cahaya, sistem dispersi (digabung dalam sebuah monokromator) yang merupakan bagian optik dan sistem deteksi. Komponen-komponen ini biasanya terintegrasi dalam kerangka yang unik untuk membuat spektrometer. Kompertemen sampel berada di dalam jalur optik baik sebelum atau dsesudah sistem dispersi tergantung pada dasain instrumen. Instrumen yang digunakan untuk analisis rutin tidak memerlukan resolusi yang tinggi. Banyak senyawa dalam larutan menghasilkan pita spektrum yang kurang baik. Namun yang penting adalah bahwa instrumen UV-Vis mampu memeberi hasil kuantitatif yang tepat dalam beberapa unit absorbansi.[3]
 




Gambar II. 1. Bagan susunan alat Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak.
Keterangan:
A = sumber cahaya.
B = monokromator.
C = sel absorpsi (tempat larutan).
C1 = contoh.
C2 = pelarut.
D = detektor.
E = meter atau rekorder.
K = konstanta yang bergantu pada kondisi percobaan.[4]
              Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektrofotometer ultraviolet dan daerah tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia. Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua tahap yang pertama yaitu M + hv = M* merupakan eksitasi spesias akibat absorbansi foton (hv) dengan waktu hidup terbatas (10-8 – 10-9 detik). Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya M* menjadi spesies baru dengan reaksi fotokimia. Absorbansi dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak menyebabkan eksitasi elektron ikatan.[5]
              Metode spektrofotometer visibel berdasarkan atas absorban sinar tampakm oleh suatu larutan berwarna, oleh karena itu, metode ini dikenal sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa berwarna saja yang dapat ditentukan dengan metode ini. Kalorimeter dilakaukan dengan membandingkan larutan standar dengan sampel yang dibuat pada kondisi yang sama dalam tabung Nessler atau kalorimeter Dubosq, dengan kalorimeter elektronik, jumlah cahaya yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Sedangkan pada ultra violet yang diabsorpsi adalah cahaya ultraviolet, sehingga larutan yang tidak berwarna dapat diukur.[6]

B.       Metode Fenat
Prinsip metode fenat adalah larutan sampel yang mengandung ammonium diubah menjadi amonia dengan penambahan larutan natrium hidroksida (NaOH), kemudian amonia yang telah dibebaskan ditangkap dengan kertas yang telah dibasahi dengan reagen fenat yaitu : natrium hipoklorit (NaOCl), asam klorida (HCl), mangan sulfat (MnSO4) dan fenat (fenol dalam suasana basa). Fenat berfungsi untuk membentuk kloroamin (NH2Cl) menjadi p-quinion-kloramin selanjutnya bereaksi dengan fenol sisa membentuk senyawa indofenol.[7]


C.      Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel, contoh atau cuplikan  dari bahan ruah atau lapangan yang menjadi objek analisis. Sampel yang diambil harus menggambarkan komposisi dari objek analisis agar diperoleh hasil yang representatif maka pengambilan sampel harus sistemaris, mengikuti langkagh atau tahapan sampling.[8]
Tahapan pengambilan sampel dapat digambarkan sebagai berikut:[9]
1.      Pengumpulan sampel lapangan dari unit-unit pengambilan sampel di lapangan.
2.      Pengukuran jumlah dan ukuran sampel lapangan menjadi partikel-partikel, menjadi sampel laboratorium.
3.      Pengurangan sampel laboratorium menjadi sampel yang siap dianalisis yang dikenal sebagai sampel analitik.
4.      Penyiapan sampel analitik dengan cara tertentu sesuai dengan sampel analitk.

D.      Ammonia (NH3)
Ammonia merupakan senyawaan anorganik yang diperlukan sebagai sumber energi dalam proses nitrifikasi bakteri aerobik, di dalam air ammonia berada dalam dua bentuk  yaitu ammonia tidak terionisasi yang bersifat racun dan ammonia terionisasi yang daya racunnya lebih rendah. Daya racun ammonia dalam air akan meningkat saat kelarutan oksigen rendah. Keberadaan bakteri pengurai sangat berpengaruh terhadap persediaan oksigen yang secara alami terlarut dalam air tambak.[10]
Amonia berada di dalam air dalam dua bentuk yaitu berupa ion amonium (NH4+) atau non-ion amonium (NH3+), keseimbangan amonium dalam larutan sangat dipengaruhi oleh pH, hal ini menunjukkan bahwa hanya dalam bentuk ionnya amonium dapat dihilangkan dari larutan dengan pertukaran ion.[11]
Meningkatnya  senyawa  Amonia, akan  meningkatkan  pertumbuhan  dan kepadatan  fitoplankton.  Kepadatan fitoplankton  yang  tinggi  menimbulkan peristiwa  ledakan  populasi  (blooming), yang  diikuti oleh  kematian  masal (die  off) fitoplankton.  Peristiwa  ledakan  populasi  dan kematian  masal  fitoplankton  akan memperburuk  kualitas  air  tambak,  sehingga produksi  udang  windu  menurun.  Penurunan kualitas  air  tambak  dapat  pula  memacu timbulnya  penyakit pada ikan.  Pencegahannya  terjadinya peningkatan  Amonia  pada  air  tambak  salah satunya  dengan  melakukan  pembatasan jumlah  pakan  yang  diberikan  atau  dengan pengendalian pH pada kondisi alkalis, karena amonia  mudah  menguap  pada  kondisi  ini.[12]

E.      Tambak   
            Tambak merupakan suatu bangunan berupa kolam didaerah pantai yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya biota laut yang bernilai ekonomis. Sumber air pada tambak merupakan campuran dari air laut dan air tawar. Oleh karena itu, kadar garamnya jauh lebih rendah dibandingkan air laut. Selain itu, jenis airnya mempunyai sifat kimia dan fisika yang sangat berbeda dengan air laut maupun air tawar. Lokasi tambak yang baik terletak di daerah pantai atau tempat yang masih dipengaruhi oleh lingkungan pantai agar mudah untuk mendapatkan air laut dan air tawar.[13]


           



BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Waktu dan Tempat
 Hari/ Tanggal             : Jumat/ 21 November 2014
 Pukul                          : 13.00 -17.30 WITA
Tempat                       : Laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia  Instrumen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.         

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
             Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu rangkaian alat Spektrofotometer UV-Vis Varian Cary 50 cone, neraca analitik, hotplate,  pipet  volume  25 mL, pipet skala 1 mL, pipet skala 5 mL, pipet tetes 3 mL, labu      takar 50 mL,  labu    takar 100 mL, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 1000 mL, erlenmeyer 100 mL, spatula, corong, bulp, batang pengaduk dan labu semprot.
2.      Bahan
               Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu akuabides (H2O), aluminium foil, amonium klorida (NH4Cl), etanol (C2H5OH),              fenol (C6H5OH), kertas saring, natrium hidroksida (NaOH),                         natrium hipoklorit (NaClO), natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O), natrium     sitrat (C6H5Na3O7) p.a, sampel air tambak ikan lele dan tissu.



C.      Prosedur Kerja
   Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut:
1.    Pembuatan Larutan Alkalin Sitrat (C6H5Na3O7)
  Menimbang trinatrium sitrat (C6H5Na3O7) sebanyak 10,0023 g ke dalam gelas kimia 100 mL dan menambahkan natrium hidroksida (NaOH) sebanyak 0,2252 g. Menambahkan akuabides (H2O) untuk melarutkannya, setelah larut kemudian memasukkannya ke dalam labu takar 50 mL. Menambahkan akuabides (H2O) hingga tanda batas dan menghomogenkannya. Larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7) siap untuk analisis selanjutnya.
2.     Pembuatan Larutan Pengoksidasi
Memipet larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7) sebanyak 100 mL dan menambahkannya dengan natrium hipoklorit (NaClO) sebanyak 12,5 mL ke dalam erlenmeyer 250 mL, menghomogenkannya. Larutan pengoksidasi siap untuk analisis selanjutnya.
3.     Pembuatan Larutan Fenol (C6H5OH)
 Memipet larutan fenol (C6H5OH) sebanyak 5,55 mL ke dalam labu takar 50 mL, kemudian menambahkannya dengan etanol (C2H5OH)  hingga tanda batas, menghomogenkannya. Larutan fenol (C6H5OH) siap untuk analisis selanjutnya.
4.      Pembuatan Larutan Natrium Nitroprusida (C5FeN6Na2O)
Menimbanga natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) sebanyak 0,2500 g ke dalam gelas kimia 100 mL, menambahkan akuabides (H2O) hingga tanda batas kemudian menghomogenkannya. Larutan natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) siap untuk analsis selanjutnya.


5.      Pembuatan Larutan Induk Ammonia (NH3) 1000 ppm
        Menimbang ammonium klorida sebanya 0,1914 g ke dalam gelas kimia 100 mL kemudian melarutkannya dengan menggunakan akuabides (H2O). memasukkannya ke dalam labu takar 50 mL, menambahkan akuabides (H2O) hingga tanda batas, menghomogenkannya. Larutan induk ammonia 1000 ppm siap untuk analisis selanjutnya.
6.      Pembuatan Larutan Baku Ammonia (NH3) 100 ppm
         Memipet larutan induk ammonia sebanyak 5 mL ke dalam labu takar 50 mL, menambahkan akuabides (H2O) hingga tanda batas kemudian menghomogenkannya. Larutan baku ammonia 100 ppm siap untuk analisis selanjutnya.
7.      Pembuatan Larutan Standar Ammonia (NH3)
  Memipet larutan baku 100 ppm ke dalam labu takar 50 mL dengan konsentrasi masing-masing 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Mengimpitkannya dengan akuabides (H2O) hingga tanda batas, homogenkan. Larutan standar amonia siap untuk analisis selanjutnya.
8.      Preparasi Sampel
   Menyaring sampel air tambak ikan lele ke dalam erlenmeyer 250 mL. Setelah di saring, memipetnya sebanyak 25 mL ke dalam erlenmeyer  250 mL. menambahkan larutan fenol (C6H5OH) sebanyak 1 mL kedalam sampel, menambahkan larutan natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O)  sebanyak 1 mL dan larutan pengoksidasi sebanyak 2,5 mL. Menutupnya dengan aluminium foil, mendiamkannya selama 1 jam untuk pembentukan warna. Sampel siap untuk analisis selanjutnya.


9.      Pembuatan Kurva Kalibrasi
Memipet ke dalam erlenmeyer untuk setiap konsentrasi, menambahkan larutan fenol (C6H5OH) sebanyak 1 mL kedalam sampel, menambahkan larutan natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O)  sebanyak 1 mL dan larutan pengoksidasi sebanyal 2,5 mL. Menutupnya dengan aluminium foil, mendiamkannya selama 1 jam untuk pembentukan warna. Sampel siap untuk analisis di Spektrofotometer UV-Vis secara fenat.
10.     Pengoperasian Spektrofotometer UV-Vis
Nyalakan PC dan boot sistem operasi PC. Apabila printer telah terhubung ke sistem, maka nyalakan printer. Nyalakan spektrofotometer dan tunggu sampai cahaya indikator spektrofotometer berwarna hijau. Proses ini meliputi pengujian spektrofotometer dan mengambil waktu sekitar 1 menit. Meletakkan sampel yang telah dimasukkan kedalam kuvet pada sample compartment. Sebelum sample di ukur, preparasi sample terlebih dahulu disiapkan untuk menggunakan sistem. Lampu hijau akan berkedip, hal ini bahwa menunjukkan pengukuran sedang berlangsung, jika spektrofotometer berhenti, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran telah siap berlangsung. Data  absorbansi dan spektrum akan terbaca di komputer, yang berbentuk grafik hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
1.      Tabel Pengamatan
      Tabel IV.1 pengukuran Absorbansi larutan Standar dan Sampel.
No.
Larutan
Konsetrasi (ppm)
Absorbansi
1.
Blanko
0
0,0003
2.
Standar 1
2
0,0037
3.
standar 2
4
0,0144
4.
Standar 3
6
0,0303
5.
Standar 4
8
0,0463
6.
Standar 5
10
0,0598
7.
Air tambak (I)
UNCAL
0,2819
8.
Air tambak (II)
UNCAL
0,2960

     


2.     

Reaksi
a.      Penambahan Hipoklorit (OCl-) pada Air Tambak yang Mengandung Ammonia (NH3) Menghasilkan Monokloroamina (NH2Cl).
       
b.      Fenol (C5H6OH) Bereaksi dengan Monokloroamina (NH2Cl) Membentuk Senyawa Biru Indofenol.
                                    







 


Gambar IV. I Mekanisme reaksi kimia pembentukan kompleks indofenol dengan
13
metode fenat.
3.      Grafik
a. Kurva Kalibrasi
                     









Grafik VI. 2.  Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Standar.
b.      Grafik Sampel
 










    Grafik VI. 3.  Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Sampel..


c.    Kurva Kalibrasi Manual









                                Grafik VI. 4.  Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Standra.
d.      Grafik Sampel Manual
                    












                Grafik VI. 5.  Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Sampel.

B.       Pembahasan
              Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan kadar ammonia (NH3) yang terdapat pada air tambak. Air tambak yang akan diuji dengan metode fenat. Pengukuran kandungan ammonia (NH3) dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
               Pertama-tama membuat larutan standar dengan menimbang ammonium klorida (NH4Cl), memipet larutan induk ammonia (NH3) 1000 ppm hingga ke deraet standar  dan diencerkan dalam labu takar. Deret standar yang digunakan berbeda-beda bertujuan untuk membedakan absorbansi dari setiap deret standar. Pembuatan larutan pereaksi seperti fenol (C6H5OH), natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) dan pengoksida yang dilakuakan dalam lemari asam karena larutannya berbahaya.
               Pembuatan larutan sampel dilakukan dengan menyaring air tambak untuk memisahkan resedu dan filtratnya, memipet hasil penyaringan air tambak ke dalam erlenmeyer. Menambahkan fenol (C6H5OH) untuk membebaskan ion ammonium (NH4+)menjadi ammonia (NH3). Menambahkan natrium nitroprusid (C5FeN6Na2O) sebagai katalis pembentukan biru indofenol. Menembahkan pengoksida sebagai pengoksida atau senyawa yang akan mengoksidasi sampel. Menutup dengan aluminium foil dan membiarkannya selama satu jam untuk pembentukan warna pada larutan dari bening menjadi biru. Sementara itu dibuat larutan untuk kurva kalibrasi untuk menentukan kurva kalibrasi. Menguji dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis secara fenat.
Panjang gelombang yang digunakan 640 nm, dari kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,006x - 0,005 dengan R²= 0,970. Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat korelasi yang linier antara konsentrasi dan absorbansi dan hampir semua titik terletak pada 1 garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2 yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
 Nilai R2  kurva kalibrasi larutan standar pada penelitian ini adalah 0,970, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1. Kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubung anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,006x - 0,005, dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 0,006 menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai( -0,005) menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel didapatkan kadar ammonia (NH3) dalam sampel air tambak I sebesar 45,65 ppm dan sampel air tambak II sebesar 47,89 ppm.
Menurut teori (Standar Nasional Indonesia) 2012 kandungan ammonia (NH3) dalam air tambak yang tercemar sebesar 12,32 ppm dan yang tidak tercemar sebesar 1,35 ppm sehingga dapat disimpulkan sampel air tampak ikan lele tercemar dan berbahaya bagi kesehatan makhul hidup.







BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar ammonia (NH3) dalam sampel air tambak I (simplo) sebesar 45,65 ppm dan sampel air tambak II (duplo) sebesar 47,89 ppm dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis secara fenat.

B.     Saran
            Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya menguji kandungan ammonia (NH3) pada air sawah untuk mengetahui perbedaan kandungan kadar ammonia (NH3) pada air sawah dan air tambak ikan lele.

18
 













DAFTAR PUSTAKA

Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.
Chadijah, Sitti. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin University Press, 2012.
Febriwahyudi , Chandra Tri dan Wahyono Hadi. “Resirkulasi Air Tambak Bandeng dengan Slow Sand Filter” Jurnal Teknik Pomits 1, No. 1 (2012). Http://ejurnal. bppt.go.id/index.php/JTL/ article/view/365/560.pdf (Diakses 19 November 2014).
Hendrawati,  Tri Heru Prihadi dan Nuni Nurbani Rohmah. “Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur” Jurnal Kelautan dan Perikanan (2010). Http://id.wikipedia.org/wiki (Diakses 19 November 2014).
Khopkar, S. M., Basic Comcepts Of Analytical Chemistry,  terj. A.Saptoraharjordjo,  Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.
Komarawidjaja, Wage. Pengaruh Aplikasi Konsorsium Mikroba Penitrifikasi Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) pada Air Tambak” J.Tek.Ling. P3TL-BPPT 4, No.2 (2003). Http://365-2596-1-PB.pdf (Diakses 19 November 2014).
Nursalam Hamzah. Analisis Kimia Metode Spektrofotometer . Makassar: Alauddin University Press, 2013..
Setiya Rihastiwi Murti, Christiana Maria Herry Purwanti dan Suyatini, “Adsorpsi Amonia dari Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Abu Terbang Bagas” Majalah Kulit, Karet dan Plastik 29, No.2 (2013). Http://2013-292-41.pdf (Diakses 19 Novenber 2014).
Sulistyarti, Hermin. “Pembuatan Tes Kit Kertas Nitrogen-Amonia Berdasarkan Pembentukan Senyawa Indofenol Biru” Jurnal Kimia, FMIPA V 7, No.1 (2014). Http:// 4850-9347-1-S.pdf (Diakses 19 November 2014).
Susiyanto, Moch. “Antisipasi PT. Pupuk Kaltim Terhadap Bahaya Kebocoran System Tanki Penyimpan Amoniak” Tesis (2007). Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki (Diakses 19 November 2014.
Triyati, Etti. “Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta Aplikasinya dalam Oseanologi” Jurnal Oseana  X, No. 1 (1985). Http://www.oseanografi.lipi.go.id/ publikasi/oseana-47.pdf (Diakses 19 November 2014).




LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Instrumen dengan judul “Penentuan Kadar Ammonia dengan Spektrofotometer UV-Vis Secara Fenat” yang disusun oleh:
Nama               : Riskayanti
Nim                 : 60500112028
Kelompok       : II (Dua)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan dapat diterima.
         Samata,         November  2014
Koordinator Asisten                                                                        Asisten


Asrijal, S.Si.                                                                                   Asrijal, S.Si.        
                                                                                               

Mengetahui,
Dosen  Penanggung Jawab



Sappewali., S.Pd., M.Si.







LAMPIRAN PERHITUNGAN

No.
Larutan
Konsetrasi (x)
Absorbansi (y)
x.y
x2
y2
1
Blanko
0
0,0003
0
0
0,00000009
2
Standar 1
2
0,0037
0,0074
4
0,00001369
3
standar 2
4
0,0144
0,0576
16
0,00020736
4
Standar 3
6
0,0303
0,1818
36
0,00091809
5
Standar 4
8
0,0463
0,3704
64
0,00214369
6
Standar 5
10
0,0598
0,598
100
0,00357604
             N= 6
    Σx = 30
   Σy = 0,1548
 Σxy  = 1,2152
Σx2  =220
 Σy2=0,00685896

x rata-rata = 5
y rata-rata = 0,0258
N         = 6
    Σx       = 30
    Σy      = 0,1548                                     
  Σxy   = 1,2152
    Σx2     = 220
    Σ y2    = 0,00685896
Ditanyakan:
a.       b  = .............?
b.      a  = .............?
c.       garis regresi y = a + bx
d.      R2 = ...........?




Penyelesaian:
a.      

Persamaan garis linier (b)

b.    Nilai a
a = y rata-rata – b (x rata-rata)
   = 0,0258  (5)
   = 0,0258 – 0,0315
 = -0,0057




 
c.      

Konsentrasi (x) ammonia (NH3)  dalam air tambak
1.     

Konsentrasi (x) ammonia (NH3)  dalam air tambak (simplo)
y = a + bx
0,2819 = (-0,0057) + 0,0063x
0,2819 + 0,0057= 0,0063x
0,2876 = 0,0063x
x = 45,65 ppm
2.     

Konsentrasi (x) ammonia (NH3)  dalam air tambak (duplo)
 y = a + bx

 0,2960 = (-0,0057) + 0,0063x
 0,2960 + 0,0057 = 0,0063x
              0,3017 = 0,0063x
                    x= 47,89 ppm
d.      Konsentrasi blanko

e.     

konsentrasi deret standar
                                                         Standar 1 :       
Standar 2:


Standar 3 :
Standar 4:

Standar 5:

f.      

Nilai regresi (R)

R2=

R2=

R2=

R2=

R2=

R2=
R2= 0,985


[1]Wage Komarawidjaja, “ Pengaruh Aplikasi Konsorsium Mikroba Penitrifikasi Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) pada Air Tambak” J.Tek.Ling. P3TL-BPPT 4, No.2 (2003). Http:// 365-2596-1-PB.pdf (Diakses 19 November 2014), h. 62.
[2]Etty Triyati,  “Spektrofotometer Ultra-Violet  dan Sinar Tampak  serta Aplikasinya dalam Oseanologi” Oseana X, No. 1 (1985). Http://www.oseanografi.lipi.go.id/ publikasi/oseana-47.pdf (Diakses 19 November 2014), h. 40 dan 47.
[3]Hamzah Nursalam, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 15.
[4]Etty Triyati,  “Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak  serta Aplikasinya dalam Oseanologi” Oseana X, No. 1 (1985), h. 43-44.
                [5] S.M.  Khopkar, Basic Comcepts Of Analytical Chemistry,  terj. A.Saptoraharjordjo,  Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 1990), h. 211.
[6]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 194.
[7]Hermin Sulistyarti, “Pembuatan Tes Kit Kertas Nitrogen-Amonia Berdasarkan Pembentukan Senyawa Indofenol Biru” Jurnal Kimia, FMIPA V 7, No.1 (2014). Http:// 4850-9347-1-S.pdf (Diakses 19 November 2014), h. 21.
[8]Sitti Chadijah, Dasar-Dasar Kimia Analitik (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 10.
[9]Sitti Chadijah, Dasar-Dasar Kimia Analitik, h. 10.
[10] Wage Komarawidjaja, “ Pengaruh Aplikasi Konsorsium Mikroba Penitrifikasi Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) pada Air Tambak” J.Tek.Ling. P3TL-BPPT 4, No.2 (2003), h. 65-66.
[11]Rihastiwi Setiya Murti, Christiana Maria Herry Purwanti dan Suyatini, “Adsorpsi Amonia dari Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Abu Terbang Bagas” Majalah Kulit, Karet dan Plastik 29, No.2 (2013). Http://2013-292-41.pdf (Diakses 19 Novenber 2014), h. 87.
[12]Hendrawati,  Tri Heru Prihadi dan Nuni Nurbani Rohmah, “Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur” Jurnal Kelautan dan Perikanan (2010). Http://id.wikipedia.org/wiki (Diakses 19 November 2014), h. 139-140. 
[13]Chandra Tri Febriwahyudi dan Wahyono Hadi, “Resirkulasi Air Tambak Bandeng dengan Slow Sand Filter” Jurnal Teknik Pomits 1, No. 1 (2012). Http://ejurnal. bppt.go.id/index.php/JTL/ article/view/365/560.pdf (Diakses 19 November 2014), h.1.

1 komentar:

  1. Mbak maaf mau Tanya disini larutan fenol digunakan untuk mengubah amonium menjadi amonia. Knp hal ini bisa terjadi? Bagaimana reaksinya?

    BalasHapus