Penentuan Kadar Ammonia dengan
Spektrofotometer UV-Vis Secara Fenat
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Prinsip metode fenat adalah ammonia (NH3)
bereaksi dengan hipoklorit (OCl-) dan fenol (C6H5OH) yang
dikatalisis oleh natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O2) membentuk senyawa biru indofenol. Ammonia (NH3) dapat di analisa dengan metode titrasi bila kadarnya
tinggi. Bila kadarnya rendah seperti 0,1 mg/L hingga 0,6
mg/L dapat mempergunakan metode spektrofotometer fenat pada panjang gelombang
640 nm.
Salah satu senyawa yang dapat mengganggu
dalam budidaya pada air tambak adalah ammonia (NH3). Kehadirannya dapat menunjukkan bahwa
proses oksidasi ammonia (NH3) menjadi
nitrit dan nitrat tidak berjalan baik atau mengalami penghambatan, sehingga ammonia (NH3) hasil proses dekomposisi bahan
organik terus menumpuk.[1]
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah
dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki kumis
yang panjang yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dilakukan percobaan ini untuk mengetahui kadar amonia dengan spektrofotometer ultra violet visibel secara fenat pada air tambak ikan lele.
1
|
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
pada percobaan ini yaitu berapa kadar ammonia (NH3) dalam air tambak ikan lele dengan menggunakan Spektrofotometer ultra violet visibel secara fenat?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk mengetahui berapa kadar ammonia
(NH3) dalam air tambak ikan lele dengan menggunakan Spektrofotometer ultra violet visibel secara fenat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Spektrofotometer
UV-Vis
Metode spektrofotometri
ultra violet
dan sinar
tampak
telah banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil Penggunaan
spektrofotometer
ultra violet
dan sinar
tampak
bisa untuk contoh cairan maupun padatan, seperti air laut, lumpur atau sedimen dan batuan, oleh
karena prinsip kerja spektrofotometer ultra violet
dan sinar
tampak
berdasarkan penyerapan cahaya oleh suatu larutan, maka semua contoh yang akan
diperiksa harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk larutan, untuk
pemakaian spektrofotometer
sinar
tampak
larutan tersebut harus berwarna, hal
ini bisa dikerjakan dengan menambahkan pereaksi tertentu pada contoh yang
diperiksa. Kemudian hasil pengukuran dari spektrofotometer dimasukkan
ke dalam rumus Lamber-Beer, maka akan didapatkan kadar zat yang
dicari.[2]
3
|
Gambar
II. 1. Bagan susunan
alat Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak.
Keterangan:
A = sumber cahaya.
B = monokromator.
C = sel absorpsi (tempat
larutan).
C1 = contoh.
C2 = pelarut.
D = detektor.
E = meter atau
rekorder.
K = konstanta yang bergantu pada kondisi percobaan.[4]
Pengukuran
absorbansi atau transmitansi dalam spektrofotometer ultraviolet dan daerah
tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia.
Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua tahap yang pertama yaitu M + hv =
M* merupakan eksitasi spesias akibat absorbansi foton (hv) dengan waktu hidup
terbatas (10-8 – 10-9 detik). Tahap kedua adalah
relaksasi dengan berubahnya M* menjadi spesies baru dengan reaksi fotokimia.
Absorbansi dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak menyebabkan eksitasi
elektron ikatan.[5]
Metode
spektrofotometer visibel berdasarkan atas absorban sinar tampakm oleh suatu
larutan berwarna, oleh karena itu, metode ini dikenal sebagai metode
kalorimetri. Hanya larutan senyawa berwarna saja yang dapat ditentukan dengan
metode ini. Kalorimeter dilakaukan dengan membandingkan larutan standar dengan
sampel yang dibuat pada kondisi yang sama dalam tabung Nessler atau kalorimeter
Dubosq, dengan kalorimeter elektronik, jumlah cahaya yang diserap (A)
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Sedangkan pada ultra violet yang
diabsorpsi adalah cahaya ultraviolet, sehingga larutan yang tidak berwarna
dapat diukur.[6]
B.
Metode Fenat
Prinsip metode
fenat adalah larutan sampel yang mengandung ammonium diubah menjadi amonia
dengan penambahan larutan natrium hidroksida (NaOH), kemudian amonia yang telah
dibebaskan ditangkap dengan kertas yang telah dibasahi dengan reagen fenat
yaitu : natrium hipoklorit (NaOCl), asam klorida (HCl), mangan sulfat (MnSO4)
dan fenat (fenol dalam suasana basa). Fenat berfungsi untuk membentuk kloroamin
(NH2Cl) menjadi p-quinion-kloramin selanjutnya bereaksi dengan fenol
sisa membentuk senyawa indofenol.[7]
C.
Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel, contoh
atau cuplikan dari bahan ruah atau lapangan
yang menjadi objek analisis. Sampel yang diambil harus menggambarkan komposisi
dari objek analisis agar diperoleh hasil yang representatif maka pengambilan
sampel harus sistemaris, mengikuti langkagh atau tahapan sampling.[8]
Tahapan pengambilan sampel dapat digambarkan sebagai
berikut:[9]
1.
Pengumpulan sampel
lapangan dari unit-unit pengambilan sampel di lapangan.
2.
Pengukuran jumlah
dan ukuran sampel lapangan menjadi partikel-partikel, menjadi sampel
laboratorium.
3.
Pengurangan sampel
laboratorium menjadi sampel yang siap dianalisis yang dikenal sebagai sampel
analitik.
4.
Penyiapan sampel
analitik dengan cara tertentu sesuai dengan sampel analitk.
D.
Ammonia (NH3)
Ammonia
merupakan senyawaan anorganik yang diperlukan sebagai sumber energi dalam proses
nitrifikasi bakteri aerobik, di dalam air ammonia berada
dalam dua bentuk yaitu ammonia tidak terionisasi yang bersifat
racun dan ammonia terionisasi yang daya racunnya lebih rendah. Daya racun ammonia dalam air akan meningkat saat kelarutan oksigen
rendah. Keberadaan bakteri pengurai
sangat berpengaruh terhadap persediaan oksigen yang secara alami terlarut dalam
air tambak.[10]
Amonia berada di
dalam air dalam dua bentuk yaitu berupa ion amonium (NH4+)
atau non-ion amonium (NH3+), keseimbangan
amonium dalam larutan sangat dipengaruhi oleh pH, hal ini menunjukkan bahwa hanya
dalam bentuk ionnya amonium dapat dihilangkan dari larutan dengan pertukaran
ion.[11]
Meningkatnya senyawa
Amonia, akan meningkatkan pertumbuhan
dan kepadatan fitoplankton. Kepadatan fitoplankton yang
tinggi menimbulkan peristiwa ledakan
populasi (blooming), yang diikuti
oleh kematian masal (die off) fitoplankton. Peristiwa
ledakan populasi dan kematian
masal fitoplankton akan memperburuk kualitas
air tambak, sehingga produksi udang
windu menurun. Penurunan kualitas air
tambak dapat pula
memacu timbulnya penyakit pada
ikan. Pencegahannya terjadinya peningkatan Amonia
pada air tambak
salah satunya dengan melakukan
pembatasan jumlah pakan yang
diberikan atau dengan pengendalian pH pada kondisi alkalis,
karena amonia mudah menguap
pada kondisi ini.[12]
E.
Tambak
Tambak
merupakan suatu bangunan berupa kolam didaerah pantai yang dapat dimanfaatkan
untuk budidaya biota laut yang bernilai ekonomis. Sumber air pada tambak
merupakan campuran dari air laut dan air tawar. Oleh karena itu, kadar garamnya
jauh lebih rendah dibandingkan air laut. Selain itu, jenis airnya mempunyai
sifat kimia dan fisika yang sangat berbeda dengan air laut maupun air tawar.
Lokasi tambak yang baik terletak di daerah pantai atau tempat yang masih
dipengaruhi oleh lingkungan pantai agar mudah untuk mendapatkan air laut dan
air tawar.[13]
|
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Jumat/ 21 November 2014
Pukul : 13.00 -17.30 WITA
Tempat : Laboratorium
Kimia Anorganik dan Kimia Instrumen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan
ini, yaitu rangkaian alat Spektrofotometer UV-Vis Varian Cary 50 cone, neraca analitik, hotplate, pipet volume
25 mL, pipet skala 1 mL, pipet skala 5 mL, pipet tetes 3 mL, labu takar 50 mL, labu
takar 100 mL, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 1000 mL, erlenmeyer 100
mL, spatula, corong, bulp, batang pengaduk dan labu semprot.
2.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu akuabides (H2O), aluminium foil, amonium klorida
(NH4Cl), etanol (C2H5OH), fenol (C6H5OH),
kertas saring, natrium hidroksida (NaOH), natrium hipoklorit (NaClO), natrium
nitroprusida (C5FeN6Na2O), natrium sitrat (C6H5Na3O7)
p.a, sampel air tambak ikan lele dan tissu.
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja
yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan Larutan Alkalin Sitrat (C6H5Na3O7)
Menimbang trinatrium
sitrat (C6H5Na3O7) sebanyak 10,0023
g ke dalam gelas kimia 100 mL dan menambahkan natrium hidroksida (NaOH)
sebanyak 0,2252 g. Menambahkan akuabides (H2O) untuk melarutkannya,
setelah larut kemudian memasukkannya ke dalam labu takar 50 mL. Menambahkan
akuabides (H2O) hingga tanda batas dan menghomogenkannya.
Larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7)
siap untuk analisis selanjutnya.
2. Pembuatan Larutan Pengoksidasi
Memipet
larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7)
sebanyak 100 mL dan menambahkannya dengan natrium hipoklorit (NaClO) sebanyak
12,5 mL ke dalam erlenmeyer
250 mL, menghomogenkannya. Larutan pengoksidasi siap untuk analisis
selanjutnya.
3. Pembuatan Larutan Fenol (C6H5OH)
Memipet larutan fenol (C6H5OH)
sebanyak 5,55 mL ke dalam labu takar 50 mL, kemudian menambahkannya dengan
etanol (C2H5OH)
hingga tanda batas, menghomogenkannya. Larutan fenol (C6H5OH)
siap untuk analisis selanjutnya.
4. Pembuatan Larutan Natrium Nitroprusida (C5FeN6Na2O)
Menimbanga
natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) sebanyak
0,2500 g ke dalam
gelas kimia 100 mL, menambahkan akuabides (H2O) hingga tanda
batas kemudian menghomogenkannya. Larutan natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O)
siap untuk analsis selanjutnya.
5. Pembuatan Larutan Induk Ammonia (NH3) 1000 ppm
Menimbang ammonium klorida sebanya
0,1914 g ke dalam gelas kimia 100 mL kemudian melarutkannya dengan menggunakan
akuabides (H2O). memasukkannya ke dalam labu takar 50 mL,
menambahkan akuabides (H2O) hingga tanda batas, menghomogenkannya.
Larutan induk ammonia 1000 ppm siap untuk analisis selanjutnya.
6. Pembuatan Larutan Baku Ammonia (NH3) 100 ppm
Memipet larutan induk ammonia sebanyak
5 mL ke dalam labu takar 50 mL, menambahkan akuabides (H2O) hingga
tanda batas kemudian menghomogenkannya. Larutan baku ammonia 100 ppm siap untuk
analisis selanjutnya.
7. Pembuatan Larutan Standar Ammonia (NH3)
Memipet
larutan baku 100 ppm ke dalam labu takar 50 mL dengan konsentrasi masing-masing
0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Mengimpitkannya dengan akuabides
(H2O) hingga tanda batas, homogenkan. Larutan standar amonia siap
untuk analisis selanjutnya.
8. Preparasi Sampel
Menyaring sampel air tambak ikan lele ke dalam erlenmeyer 250 mL. Setelah di saring,
memipetnya sebanyak 25 mL ke dalam erlenmeyer
250 mL. menambahkan larutan fenol (C6H5OH)
sebanyak 1 mL kedalam sampel, menambahkan larutan natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) sebanyak 1
mL dan larutan pengoksidasi sebanyak 2,5 mL. Menutupnya
dengan aluminium foil, mendiamkannya selama 1 jam untuk pembentukan warna. Sampel
siap untuk analisis selanjutnya.
9. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Memipet
ke dalam erlenmeyer untuk setiap konsentrasi, menambahkan larutan fenol (C6H5OH)
sebanyak 1 mL kedalam sampel, menambahkan larutan natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) sebanyak 1
mL dan larutan pengoksidasi sebanyal 2,5 mL. Menutupnya
dengan aluminium foil, mendiamkannya selama 1 jam untuk pembentukan warna.
Sampel siap untuk analisis di Spektrofotometer UV-Vis
secara fenat.
10. Pengoperasian Spektrofotometer UV-Vis
Nyalakan PC dan boot sistem operasi PC. Apabila
printer telah terhubung ke sistem, maka nyalakan printer. Nyalakan spektrofotometer dan tunggu sampai cahaya indikator
spektrofotometer berwarna hijau. Proses ini meliputi pengujian spektrofotometer
dan mengambil waktu sekitar 1 menit.
Meletakkan sampel yang telah dimasukkan
kedalam kuvet pada sample compartment. Sebelum sample di ukur, preparasi sample terlebih
dahulu disiapkan untuk menggunakan sistem. Lampu hijau akan
berkedip, hal ini bahwa menunjukkan pengukuran
sedang berlangsung, jika spektrofotometer berhenti, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran telah siap berlangsung. Data absorbansi dan spektrum akan terbaca di
komputer, yang berbentuk grafik
hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi.
BAB
IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
Tabel IV.1 pengukuran Absorbansi larutan
Standar dan Sampel.
No.
|
Larutan
|
Konsetrasi (ppm)
|
Absorbansi
|
1.
|
Blanko
|
0
|
0,0003
|
2.
|
Standar 1
|
2
|
0,0037
|
3.
|
standar 2
|
4
|
0,0144
|
4.
|
Standar 3
|
6
|
0,0303
|
5.
|
Standar 4
|
8
|
0,0463
|
6.
|
Standar 5
|
10
|
0,0598
|
7.
|
Air tambak (I)
|
UNCAL
|
0,2819
|
8.
|
Air tambak (II)
|
UNCAL
|
0,2960
|
2.
|
a. Penambahan Hipoklorit
(OCl-) pada Air Tambak yang Mengandung Ammonia (NH3)
Menghasilkan Monokloroamina (NH2Cl).
b.
Fenol (C5H6OH) Bereaksi dengan Monokloroamina
(NH2Cl) Membentuk Senyawa Biru Indofenol.
Gambar IV. I Mekanisme reaksi kimia pembentukan kompleks indofenol dengan
13
|
3.
Grafik
a. Kurva Kalibrasi
Grafik VI. 2. Hubungan
Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Standar.
b.
Grafik Sampel
Grafik VI. 3.
Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Sampel..
c.
Kurva Kalibrasi
Manual
Grafik VI. 4. Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Standra.
d.
Grafik Sampel Manual
Grafik VI. 5. Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Sampel.
B.
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan
kandungan kadar ammonia (NH3) yang terdapat pada air
tambak. Air tambak yang akan diuji dengan metode fenat. Pengukuran kandungan ammonia
(NH3) dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Pertama-tama membuat larutan standar
dengan menimbang ammonium klorida (NH4Cl), memipet larutan induk ammonia (NH3) 1000 ppm hingga ke deraet standar dan diencerkan dalam labu takar.
Deret standar yang digunakan berbeda-beda bertujuan untuk membedakan absorbansi
dari setiap deret
standar. Pembuatan larutan pereaksi seperti fenol (C6H5OH), natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) dan pengoksida yang dilakuakan dalam lemari asam karena larutannya
berbahaya.
Pembuatan larutan sampel dilakukan
dengan menyaring air tambak untuk memisahkan resedu dan filtratnya,
memipet hasil penyaringan air tambak ke dalam erlenmeyer. Menambahkan fenol (C6H5OH) untuk membebaskan ion ammonium (NH4+)menjadi ammonia
(NH3). Menambahkan natrium nitroprusid (C5FeN6Na2O) sebagai katalis pembentukan biru indofenol. Menembahkan pengoksida sebagai
pengoksida atau senyawa yang akan mengoksidasi sampel. Menutup dengan aluminium
foil dan membiarkannya selama satu jam untuk pembentukan warna pada larutan
dari bening menjadi biru. Sementara itu dibuat larutan untuk kurva kalibrasi
untuk menentukan kurva kalibrasi. Menguji dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis secara fenat.
Panjang gelombang yang digunakan 640 nm, dari kurva kalibrasi
dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan antara konsentrasi
dan absorbansi yaitu y = 0,006x -
0,005 dengan R²= 0,970. Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji
dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien
korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi
larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat
korelasi yang linier antara konsentrasi dan absorbansi dan hampir semua titik
terletak pada 1 garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2
yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
Nilai R2
kurva kalibrasi larutan standar pada penelitian ini adalah 0,970, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut
maka kurva kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤
1. Kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang
menyatakan hubung anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,006x - 0,005,
dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 0,006
menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai( -0,005)
menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan
mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel didapatkan kadar ammonia (NH3) dalam sampel air
tambak I sebesar 45,65
ppm dan sampel air tambak II
sebesar 47,89 ppm.
Menurut
teori (Standar
Nasional Indonesia) 2012 kandungan ammonia (NH3) dalam air tambak yang
tercemar sebesar 12,32 ppm dan yang tidak tercemar sebesar 1,35 ppm sehingga
dapat disimpulkan sampel air tampak ikan lele tercemar dan berbahaya bagi kesehatan
makhul hidup.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar ammonia (NH3) dalam sampel air tambak I (simplo) sebesar 45,65 ppm dan sampel air
tambak II (duplo) sebesar 47,89 ppm dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis secara
fenat.
B. Saran
Saran
yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya menguji kandungan
ammonia (NH3) pada air sawah untuk mengetahui perbedaan kandungan
kadar ammonia (NH3) pada air sawah dan air tambak ikan lele.
|
18
|
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, Maria. Biokimia Teknik
Penelitian. Jakarta:
Erlangga, 2010.
Chadijah, Sitti. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin
University Press, 2012.
Febriwahyudi , Chandra Tri dan
Wahyono Hadi. “Resirkulasi Air Tambak Bandeng dengan Slow Sand Filter” Jurnal Teknik Pomits 1, No. 1 (2012).
Http://ejurnal. bppt.go.id/index.php/JTL/ article/view/365/560.pdf (Diakses 19 November 2014).
Hendrawati,
Tri Heru Prihadi dan Nuni Nurbani Rohmah.
“Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air
Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur” Jurnal Kelautan dan Perikanan (2010). Http://id.wikipedia.org/wiki (Diakses 19 November 2014).
Khopkar, S. M., Basic Comcepts
Of Analytical Chemistry, terj.
A.Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
UI-Press, 1990.
Komarawidjaja, Wage. “ Pengaruh
Aplikasi Konsorsium Mikroba Penitrifikasi Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3)
pada Air Tambak” J.Tek.Ling.
P3TL-BPPT 4, No.2 (2003). Http://365-2596-1-PB.pdf
(Diakses 19 November 2014).
Nursalam Hamzah. Analisis Kimia Metode Spektrofotometer .
Makassar: Alauddin University Press, 2013..
Setiya Rihastiwi Murti,
Christiana Maria Herry Purwanti dan Suyatini, “Adsorpsi Amonia dari Limbah
Cair Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Abu Terbang
Bagas” Majalah Kulit, Karet dan Plastik
29, No.2 (2013). Http://2013-292-41.pdf (Diakses 19 Novenber 2014).
Sulistyarti, Hermin. “Pembuatan Tes Kit Kertas Nitrogen-Amonia Berdasarkan Pembentukan Senyawa
Indofenol Biru” Jurnal Kimia, FMIPA V 7, No.1 (2014). Http:// 4850-9347-1-S.pdf
(Diakses 19 November 2014).
Susiyanto, Moch. “Antisipasi
PT. Pupuk Kaltim Terhadap Bahaya Kebocoran System Tanki Penyimpan Amoniak”
Tesis (2007). Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki (Diakses 19 November 2014.
Triyati, Etti.
“Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta Aplikasinya dalam
Oseanologi” Jurnal Oseana X, No. 1 (1985). Http://www.oseanografi.lipi.go.id/ publikasi/oseana-47.pdf (Diakses 19
November 2014).
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
praktikum Kimia Instrumen dengan judul “Penentuan Kadar Ammonia dengan
Spektrofotometer UV-Vis Secara Fenat” yang disusun
oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : II (Dua)
telah
diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan dapat diterima.
Samata, November 2014
Koordinator
Asisten
Asisten
Asrijal, S.Si. Asrijal, S.Si.
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Sappewali., S.Pd., M.Si.
|
No.
|
Larutan
|
Konsetrasi (x)
|
Absorbansi (y)
|
x.y
|
x2
|
y2
|
1
|
Blanko
|
0
|
0,0003
|
0
|
0
|
0,00000009
|
2
|
Standar 1
|
2
|
0,0037
|
0,0074
|
4
|
0,00001369
|
3
|
standar 2
|
4
|
0,0144
|
0,0576
|
16
|
0,00020736
|
4
|
Standar 3
|
6
|
0,0303
|
0,1818
|
36
|
0,00091809
|
5
|
Standar 4
|
8
|
0,0463
|
0,3704
|
64
|
0,00214369
|
6
|
Standar 5
|
10
|
0,0598
|
0,598
|
100
|
0,00357604
|
N= 6
|
Σx = 30
|
Σy = 0,1548
|
Σxy = 1,2152
|
Σx2 =220
|
Σy2=0,00685896
|
x rata-rata = 5
y rata-rata = 0,0258
N = 6
Σx = 30
Σy = 0,1548
Σxy = 1,2152
Σx2 = 220
Σ y2 = 0,00685896
Ditanyakan:
a. b =
.............?
b. a =
.............?
c. garis regresi y = a + bx
d. R2 = ...........?
|
a.
|
|
b. Nilai a
a = y rata-rata – b (x
rata-rata)
= 0,0258
–
(5)
= 0,0258
–
0,0315
= -0,0057
|
c.
|
1.
|
y = a + bx
0,2819 = (-0,0057) + 0,0063x
0,2819 + 0,0057= 0,0063x
0,2876 = 0,0063x
x = 45,65
ppm
2.
|
y = a + bx
|
0,2960
+ 0,0057 = 0,0063x
0,3017 =
0,0063x
x=
47,89 ppm
d. Konsentrasi
blanko
e.
|
Standar 1 :
Standar 2:
|
|
Standar 4:
|
f.
|
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
R2= 0,985
[1]Wage Komarawidjaja, “ Pengaruh Aplikasi
Konsorsium Mikroba Penitrifikasi Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3)
pada Air Tambak” J.Tek.Ling.
P3TL-BPPT 4, No.2 (2003). Http:// 365-2596-1-PB.pdf (Diakses 19
November 2014), h. 62.
[2]Etty
Triyati, “Spektrofotometer Ultra-Violet dan
Sinar Tampak serta Aplikasinya dalam Oseanologi” Oseana X, No. 1 (1985). Http://www.oseanografi.lipi.go.id/ publikasi/oseana-47.pdf
(Diakses 19
November 2014), h. 40 dan 47.
[3]Hamzah
Nursalam, Analisis Kimia Metode
Spektrofotometer (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 15.
[4]Etty Triyati, “Spektrofotometer
Ultra-Violet dan
Sinar Tampak serta Aplikasinya dalam Oseanologi” Oseana X, No. 1 (1985), h. 43-44.
[7]Hermin Sulistyarti, “Pembuatan Tes Kit Kertas Nitrogen-Amonia Berdasarkan Pembentukan Senyawa
Indofenol Biru” Jurnal Kimia, FMIPA V 7, No.1 (2014). Http:// 4850-9347-1-S.pdf
(Diakses 19 November 2014), h. 21.
[8]Sitti
Chadijah, Dasar-Dasar Kimia Analitik
(Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 10.
[9]Sitti
Chadijah, Dasar-Dasar Kimia Analitik,
h. 10.
[10] Wage Komarawidjaja, “ Pengaruh Aplikasi Konsorsium Mikroba
Penitrifikasi Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) pada Air Tambak” J.Tek.Ling. P3TL-BPPT 4, No.2 (2003), h. 65-66.
[11]Rihastiwi
Setiya Murti, Christiana Maria Herry Purwanti dan Suyatini, “Adsorpsi
Amonia dari Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Abu Terbang Bagas” Majalah Kulit,
Karet dan Plastik 29, No.2 (2013). Http://2013-292-41.pdf
(Diakses 19 Novenber 2014), h. 87.
[12]Hendrawati, Tri Heru Prihadi dan Nuni Nurbani Rohmah,
“Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air
Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur” Jurnal Kelautan dan Perikanan (2010). Http://id.wikipedia.org/wiki
(Diakses 19 November 2014), h. 139-140.
[13]Chandra Tri Febriwahyudi dan Wahyono Hadi, “Resirkulasi
Air Tambak Bandeng dengan Slow Sand Filter” Jurnal
Teknik Pomits 1, No. 1 (2012). Http://ejurnal. bppt.go.id/index.php/JTL/ article/view/365/560.pdf (Diakses 19 November 2014),
h.1.
Mbak maaf mau Tanya disini larutan fenol digunakan untuk mengubah amonium menjadi amonia. Knp hal ini bisa terjadi? Bagaimana reaksinya?
BalasHapus