Kromatografi Kertas (KK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah
kromatografi berasal dari bahasa latin chroma yang berarti warna dan grafhien
yang berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael
Tswest (1930) seorag ahli botani dari rusia. Michel Tswest dalam percobaannya
ia berhasil memisahkan klorofil dab pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak
tumbuhan engan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom
kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan
menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian
dialirkan pelarut petroleum eter.
Hasilnya berupa pita-pita berwarna tersebut yang terlihat sepanjang kolom
sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Berdasarkan
pita-pita berwarna tersebut muncul istilah kromatografi.[1]
|
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukanlan percobaan
tentang kromatografi kertas untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode
pemisahan kromatografi kertas dan mengetahui pigmen warna dalam tinta.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kertas (KK)?
2.
Bagaimana
cara pemisahan pigmen warna dari tinta dengan menggunakan metode kromatografi
kertas (KK)?
C.
Tujuan
Percobaan
Tujuan
percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kertas (KK).
2.
Untuk
mengetahui cara pemisahan pigmen warna dari tinta dengan menggunakan metode
kromatografi kertas (KK).
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian
kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi
diferensial komponen sampel di antara dua fasa, yaitu fasa diam (stationary
fhase) dan fase gerak (mobil fhase). Fasa diam dapat berupa padatan
atau cairan yang terikat pada permukaan
padatan (kertas atau suatu absorben), sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan
atau gas yang biasa disebut sebagai eluen atau pelarut. Gerakan fasa gerak ini
mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial komponen-komponen dalam sampel.[3]
Istilah
kromatografi diturunkan dari kata-kata Yunani yang berarti “warna” dan “tulis”,
warna senyawa-senyawa itu jelas merupakan suatu kebetulan dalam proses
pemisahan. Tswett mengatisipasi penerapan-penerapannya ke berbagai sistem
kimia. Karya Tswett didalami dan diperluas secepatnya, bebepara ilmu
pengetahuan telah berkembang lebih pesat. Namun, kromatografi tetap
terbengkalai tahun 1931. Ketika pemisahan pigmen-pigmen tumbuhan karotin
dilaporkan oleh seorang ahli kimia organic terkemuka Kuhn. Perhatian ini
menarik lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorpsi menjadi lebih
luas dan digunakan dalam bidang kimia
produk alam.[4]
|
Pada prinsipnya, teknik
untuk memisahkan suatu persenyawaan dengan struktur sama atau berbeda sedikit,
dengan cara adsorpsi secara selektif pada adsorben yang berbeda. Dikenal dua
fasa pada kromatografi yaitu fasa mobil atau fasa gerak yang membawa sampel dan
fasa stasioner atau fasa diam yang menahan sampel. Fasa gerak dapat berupa
cairan atau gas, sedangkan fasa diam dapat berupa padatan atau cairan. Jika
fasa mobilnya berupa cairan, maka disebut kromatografi cairan dan jika asa
mobilnya berupa gas, maka disebut kromatografi gas.[6]
Komponen yang
dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk
berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut didalamnya, teradsorbsi, atau
bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan
migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan dapat digunakan
untuk keperluan identifikasi (analisis kuantitatif), penetapan kadar (analisis
kuantitatif) dan pemurnian suatu senyawa (pekerjaan preparatif).[7]
Salah satu
keuntungan dari kromatografi kertas adalah kemudahan dan kesederhanaannya pada
pelaksanaan pemisahan, yaitu hanya pada lembaran kertas saring yang berlaku
sebagai medium pemisahan dan juga sebagai penyangga. Keuntungan lain yaitu
keterulangan Rf merupakan parameter yang berharga dalam memaparkan senyawa
tumbuhan baru. Salah satu contohnya untuk memisahkan senyawa antosianin yang
tidak mempunyai ciri fisik lain yang jelas, Rf adalah sarana yang penting dalam
memaparkan dan membedakan pigmen yang satu dengan yang lain[8]
Kromatografi
kertas semula hanya dianggap sebagai suatu bentuk sederhana dari partisi
cair-cair. Serat-serat selulosa hidrofilik dari kertas dapat mengikat air setelah berada di udara yang lembab, kertas penyaring yang nampak
kering sebenarnya dapat mengandung persentase air yang besar[9]
Kromatografi partisi,
senyawa-senyawa dengan perbedaan jenis jumlah gugus fungsi biasanya dipisahkan.
Kehebatan kromatografi adsorbsi yang tidak dimiliki oleh metode
lain adalah kemampuan untuk memisahkan campuran-campuran isomer[10]
Kromatografi
pada kertas biasanya melibatkan kromatografi pembagian atau penyerapan. Pada
kromatografi pembagian, senyawa terbagi dalam pelarut alkohol yang sebagian
besar tidak becampur dengan air, misalnya n-butanol. Campuran pelarut klasik
yaitu n-butanol dan asam asetat serta air dengan perbandingan 4 : 1: 5[11]
Analisis sampel zat warna dengan kromatografi kertas pada sampel
zat warna dan Sampel zat warna sintetik untuk makanan diidentifikasi dengan menggunakan
zat warna pembanding dan sampel zat warna tekstil yang sesuai. Jika sampel
tersebut berupa campuran zat warna, maka untuk identifikasi, digunakan zat
warna pembanding dan sampel zat warna tekstil yang merupakan komponen warna
pembentuknya. Contohnya untuk sampel zat warna sintetik yang berwarna hijau,
dibandingkan dengan zat warna pembanding dan sampel zat warna tekstil hijau,
kuning, dan biru.[12]
Pengidentifikasian
noda-noda sering dikarakteristiskan berdasarkan nilai Rf nya. Nilai Rf adalah
rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang
dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang sama. Nila Rf yang
identik suatu senyawa yang diketahui dan yang tidak diketahui dengan
menggunakan beberapa system pelarut yang berbeda memberikan bukti yang kuat
bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah identil, terutama jika senyawa
tersebut dijalankan secara berdampingan di seluruh pita kertas yang sama.[13]
Bilangan Rf adalah
jarak yang ditempuh kromatografi nisbi terhadap garis depan. Bilangan Rf
diperoleh dengan mengukur jarak antara titik awal dan pusat bercak yang
dihasilkan senyawa dan jarak ini kemudian dibagi dengan jarak antara titik awal
dan garis depan (yaitu jarak yang ditempuh cairan pengembang). Bilangan ini
selalu berupa pecahan dan terletak antara 0,01 dan 0,99.[14]
Tinta
adalah bahan berwarna yang mengandung pigmenwarna yang digunakan untuk mewarnai suatu permukaan.Tinta bersama pena dan pensildigunakan untuk menulis dan menggambar. Tinta merupakan sebuah media yang sangat kompleks, berisikan pelarut, pigmen, celupan, resin dan pelumas, sollubilizer (semacam senyawa yang membentuk ion-ion polimer polar dengan resin tahan air). Selain itu, ada surfaktan yang merupakan unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari
sebuah cairan yang memungkinkan penyebaran dengan mudah, surfaktan juga
menurunkan tekanan antar permukaan antara dua cairan). Dalam tinta juga terdapat materi-materi
partikuler, pemijar, dan material-material lainnya. Komponen-komponen tinta
tersebut menjalankan banyak fungsi seperti unsur pembawa tinta, pewarna, dan
bahan-bahan tambahan lainnya yang digunakan untuk mengatur aliran, ketebalan,
dan bentuk tinta ketika kering.[15]
Tinta adalah cairan yang berisikan bermacam pigmen dan atau celupan
yang digunakan untuk mewarnai bidang atau untuk menghasilkan suatu gambar, teks
ataupun sebuah desain.Tinta juga digunakan untuk mengambar dan atu menulis
menggunakan pena, kuas atau quill (semacam kuas berbulu
lembut). Tinta yang lebih kental dalam bentuk pasta digunakan secara luas pada
penerbitan dan percetakan litografis (sebuah metode pencetakan menggunakan
pelat yang memiliki permukaan yang sangat halus).[16]
Heksana adalah sebuah senyawa
hidrokarbon alkana
dengan rumus kimia C6H14
(isomer utama n-heksana
memiliki rumus (CH3(CH2)4CH3).
Awalan heks- merujuk pada enam
karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana,
yang merujuk pada ikatan tunggal
yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer
heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut
organik yang inert.
Heksana juga umum terdapat pada bensin
dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan
cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.[17]
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.Waktu
dan Tempat
Hari / Tanggal : Senin / 19 Mei 2014
Pukul : 08.00 – 10.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik
Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Alauddin
Makassar.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu,
chamber, pipet volum 5 mL, pipet volum 10 mL, kimia 250 ml, gunting, mistar dan pensil.
2.
Bahan
Bahan–bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu aquades (H2O), kertas saring wothman, n-heksan
(C6H14), tinta biru, hitam, merah dan ungu.
|
C.
Prosedur Percobaan
Prosedur
kerja dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan empat lembar kertas
saring dengan ukuran panjang 7 cm dan lebar 2 cm.
2. Mengoven kertas saring ke dalam
oven.
3. Memberi tanda batas pada bagian atas
dan bawah 0,5 cm.
4. Memipet 2 ml n-heksan (C6H14) ke dalam chamber.
5. Menambahkan 2 ml air (H2O)
ke dalam chamber yang berisi n-heksan
(C6H14) kemudian menghomogenkan campuran.
6. Menotol masing-masing kertas saring
dengan tinta hitam, merah, biru dan ungu.
7. Memasukkan kertas saring yang telah
ditotol ke dalam chamber yang berisi pelarut dari campuran n-heksan (C6H14) dan air (H2O).
8. Mengoven kertas saring ke dalam
oven.
9. Mengamati jarak tempuh pelarut dan
noda hingga pelatunya berada pada tanda
batas atas kertas saring.
10. Mengeluarkan kertas saring dari
chamber.
11. Mengukur jarak pelarut.
12. Mengeringkan kertas saring dengan menggunakan
oven.
13. Jarak noda dan tinta.
14. Menghitung harga Rf noda dan tinta
BAB 4
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
a.
Air (H2O) + n-heksan (C6H14)
(1:1)
No.
|
Warna
Tinta
|
Jarak
Pelarut
|
Warna
Noda
|
Jarak
Tinta
|
Rf
|
Gambar
|
1.
|
Hitam
|
6
cm
|
Hitam
Biru
|
2 cm
1 cm
|
0,3
0,17
|
|
2.
|
Merah
Muda
|
6
cm
|
Biru
Muda
|
6
cm
|
1
|
|
3.
|
Biru
Muda
|
6
cm
|
Biru
Muda
|
5,8
cm
|
0,96
|
|
4.
|
Biru
Tua
|
6
cm
|
Ungu
Biru
|
1,8 cm
6 cm
|
0,3
1
|
|
b.
Air
(H2O) dan Etanol (C2H5OH) (1:1)
No.
|
Warna
|
JarakEluen (cm)
|
Noda
|
Jarak Noda (cm)
|
Rf
|
Gambar
|
1.
|
Hitam
|
5
|
Hitam
Hijau tua
|
3,5
0,7
|
0,7
0,14
|
|
Ungu
|
0,5
|
0,1
|
||||
2.
|
Merahmuda
|
5
|
Merah muda
|
4,7
|
0,94
|
|
3.
|
Biru
|
5
|
Biru
|
4,8
|
0,96
|
|
4.
|
Ungu
|
5
|
Ungu
Biru
|
4
1
|
0,8
0,2
|
c.
Air
(H2O) dan kloroform (CHCl3) (1:1)
No.
|
Warna
|
Jarak Eluen (cm)
|
Noda
|
Jarak Noda (cm)
|
Rf
|
Gambar
|
1
|
Hitam
|
6
|
Hitam
Kuning
Biru
|
0,9
0,2
0,5
|
0,15
0,3
0,08
|
|
2
|
Pink
|
6
|
Merah- muda
|
0,4
|
0,07
|
|
3
|
Biru
|
6
|
Biru
|
6,4
|
0,5
|
|
4
|
Ungu
|
6
|
Merah
Biru
Ungu
|
1
3
2
|
0,17
0,5
0,33
|
d.
Air
(H2O) dan Etanol (C2H5OH) (1:1)
No
|
Sampel
|
Jarak Eluen
(cm)
|
Jarak Noda
(cm)
|
Rf
|
Gambar
|
|||
1
|
Hitam
|
5,5
|
3,4
|
0,61
|
||||
2
|
Pink
|
5,5
|
1,0
|
0,18
|
||||
3
|
Biru
|
5,5
|
3,5
|
0,63
|
||||
4
|
Ungu
|
5,5
|
3,7
|
0,67
|
2.
Analisi
Data
a.
Air (H2O) + n-heksan (C6H14)
(1:1)
1.
Warna Hitam
Hitam:
= 0.33
Biru:
= 0.17
2. Warna
Merah
Merah:
=
1
3. Warna
Biru Muda
Biru
Muda:
= 6,3
4. Warna
Biru Tua
Ungu:
= 0.3
Biru:
= 1
b.
Air
(H2O) dan Etanol (C2H5OH) (1:1)
1. Warna
Hitam
Hitam:
Hijau:
Ungu:
2. Warna
Pink
Pink:
3. Warna
Biru
Biru:
4. Warna
Ungu
Ungu:
Biru:
c. Air (H2O)
dan kloroform (CHCl3) (1:1)
1. Tinta
hitam
Hitam
Kuning
Biru
2. Tinta
Pink
Pink
3. Tinta
biru
Biru
4. Tinta ungu
Merah
Biru
Ungu
d. Air (H2O)
dan Etanol (C2H5OH) (1:1)
1.
Tinta hitam
Hitam
2. Tinta
Pink
Pink
3.
Tinta biru
Biru
4. Tita ungu
Merah
B.
Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik
pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan
fase diam untuk memisahkan komponen yang berada pada larutan atau prosedur
pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam
system yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satunya bergerak secara
berkesinambungan dalam arah tetentu dan didalamya zat – zat itu menunjukkan
perbedaan mobilitas yang disebabkan dengan adanya perbedaan dalam adsorben,
partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Sehingga masing - masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan
metode.
Pada percobaan ini menggunakan 4
sampel yaitu tinta merah, tinta biru, tinta hitam dan tinta ungu dengan
menggunakan pelarut berupa campuran akuades (H2O) dan n-heksan (C6H14) Setelah mengikuti prosedur percobaan
yang ada, diperoleh perbedaan jarak antara noda yang ada dalam pelarut antara
lain untuk tinta hitam, merah muda, biru muda dan biru tua sebesar 6 cm
sedangkan jarak noda untuk tinta hitam dengan warna noda hitam dan biru sebesar
2 cm dan 1 cm. Jarak noda untuk tinta merah muda sebesar 6 cm untuk tinta biru
muda diperoleh jarak noda sebesar 5.8 cm
dan untuk tinta biru tua dengan warna noda yaitu ungu dan biru diperoleh jarak
noda sebesar 1.8 cm dan 6 cm. Harga Rf untuk tinta hitam dengan warna noda
yaitu hitam, hijau dan ungu sebesar 0.33 dan 0.17 dan 0,2 untuk tinta merah
muda diperoleh Rf sebesar 1, tinta biru muda diperoleh Rf sebesar 0,96 an untuk
tinta biru tua diperoleh Rf sebesar 0.3 dan 1 dengan warna noda berupa ungu dan
biru.
Percobaan kromatografi selalu
berkaitan dengan harga Rf. Besarnya jarak yang ditempuh noda tergantung pada
beberapa hal antara lain kelarutan antara noda dan pelarutnya, jika noda dan
pelarutnya bekerja dengan prinsip likedissolves
like (saling melarut karena memiliki sifat yang sama) maka noda tersebut
akan lebih mudah bergerak. Selain tu kemampuan pelarut untuk bergerak merambat
pada kertas saring atau sifat kapilaritas tinggi maka harga Rfnya akan lebih
rendah. Pada praktikum ini jarak noda tidak terlalu tinggi
dikerenakan ukuran kertas saring yang kurang memadai sehingga warna noda yang
dihasilkan pun tidak dapat diperoleh secara maksimal.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada
percobaan ini, yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip kromatografi kertas adalah
adsorbsi dan kepolaran, dimana adsorbsi didasarkan pada banyaknya komponen
dalam campuran yang diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran komponen
berpengaruh kerena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika
memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan jarak tempuh pada fase diam dan
fase gerak.
2. Pigmen warna pada tinta hitam yaitu
hijau, hitam, dan ungu untuk tinta pink diperoleh warna pigmen pink, tinta biru
diperoleh warna pigmen yaitu biru serta untuk tinta ungu diperoleh warna pigmen ungu dan biru.
B.
Saran
Saran
yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu sebaiknya pada percobaan
berikutnya dapat digunakan sampel dari warna ekstra tumbuhan seperti eksrak
daun pandan atau ekstrak bayam sebagai pembanding dari sampel tinta.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Azizahwati, dkk. “Analisis Zat Warna
Sintesis Terlarang oleh Makanan yan Beredar Dipasar”. Departemen
Farmasi-Depok-Universitas Indonesia, vol IV, No. 1 (April 2007).
Bintang,
Maria. Biokimia Teknik Penelitian.
Jakarta: Erlangga, 2010.
Day, R. A., dkk, Quantitative Analysis,
terj. Iis Sofyan. analisis kimia
kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2002.
Harborne,
J. B. Phytochemical methods,
terj. Kosasih Padmawinata. Metode Fitokimia. Bandung: ITB, 1987.
Hendayana,
Suminar. Kimia Pemisahan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
M.
S., Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris. Kimia
Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.
“n-heksan” Wikipedia the free
encyclopedia.http://id.wikepedia.org/wiki/n-heksan (2014).
|
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum
Dasar–dasar Pemisahan Kimia dengan Judul “Kromatografi Kertas (KK)” disusun
oleh
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : III (Tiga)
telah diperiksa oleh Asisten/
Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima sebagai laporan lengkap.
Samata, Mei 2014
Koordinator Asisten Asisten
Siti
Hardiyanti R. L Indah ayu
Risnah
Nim:
60500110027 Nim: 60500111025
Mengetahui,
Dosen penanggung Jawab
Dra. Sitti Chadijah, M.Si
Nip. 19680216 199903 2 001
[1]Alimin M. S., Muh. Yunus
dan Irfan Idris, Kimia Analitik
(Makassar: Alauddin Press, 2007), h. 73
[2]J. B., Harborne,
Phytochemical methods, terj. Kosasih Padmawinata, Metode Fitokimia (Bandung:
ITB, 1987), h. 9.
[6]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta:
Erlangga, 2010), h. 141.
[8]J. B., Harborne,
Phytochemical methods, terj. Kosasih Padmawinata, Metode Fitokimia,
h. 10.
[9]R. A. Day dan A. L.
Underwood, Quantitatif Analiysis,
terj. Hitarius Wibi H dan Lemeda Simarmata, Analisis Kimia Kuantitatif
(Jakarta: Erlangga, 2002), h. 551.
[10]Suminar,
Hendayana, Kimia Pemisahan (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.103.
[11]Harborne, J.B, Phytochemical
methods, terj. Kosasih Padmawinata, Metode Fitokimia, h.10.
[12]Azizahwati, dkk, “Analisis
Zat Warna Sintesis Terlarang oleh Makanan yan Beredar Dipasar”, Departemen
Farmasi-Depok-Universitas Indonesia, vol IV, No. 1 (April 2007), h.5.
[13]R.A. Day
dan L. Underwood. Quantitative Analysis, terj. Iis Sopyan. Analisis Kimia Kuantitatif, h. 550.
[17]“n-heksan” Wikipedia the free
encyclopedia.http://id.wikepedia.org/wiki/n-heksan (2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar