Cara Uji Merkuri (Hg) Secara Spektrofotometer
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan
manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmein” artinya
berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk kecantikan maupun untuk
kesehatan. Masyarakat di zaman Mesir Kuno sudah memanfaatkan merkuri pada abad
ke 18. Dunia kedokteran memakai merkuri sebagai obat sifilis, tapi sekarang
semua bahan obat dokter yang mengandung merkuri sudah ditinggalkan karena
merkuri adalah logam berat yang berbahaya bagi kesehatan.[1]
1
|
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dilakukan percobaan ini untuk mengetahui kadar Cd dalam tiram secara destruksi
dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
B. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah pada percobaan ini yaitu berapakah kadar merkuri (Hg) dalam
kerang tiram secara destruksi asam dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA)?
C. Tujuan
Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) dalam kerang tiram secara destruksi
asam dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kosmetik
Kosmetik
merupakan produk yang dihasilkan oleh industri kosmetik dan dipasarkan secara
langsung kepada konsumen. Kosmetik berguna untuk memperbaiki kesehatan,
kebersihan dan penampilan fisik manusia dan melindungi bagian tubuh dari
kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan. Kosmetik termasuk sediaan farmasi
maka pembuatannya harus mengikuti persyaratan, keamanan, dan pemanfaataan
sesuai Undang-Undang Kesehatan serta Peraturan Pelaksanaannya yaitu batas
cemaran merkuri didalam kosmetik sebesar 1 mg/kg. sesuai dengan Peraturan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 03.1.23.07.11,6662
Tahun 2011. Kosmetik tidak boleh mempengaruhi fisiologi tubuh dan hanya bekerja
di lapisan epidermis kulit.[3]
Di
Indonesia angka kejadian efek samping kosmetik juga cukup tinggi terbukti
dengan selalu di jumpainya kasus efek samping kosmetik pada praktek seorang
dermatologi. Reaksi efek samping kosmetik cukup parah akibat penambahan bahan
aditif untuk meningkatkan efek pemutih. Parahnya reaksi efek samping kosmetik
ini salah satunya disebabkan karena penambahan bahan aditif untuk meningkatkan
efek pemutih, disamping karena penggunaan jangka panjang pada area yang luas
pada tubuh, di iklim yang panas dan lembab yang kesemuanya meningkatkan
absorbsi melewati kulit.[4]
3
|
B.
Merkuri (Hg)
Raksa merupakan terjemahan ke
bahasa Indonesia dari bahasa latin "hydrargyrum" (Hg). Terjemahan ke
bahasa Inggris adalah mercury, yang berarti mudah menguap. Walaupun terjemahan
hydrargyrum ke bahasa Indonesia adalah raksa, namun dikalangan peneliti dan
masyarakat unsur hydrargyrum lebih terkenal dengan nama merkuri. Raksa adalah
unsur kimia, yang mempu-nyai nomor atom 80, berat atom 200,61 dan jari-jari
atom 1,48 A°. Merupakan satu satunya unsur logam yang berbentuk cair pada suhu
kamar ( 25°C ) dan sangat mudah menguap. Membeku pada suhu — 38,87°C dan
mendidih pada suhu 356,9°C. Warnanya tergantung pada ben-tuk fasanya. Fasa cair
berwarna putih perak, sedangkan fasa padat berwarna abu-abu. Densitas raksa
yaitu 13,55 merupakan densitas yang tertinggi dari semua benda cair. Tegangan
permukaannya juga sangat tinggi yaitu 547 dine, dibandingkan dengan air (73
dine) atau alkohol (22 dine).[5]
Berdasarkan
PERMENKES RI No.445/MENKES/PER/V/1998 Indonesia melarang penggunaan merkuri dalam
sediaan kosmetik, namun penggunaan krim yang mengandung merkuri ini masih terus
digunakan. Menurut Dr. Retno I. Tranggono, SpKK menyebutkan bahwa krim yang
mengandung merkuri, awalnya memang terasa manjur dan membuat kulit tampak putih
dan sehat, tetapi lama-kelamaan, kulit dapat menghitam dan menyebabkan jerawat
parah, selain itu, pemakaian merkuri dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan kanker kulit, kanker payudara, kanker leher rahim, kanker
paru-paru, dan jenis kanker lainnya. Pendapat ini berbeda dengan pendapat dari
masyarakat dimana Masyarakat menganggap bahwa kosmetik pemutih wajah tidak akan
menimbulkan hal-hal yang membahayakan karena hanya ditempelkan dibagian luar
kulit saja, tetapi ternyata pendapat ini salah, kulit mampu menyerap bahan yang
melekat pada kulit. Absorpsi kosmetik melalui kulit terjadi karena kulit
mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat di
atasnya. Dampak dari absorpsi ini ialah efek samping kosmetik yang dapat
berlanjut menjadi efek toksik kosmetik.[6]
C.
Destruksi
Destruksi
merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsurnya sehingga dapat
dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk
organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik, pada
dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi
basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini
memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda.[7]
Destruksi
basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun
campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut
yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), asam perklorat (HClO4),
dan asam klorida (HCl). Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik
tunggal maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya
larutan jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen
yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah
berjalan dengan baik. Senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan
senyawa garam yang stabil dan disimpan selama beberapa hari, pada umumnya
pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal, dalam usaha
pengembangan metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.[8]
Destruksi kering merupakan perombakan
organik
logam di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan
sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada
umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC,
tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.[9]
D.
Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi
atom merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur, dimana sekitar 70
unsur dapat dianalisis. Pemakaiannya luas pada berbagai bidang karena
prosedurnya paling selektif, spesifik, sensitivitasnya tinggi yaitu kisaran ppm
sampai ppb, waktu yang diperlukan cepat dan mudah dilakukan.[10]
Prinsip dasar
dari spektrofotometer serapan atom (SSA) adalah penyerapan energi
secara eksklusif oleh atom dalam keadaan dasar dan berada dalam bentuk gas.
Sebuah larutan yang terdiri dari spesi logam tertentu ketika disedot ke dalam
nyala, maka akan berubah menjadi uap sesuai dengan spesi logam. Beberapa logam
akan naik langsung ke tingkat energi eksitasi
sedemikian rupa untuk memancarkan radiasi logam tertentu. Titik kritis dari
atom logam dengan energi kuantum yang cukup besar dari
unsure tertentu akan tetap berada dalam keadaan dasar dan tidak teremisi. Atom
tersebut yang akan menerima radiasi cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu yang sesuai dengan atom logam.[11]
Spektroskopi
absorpsi atom pada metodenya radiasinya dari suatu sumber yang sesuai (lampu
katoda cekung) dilewatkan kedalam nyala api yang berisi sampel yang telah
teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui
monokromator, untuk membedakan antara radiasi yang berasal dari sumber radiasi
dan radiasi dari nyala api, biasanya digunakan chopper yang dipasang sebelum radiasi dari sumber radiasi mencapai
nyala api. Detektor disini akan menolak arus searah (DC) dari emisi nyala dan
hanya mengukur arus bolak balik
(sinyal absorpsi) dari sumber radiasi dan sampel. Konsentrasi unsur berdasarkan
perbedaan intensitas radiasi pada saat ada atau tidaknya unsur yang diukur
(sampel) dalam nyala api.[12]
Pelarut
digunakan dalam prosedur dalam
spektrofotometrik menimbulkan permasalahan dalam beberapa daerah spektrum.
Pelarut tidak hanya harus melarutkan sampel tetapi juga tidak boleh menyerap
cukup banyak dalam daerah itu dibuat.[13]
Spektrofotometer serapan atom (SSA)
dapat mengukur kadar unsur tertentu dengan baik meskipun dengan adanya
unsur-unsur yang lain, sama sekali tidak ada keharusan untuk memisahkan unsure
uji dari yang lain sehingga tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga
menghilangkan berbagai sumber kesalahan yang mungkin muncul selama proses ini.
selain itu, Spektrofotometer serapan atom (SSA)
dapat juga digunakan untuk menentukan larutan berair dan larutan berair.
Kenyataannya, Spektrofotometer serapan atom (SSA)
bebas dari segala kerumitan persiapan sampel, telah terbukti sebagai alat
analisis yang ideal dan serbaguna, walaupun bukan ahli kimia, misalnya ahli
biologi, dokter dan insinyur yang lebih berorientasi pada pentingnya hasil.[14]
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A. Waktu
dan Tempat
Hari/
Tanggal : Jumat/ 14 November 2014
Pukul
: 13.00-17.30 WITA
Tempat
:
Laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia Instrumen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
B. Alat
dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah rangkaian
alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) varian AA240F,
lampu katoda merkuri (Hg), cold vapor, neraca analitik, penangas
listrik, pipet skala 5 mL dan 1 mL, pipet volume 25 mL, labu takar 500 mL, 100 mL dan 50 mL, erlenmeyer 100 mL, bulp, botol semprot, batang pengaduk, corong dan spatula.
2.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam nitrat (HNO3) p.a, asam
klorida (HCl) p.a, aquabides (H2O), kertas saring
whatman
no.42, larutan induk merkuri (Hg) 1000 ppm, sampel (DM), dan timah (II) klorida
(SnCl2)
|
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu:
1. Preparasi
uji merkuri (Hg) total
Prosedur
kerja pada preparasi uji merkuri (Hg)l total yaitu menimbang
5,0022 gr dan 5,0019 gr sampel ke erlenmeyer 100 mL. Menambahkan aquabides (H2O) 25 mL dan asam nitrat (HNO3) pekat sebanyak 5 mL. Memanaskan hingga larutan menjadi 10 mL. Menyaring larutan hasil sisa destruksi ke dalam labu takar 100 mL. Menambahkan 1 mL larutan baku 1 ppm. Mengencerkan dengan aquabides (H2O) dan menghomogenkan. Melakukan duplo.
2. Pembuatan larutan
pengencer asam nitrat (HNO3)
Prosedur kerja pada pembuatan larutan pengencer
yaitu 5 % asam nitrat (HNO3)
p.a dipipet sebanyak 38 mL ke dalam labu takar 500 mL
ditambahkan 0,5 % asam klorida (HCl) p.a sebanyak 7 mL kemudian diencerkan
dengan aquabides (H2O) hingga tanda batas dan dihomogenkan.
3.
Pembuatan
larutan baku merkuri (Hg) 100 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku merkuri
(Hg) 100 ppm yaitu memipet 5 mL larutan induk merkuri (Hg) 1000 ppm ke dalam labu
takar 50 mL. Mengencerkan
dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
4.
Pembuatan
larutan baku merkuri (Hg) 10 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku merkuri
(Hg) 10 ppm yaitu terlebih dahulu memipet 5 mL larutan induk merkuri (Hg) 100 ppm ke dalam labu
takar 50 mL. Mengencerkan
dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
5.
Pembuatan
larutan baku merkuri (Hg) 1 ppm
Prosedur kerja pada pembuatan larutan baku merkuri
(Hg) 1 ppm yaitu terlebih dahulu memipet 5 mL larutan induk merkuri (Hg) 10 ppm ke dalam labu
takar 50 mL. Mengencerkan
dengan aquabides (H2O) dan homogenkan.
6.
Pembuatan
larutan standar
Prosedur
kerja pada pembuatan larutan standar yaitu memipet larutan baku 10 ppm sebanyak 0,25 mL, 0,5 mL, 0,75 mL dan 1 mL ke dalam 4 labu takar 50 mL yang berbeda. Mengencerkannya dengan aquabides
(H2O) dan homogenkan.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
Tabel IV.1 Larutan Standar dan Sampel
No.
|
Larutan
|
Konsentrasi (x) (ppm)
|
Absorbansi (y)
|
1.
|
Blanko 0
|
0,0000
|
0,0011
|
2.
|
1
|
0,0050
|
0,0688
|
3.
|
2
|
0,0100
|
0,1152
|
4.
|
3
|
0,0150
|
0,1453
|
5.
|
4
|
0,0200
|
0,2197
|
6.
|
Sampel (DM)1
|
Uncal
|
0,3508
|
7.
|
Sampel (DM)2
|
Uncal
|
0,3475
|
2.
|
3.
Grafik
a.
Grafik Komputer
Grafik IV. 1. Hubungan Konsentrasi
terhadap absorbansi larutan standar .
b.
Grafik Manual
Grafik IV. 1. Hubungan Konsentrasi
terhadap absorbansi larutan standar .
B. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan kadar merkuri (Hg) yang terdapat pada kerang hijau. Kerang hijau yang akan diuji
didestruksi dengan metode basah. Pengukuran kandungan merkuri (Hg) dilakukan dengan
menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Pertama-tama
membuat larutan standar dengan memipet larutan induk kadmium Hg(NO3)2 1000 ppm sebanyak 10 mL dan
diencerkan dalam labu takar. Memipet larutan standar merkuri (Hg)
masing-masing ppm, ppm, ppm, ppm dan ppm deret standar yang digunakan
berbeda-beda bertujuan untuk membedakan absorbansi
dari masing-masing deret standar.
Pembuatan
larutan sampel dilakukan dengan menimbang
sampel DM. Menambahkan aquabides sebagai pelarut bebas mineral dan akan
membersihkan sampel dari pengotor. Menambahkan asam nitrat (HNO3) yang berfungsi sebagai asam yang akan menyerap kadar
logam berat yang dalam sampel. Selanjutnya dipanaskan untuk
mempercepat terjadinya proses destruksi karena pada suhu tinggi destruksi
berlangsung cepat yang artinya perombakan logam
organik dapat cepat menjadi logam-logam anorganik. Mendinginkan dan sebelum disaring menambahkan 1 ml larutan baku 1 ppm untuk mepermudah dalam
pengidentifikasian merkuri (Hg) dalam sampel pada saat pengidentifikasian
menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) vapor, kemudian menyaring larutan ke dalam labu
takar dan selanjutnya mengencerkan untuk memperkecil konsentrasi lautannya. Mengidentifikasi larutan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA)
vapor.
Larutan yang
telah dihimpitkan di
uji kadar merkurinya dengan
alat spektrofotometer serapan atom (SSA) vapor dengan panjang gelombang 253,7 nm, dari kurva kalibrasi
dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan antara konsentrasi
dan absorbansi yaitu y = 10,27x +
0,007 dengan R² = 0,982. Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji
dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien
korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi
larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat
korelasi yang linier antara konsentrasi dan absorbansi dan hampir semua titik
terletak pada 1garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2
yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
Nilai R2 kurva kalibrasi larutan standar pada
penelitian ini adalah 0,982,
sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva kalibrasi ini
layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1. Kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang
menyatakan hubung anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 10,27x + 0,007,
dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 10,27
menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai 0,007
menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan
mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel didapatkan sampel (DM I)
sebesar 0,0334 mg/L dan
sampel (DM II) sebesar 0,0331 mg/L sehingga diperoleh rata-ratanya sebesar 0,03325
mg/L;
Menurut teori (Standar Nasional Indonesia) tidak diperbolehkan terdapat
kandungan merkuri (Hg) dalam kosmetik sehingga dapat disimpulkan sampel tidak
layak untuk digunakan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan
kadar merkuri (Hg) dalam sampel kerang hijau dengan menggunakan alat
spektrofotometer serapan atom (SSA) vapor adalah 0,03325
mg/L
B. Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan
selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan pula uji kandungan Arsen (As) dalam
kerang hijau sehingga dapat diketahui kendungan logam tersebut dalam kerang
hijau menggunakan spektrofotometr serapan atom (SSA) vapor.
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, Maria. Biokimia
Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.
Day, Jr., R. A. dan A. L. Underwood, Quantitative
Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2002.
Hamzah, Nursalam. Analisis Kimia
Metode Spektrofotometer. Makassar: Alauddin University Press, 2013.
Hutagalung, Horas P. Raksa (Hg) “Oseana”,
5 no. 3 (1985)http://www.oseanografi.lipi.go.id
(12 November 2014).
Khopkar,S.M. Basic
Comcepts Of Analytical Chemistry, terj. A.Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.
Kristianingrum, Susila.”Kajian Berbagai
Proses Destruksi sampel dan Efeknya”.JurnalKimia, Vol. 2 no. 1 (Juni). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf. Diakses pada 06 Novemberr
2014.
Polii,
Boby. Dkk. Analisis
Kandungan Merkuri Pada Kosmetik Pemutih Wajah Yang Dijual Pedagang Kaki Lima Di
Pasar 45 Kota Manado “Jurnal Kesehatan
Masyarakat” http://Jurnal-Virginia-Porong_091511152_Kesling.pdf (12 November 2014).
LAMPIRAN
Analisis Data
No.
|
Sampel
|
Konsentrasi
(x) ppm
|
Absorbansi
(y)
|
x.y
|
x2
|
y2
|
1
|
Blanko
|
0
|
0,0011
|
0
|
0
|
0,00000121
|
2
|
Standar I
|
0,005
|
0,0688
|
0,000344
|
0,000025
|
0,00473344
|
3
|
Standar II
|
0,01
|
0,1152
|
0,001152
|
0,0001
|
0,01327104
|
4
|
Standar III
|
0,015
|
0,1453
|
0,0021795
|
0,000225
|
0,02111209
|
5
|
Standar IV
|
0,02
|
0,2197
|
0,004394
|
0,0004
|
0,04826809
|
N = 5
|
Σx= 0,05
|
Σy= 0,5501
|
Σx.y=0,0080695
|
Σ x2= 0,00075
|
Σ y2=0,08738587
|
Diketahui:
x rata-rata = 0,01
y rata-rata = 0,11002
N = 5
Σx = 0,05
Σy = 0,5501
Σxy = 0,0080695
Σx2 = 0,00075
Σ
y2 = 0,08738587
Ditanyakan:
a.
b = .............?
b.
a = .............?
c.
garis
regresi y = a + bx
d.
R2
= ...........?
|
a.
|
|
b.
Nilai
a
a
= y rata-rata – b (x rata-rata)
= 0,11002 –
(0,01)
= 0,11002 – 0,1027
=
0,007
c. Konsentrasi
(x) merkuri (Hg)
dalam DM
1. Konsentrasi (x) DM I
y
= a + bx
0,3508
= 0,007+
10,27x
0,3508
- 0,007= 10,27x
0,3438
= 10,27x
x = 0,0334
2.
|
y
= a + bx
|
0,3475
- 0,007 =
10,27x
0,3405= 10,27x
x=
0,0331
d.
Konsentrasi
blanko
e.
konsentrasi deret standar
Standar 1 :
Standar 2:
|
|
Standar 4:
f. kadar rata-rata merkuri (Hg) dalam DM
0,0334 + 0,0331= 0,03325 mg/L
2
g.
|
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
R2=
0,99
[1]Boby Polii, dkk, Analisis Kandungan Merkuri Pada Kosmetik
Pemutih Wajah Yang Dijual Pedagang Kaki Lima Di Pasar 45 Kota Manado “Jurnal Kesehatan Masyarakat” http://Jurnal-Virginia-Porong_091511152_Kesling.pdf (12
November 2014).
[2]Susila
Kristianingrum, ”Kajian Berbagai
Proses Destruksi sampel dan Efeknya” Jurnal
Kimia, 2 no. 1 (Juni)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./B%2032.pdf
(31
Oktober 2014).
[3]Boby Polii, dkk, Analisis
Kandungan Merkuri Pada Kosmetik Pemutih Wajah Yang Dijual Pedagang Kaki Lima Di
Pasar 45 Kota Manado “Jurnal Kesehatan
Masyarakat” , h.4.
[4]Boby Polii, dkk, Analisis
Kandungan Merkuri Pada Kosmetik Pemutih Wajah Yang Dijual Pedagang Kaki Lima Di
Pasar 45 Kota Manado “Jurnal Kesehatan
Masyarakat” , h. 2.
[5]Horas P. Hutagalung, Raksa (Hg) “Oseana”, 5 no. 3 (1985)http://www.oseanografi.lipi.go.id
(12 November 2014).
[6]Boby Polii, dkk, Analisis
Kandungan Merkuri Pada Kosmetik Pemutih Wajah Yang Dijual Pedagang Kaki Lima Di
Pasar 45 Kota Manado “Jurnal Kesehatan
Masyarakat” , h.2.
[7]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian”, h. 2.
[8]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
[9]Susila
Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal
Seminar Nasional Penelitian, h.
4-5.
[10]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta:
Erlangga, 2010), h. 196.
[11]Nursalam
Hamzah, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer
(Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 88-89.
[12]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian, h. 197.
[13]R.
A. Day, Jr. Dan A. L. Underwood, Quantitative
Analysis Sixth Edition, terj. Hilarius Wibi H dkk, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 416.
[14]Nursalam
hamzah, Analisis Kimia Metode
Spektrofotometer, h. 88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar