Sabtu, 12 Desember 2015

Laporan Penentuan DO, COD dan BOD


 Penentuan DO, COD dan BOD



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air tersebut harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya yaitu sungai. Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai juga menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri maupun domestik.[1]
1
Parameter oksigen terlarut dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesegaran air. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami.[2]
            Suatu hal yang penting dalam masalah pencemaran suatu perairan adalah bahwa tingkat keseriusan masalah pencemaran tidak hanya tergantung pada tingkat toksisitas polutan yang tinggi. Limbah domestik, terdiri dari karakteristik fisika antara lain adalah parameter kekeruhan dan TSS, karakteristik kimia antara lain adalah parameter DO, BOD, COD, pH, dan Deterjen dan karateristik biologi antara lain adalah parameter Coliform.[3]
      Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan percobaan penetuan uji Dissolved Oxygen (DO), uji Chemical Oxygen Demand (COD) dan uji Biological Oxygen Demand (BOD) untuk mengetahui kualitas air danau di danau GTC.

B.       Rumusan Masalah
               Rumusan masalah untuk percobaan ini yaitu:
1.    Berapa nilai Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD) dan  Biological Oxygen Demand (BOD air danau.
2.    Berapa perbandingan hasil yang diperoleh dengan nilai standar Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) air bersih?

C.      Tujuan Percobaan
         Tujuan percobaan ini yaitu:
1.    Untuk mengetahui nilai Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD) dan  Biological Oxygen Demand (BOD air danau.
2.    Untuk mengetahui perbandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai standar Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) air bersih?






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Dissolved  Oxygen  (DO)
              Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kebutuhan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi kemudian ivertebrata dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm sedangkan biota air dingain memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak lebih kurang dari 6 ppm.[4]
4
            Oksiksigen terlarut (dissolved oxygen) dapat berasal dari fotosintesis tanaman air, di mana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari  suhu dan tekanan atmosfer. Suhu 20oC dengan tekanan satu atmosfer konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh adalah 9,2 ppm sedangkan pada suhu 50oC dengan tekanan atmosfer yang sama tingkat kejenuhannya hanya 5,6 ppm. Semakin tinggi susu air semakin rendah tingkat kejenuhannya, misalnya danau di pegunungan yang tinggi mungkin mengandung oksigen terlarut 20-40 persen kurang daripada danau pada permukaan laut.[5]
Pengambilan sampel dan uji parameter kualitas lingkungan merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena polutan bersifat dinamis dan bermigrasi seiring dengan perubahan situasi dan kondisi setempat. Karakteristik fisik matrik air, udara, jumlah polutan, kecepatan lepasnya polutan ke lingkungan, sumber emisi atau efluen, sifat kimia, biologi dan fisika polutan.[6]

B.     Chemical  Oxygen  Demand  (COD) 
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Angka COD yang tinggi, mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L.[7]
Jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari pada BOD yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dokromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologis dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dengan uji COD.[8]

C.  Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) (Biological Oxygen Demand, disingkat BOD) adalah analisis empiris untuk mengukur proses-proses biologis (khususnya aktivitas mikroorganisme yang berlangsung di dalam air. Nilai KOB merupakan suatu pendekatan umum yang menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi di dalam air. Di dalam pemantauan kualitas air, KOB merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran air. Pengukuran parameter ini dapat dilakukan pada air minum maupun air buangan.[9]
Elemen biologi dalam sistem perairan berkaitan erat dengan komponen-komponen kimia. Pengetahuan mengenai komponen primer sangat penting untuk menganalisis elemen biologis dan menganalisis efek dari perubahan kualitas air. Komponen-komponen kimia dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri dari atas senyawa-senyawa organik alam dan senyawa-senyawa organik sintetis, bahan-bahan anorganik dan gas.[10]
Kebutuhan oksigen biokimia (KOB) adalah ukuran kandungan bahan organik dalam limbah air cair. KOB ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu, biasanya 5 hari, pada saat temperatur tertentu umumnya 20oC. BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD juga merupakan petunjuk dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum derajat pengolahan yang dicapai oleh bangunan pengolahan harus dipilih sedemikian rupa sehingga BOD efluen tidak akan menurunkan derajat kandunagn oksigen sampai tingkat tertentu pada badan air penerima agar badan air dapat tetap berfungsi sesuai peruntukannya.[11]
Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah:[12]
1.    Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan anornaik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga “Intermediate Oxygen Demand”.
2.    Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal lima hari.
3.    Ui BOD yang dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD melainkan hanya kira-kira 68 persen dari total BOD.
4.    Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya adanya germisida seperti khlorin dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD menjadi kurang teliti.

D.      Titrasi Iodometri
     Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.[13]
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk  menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan proses oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e-   à 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO-   à  PbO + H20 + 2e-
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda.
Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut.[14]

















BAB III
METODE PERCOBAAN

A.           Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal     : Senin/ 29 Mei 2014
Pukul                 : 07.30-11.00 WITA
Tempat              : Laboratotium Kimia Anorganik Fakultas Sains dan        Teknologi UIN Alauddin Makassar.        

B.            Alat dan Bahan
1.        Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol winkler 250 mL, hot platE,  buret asam 50 mL, erlenmeyer 250 mL, pipet skala 5 mL dan 10 mL, pipet volum 25 mL, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 250 mL, labu ukur 25 mL, statif dan klem, bulp, pipet tetes 2 mL, corong, botol semprot dan batang pengaduk.
2.        Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air danau (H2O),  aluminium foil, amilum (C6H10O8)n, alkali-iodida-azida (NaOH-KI), asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N, aquades (H2O), asam sulfat (H2SO4) pekat, asam sulfat (H2SO4) 4 N, kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, mangan sulfat (MnSO4) 40%, natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N, tissu.


10

 
C.      Prosedur Kerja
            Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu:
1.      Penentuan DOo dan DO5
a.         Mengambil sampel air danau dengan botol Winkler 250 mL hingga tidak adnya gelembung udara.
b.        Menginkubasi selama 5 hari di ruang gelap untuk sampel DO5 dan untuk sampel DOo tanpa inkubasi.
c.         Menambahkan 2 mL larutan mangan sulfat (MnSO4) 40%  dan mendiamkan larutan  selama beberapa menit dan menghomogenkan.
d.         Menambahkan 2 mL alkali iodida azida (NaOH-KI),  kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat.
e.         Memindahkan larutan 25 mL yang mengandung banyak endapan kedalam Erlenmeyer 250 mL.
f.         Menambahkan 2 mL asam sulfat (H2SO4) pekat hingga endapan larut.
g.         Menititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2 S2 O3) 0,025 N hingga terbentuk warna kuning muda.
h.        Menambahkan indikator amilum hingga terbentuk warna biru dan melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru hilang, kemudian catat volume titrasi.
2.      Penentuan COD
a.          Memasukkan 25 mL sampel air danau kedalam Erlenmeyer 250 mL.  
b.        Menambahkan 5 mL asam sulfat (H2SO4) 4N .
c.         Menambahkan kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N sebanyak10 mL .
d.        Memanaskannya hingga mendidih selama 5 menit.
e.         Menambahkan 10 mL asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N hingga berwarna ungu.
f.         Menitrasi selagi panas dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) 0,05N hingga larutan berwarna merah muda. Mencatat volume titrasi. 
3.    Penentuan BOD
a.         Memasukkan sampel air danau ke dalam botol winkler.
b.        Menginkubasi selama 3-5 hari dalam ruang gelap.
c.         Menentukan nilai DO5 sesuai cara penentuan oksigen terlarut.
d.        Mengurangkan nilai DO0 dan DO5.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan
a. penentuan DO0
Perlakuan
Pengamatan
Gambar

Sampel air + MnSO4 40%
Ditambahkan alkali iodida azida

Larutan bening

Larutan keruh, terbentuk endapan
Ditambahkan asam fulfat
Larutan orange, endapan larut kembali
Dititrasi dengan Na2S2O3
Larutan kuning muda
Ditambahkan amilum

Larutan berwarna biru tua
Dititrasi Na2 S2 O3
13
Larutan bening
            b. Tabel DO5
Perlakuan
Pengamatan
Gambar

Sampel air + MnSO4 40%
Ditambahkan alkali iodida azida

Larutan bening

Larutan keruh, terbentuk endapan
Ditambahkan asam fulfat

Larutan orange, endapan larut kembali
Dititrasi dengan Na2S2O3


Larutan kuning muda

Ditambahkan amilum

Larutan berwarna biru tua
Dititrasi Na2 S2 O3
Larutan bening


c. penentuan COD
Perlakuan
Pengamatan
Gambar

100 mL sampel + 5mL H2SO4 4N



+ 10mL KMnO4

Larutan bening


Warna larutan dari jernih menjadi ungu



Memanaskan hingga mendidih selama 5 menit
Warna larutan ungu

Menambahkan 10ml
H2C2O4 0,05 N
     Larutan ungu pekat


Larutan dititrasi selagi
panas dengan KMnO4 


Larutan ungu pekat



2.        Reaksi
a.       Oksigen terlarut (DO)
Mn2+   +    O2                               MnO4
MnSO4      +     2KOH                    Mn(OH)2    + K2SO4
Mn(OH)2    +   1/2O2                    MnO2    +   H2O
MnO2     +    2I-   +   4H+                Mn2+    +    I2   + 2H2O.
b.      Chemical Oxygen Demand (COD)
5C2O42-    + 2MnO4-   + 16H+                               2Mn2+   +  10CO2   +   8H2O.
c.       Biochemical Oxygen Demand (BOD)
      MnSO4      +     2KOH                        Mn(OH)2    + K2SO4
      2Mn(OH)2    +   O2                           2MnO2   +  2H2O
      2MnO2   +  2KI   +  2H2O                     Mn(OH)2+   I2    +   2KOH
      I2      +   2S2O3                            S4O6      +   2I.
B.     Analisis Data
1.    Penentuan DO0
Dik Volume titran I  = 2,2 mL
       Volume titran II = 10,8 mL
       Volume total      = 13 mL
Dit DO0............?





Penyelesaian:
DO0

                              =
       = 104 mg/L = 104 ppm

2.  Penentuan DO5
Dik Volume titran I  = 0,5 mL
       Volume titran II = 1,5 mL
       Volume total      = 2 mL
Dit DO5............?
Penyelesaian :
DO5

                              =
      = 16 mg/L = 16 ppm

3.    Penentuan BOD
BOD  =  (DO0 – DO5)
                      =  (104 ppm - 16 ppm)
                      =  88 ppm






C.    Pembahasan


            Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan dan proses metabolisme dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrisi yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen diperairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil proses fotosintesis.


            Percobaan kali ini dilakukan pengujian Dissolved Oxygen (DO), uji Chemical Oxygen Demand (COD) dan uji Biological Oxygen Demand (BOD) dengan metode winkler. Perlakuan awal yang dilakukan ialah penentuan DOo dan DO5, pertama-tama memasukkan sampel ke dalam botol winkler yang bertutup dengan cara mencelupkan botol dalam air kemudian menutupnya agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel dimana untuk DO5 diinkubasi selama lima hari dengan tujuan mengurangi oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi, dapat diketahui bahwa ammonia (NH3) sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan Biological Oxygen Demand (BOD). Menambahkan 2 mL larutan kalium sulfat (MnSO4) 40% dalam botol yang berisi sampel, penambahan kalium sulfat (MnSO4) ini berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Selanjutnya menambahkan larutan alkali-iodida-azida dengan cara yang sama yaitu memasukkan ujung pipet ke dalam larutan agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol karena larutan ini sangat beracun. Penambahan pereaksi alkali-iodida-azida ini berfungsi sebagai katalisator karena zat organik sangat sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan beberapa saat hingga terbentuk endapan cokelat.
Setelah terbentuk endapan cokelat, larutan kemudian dipindahkan kedalam erlenmeyer sebanyak 25 mL kemudian menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) pekat yang berfungsi untuk melarutkan endapan. Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan menitrasi larutan dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N hingga larutan berwarna kuning kemudian menabahkan indikator amilum (C6H10O8)n hingga berwarna biru. Indikator kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion yang ada pada larutan alkali-iodida-azida (NaOH-KI) karena warna biru tua kompleks berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam  dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.dititrasi lagi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N hingga warna biru hilang. Data  percobaan yang diperoleh dari DOo  sebesar 104 ppm, Sedangkan untuk DO5 diperoleh sebesar 16 ppm sedangkan selisih dari DOo dengan DO5 adalah sebesar 88 ppm dimana uji Biological Oxygen Demand (BOD) dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam botol winkler yang bertutup dengan cara mencelupkan botol dalam air kemudian menutupnya agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel dan menginkubasi botol tersebut pada suhu 20o C diruang gelap selama 5 hari agar sampel tidak tereduksi oleh cahaya dan sebagai pembanding dengan DOo. Dari pemeriksaan yang dilakukan praktikan diperoleh hasil 88 mg/L, bila merujuk dari mutu kesehatan memiliki kadar minimum 6 ppm. Hasil ini dapat diketahui bahwa kandungan Biological Oxygen Demand (BOD) pada air limbah GTC tidak dalam keadaan aman karena melebihi nilai standar pencemaran air dan tidak berdampak positif untuk kelangsung hidup mikroorganisme yang hidup di air.
Uji Chemical Oxygen Demand (COD) perlakuan awal yang dilakukan yaitu memasukkan sampel sebanyak 50 mL ke dalam erlenmeyar 250 mL, kemudian menambahkan asam sulfat (H2SO4) 4 N sebanyak 5 mL untuk melarutkan endapan, menambahkan kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N sebanyak 10 mL pada larutan untuk membentuk endapan sehingga larutan berubah warna menjadi ungu, kemudian memanaskan larutan hingga mendidih dalam beberapa menit. Selanjutnya menambahkan asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N sebanyak 10 mL untuk melarutkan endapan hingga larutan berubah warna menjadi bening lalu larutan dititrasi dengan menggunakan kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N hingga berubah merah muda. Titrasi dilakukan dalam keadaan panas karena pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi titrasi.  percobaan penentuan Chemical Oxygen Demand (COD) tidak diperoleh hasil karena kalium permanganat (KMNO4) 0,05 N yang digunakan terkena oleh cahaya lampu sehingga teroksidasi, hal lain yang menyebabkan gagalnya percobaan Chemical Oxygen Demand (COD) yaitu kalium permanganat (KMNO4) 0,05 N telah dimasukkan terlebih dahulu dalam buret sehingga larutan kalium permanganat (KMNO4 ) 0,05 N teroksidasi oleh cahaya.


BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
            Kesimpulan dari percobaan ini yaitu:
1.     Nilai dari Dissolved Oxygen (DO) untuk DO0 sebesar 104 ppm, DO5 sebesar 16 ppm dan Biological Oxygen Demand (BOD) sebanyak 88 mg/.
2.    Perbandingan nilai standar untuk Dissolved Oxygen (DO) dan Biological Oxygen Demand (BOD) dari mutu kesehatan masing-masing memiliki kadar minimum 6 ppm dari nilai standar pemcemaran air .

B.     Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya digunakan metode elektrokimia untuk membedakan dengan metode titrasi iodometri.
  


21
 








DAFTAR PUSTAKA

Ali, Azwar. “Kajian Kualitas Air Dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”.  Jurnal Bumi Lestari 13 No. 2 (2013). H. 265-274.
Fardiaz, Srikandi. Polusi air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Hadi, Anwar. Prinsip Pengolahan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Salmin. “Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”.  Jurnal Oseana XXX, No. 3 (2005). H. 21- 26.
Siregar, Sakti A. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta; Kanisius, 2005.
Soeparman, H. M. dan Suparmin. Pembungan Tinja dan Limbah Air. Jakarta: EGC, 2001.
Suhartono, Edy. “Identifikasi Kualitas Perairan Pantai Akibat Limbah Domestik Pada Monsun Timur Dengan Metode Indeks Pencemaran”. Teknik Sipil 14 No. 1 (2012). H. 51-62.
Kebutuhan oksigen biologis”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index (2014).











LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Penentuan DO, COD dan BOD” yang disusun oleh:
Nama               : Riskayanti
Nim                 : 60500112028
Kelompok       : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan diterima.
         Samata,         Juni  2014
Koordinator Asisten                                                                        Asisten

Nur Amalia P.                                                                         Alfiah patandungan   
                                                                                                NIM: 60500110005   

Mengetahui,
Dosen  Penanggung Jawab



Syamsidar HS, S.T., M.Si
NIP: 19760330 200912 2 002





[1]Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”, Jurnal Bumi Lestari 13 No. 2 (2013), h. 265.
[2]Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”, Jurnal Bumi Lestari, h. 270.
[3]Edy Suhartono, “Identifikasi Kualitas Perairan Pantai Akibat Limbah Domestik Pada Monsun Timur Dengan Metode Indeks Pencemaran”, Teknik Sipil 14 No. 1 (2012), h. 52.
[4]Srikandi Fardiaz, Polusi Air dan Udara (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 32.
[5]Srikandi Fardiaz, Polusi Air dan Udara, h. 32-33.
[6]Anwar Hadi, Prinsip Pengolahan Pengambilan Sampel Lingkungan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 1.
[7]Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”, Jurnal Bumi Lestari, h. 270-271.
[8]Srikandi Fardiaz, Polusi Air dan Udara, h. 38.
[9]Kebutuhan Oksigen Biologis”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index (2014).
[10]Sakti A. Siregar, Instalasi Pengolahan Air Limbah (Yogyakarta; Kanisius, 2005), h. 15.
[11]H. M. Soeparman dan Suparmin, Pembungan Tinja dan Limbah Air (Jakarta: EGC, 2001), h. 26-27.
[12]Srikandi Fardiaz, Polusi air dan Udara, h. 36.
                [13]Salmin. “Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”, Jurnal Oseana XXX, No. 3 (2005), h. 23-   24.
                    [14]Salmin. “Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”, Jurnal Osean,  h. 23.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar