Penentuan DO, COD dan BOD
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air
tersebut harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia
dan makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang
dan generasi mendatang. Salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya yaitu sungai. Sungai
merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai juga menyediakan
air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri
maupun domestik.[1]
1
|
Suatu hal yang penting dalam masalah
pencemaran suatu perairan adalah bahwa tingkat keseriusan masalah pencemaran
tidak hanya tergantung pada tingkat toksisitas polutan yang
tinggi. Limbah domestik, terdiri dari karakteristik fisika antara lain adalah
parameter kekeruhan dan TSS, karakteristik kimia antara lain adalah parameter
DO, BOD, COD, pH, dan Deterjen dan karateristik biologi antara lain adalah
parameter Coliform.[3]
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dilakukan percobaan penetuan uji Dissolved Oxygen (DO), uji Chemical Oxygen Demand (COD) dan uji Biological Oxygen Demand (BOD) untuk
mengetahui kualitas air danau di danau GTC.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah untuk percobaan ini
yaitu:
1. Berapa nilai Dissolved
Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological
Oxygen Demand (BOD air danau.
2. Berapa perbandingan hasil yang diperoleh dengan nilai standar Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand
(BOD) air bersih?
C.
Tujuan
Percobaan
Tujuan percobaan ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui
nilai Dissolved Oxygen
(DO), Chemical Oxygen
Demand (COD) dan
Biological Oxygen Demand (BOD
air danau.
2. Untuk mengetahui perbandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai standar Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand
(BOD) air bersih?
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen
terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam
air. Kebutuhan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan
air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi
kemudian ivertebrata dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri.
Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm sedangkan biota air
dingain memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen
terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak lebih kurang dari 6 ppm.[4]
4
|
Pengambilan sampel dan uji parameter kualitas lingkungan merupakan
pekerjaan yang tidak mudah karena polutan bersifat dinamis dan bermigrasi
seiring dengan perubahan situasi dan kondisi setempat. Karakteristik fisik
matrik air, udara, jumlah polutan, kecepatan lepasnya polutan ke lingkungan,
sumber emisi atau efluen, sifat kimia, biologi dan fisika polutan.[6]
B.
Chemical Oxygen
Demand (COD)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Angka COD yang tinggi,
mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi. Perairan yang
memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan
pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20
mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L.[7]
Jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan
suatu uji yang lebih cepat dari pada BOD yaitu berdasarkan reaksi kimia dari
suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD yaitu suatu uji yang
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium
dokromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Uji
COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada
uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologis dan mikroorganisme
dapat ikut teroksidasi dengan uji COD.[8]
C. Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) (Biological Oxygen Demand, disingkat BOD) adalah analisis empiris untuk
mengukur proses-proses biologis (khususnya aktivitas mikroorganisme yang berlangsung
di dalam air. Nilai KOB merupakan suatu pendekatan umum yang menunjukkan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik
terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi di dalam air. Di dalam
pemantauan kualitas air, KOB merupakan salah satu parameter yang digunakan
untuk mengukur tingkat pencemaran air. Pengukuran parameter ini dapat dilakukan
pada air minum maupun air buangan.[9]
Elemen biologi dalam sistem perairan berkaitan erat dengan
komponen-komponen kimia. Pengetahuan mengenai komponen primer sangat penting
untuk menganalisis elemen biologis dan menganalisis efek dari perubahan
kualitas air. Komponen-komponen kimia dalam perairan dapat diklasifikasikan
dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri dari atas
senyawa-senyawa organik alam dan senyawa-senyawa organik sintetis, bahan-bahan
anorganik dan gas.[10]
Kebutuhan oksigen biokimia (KOB) adalah ukuran kandungan bahan organik
dalam limbah air cair. KOB ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang
diserap oleh sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu
periode waktu tertentu, biasanya 5 hari, pada saat temperatur tertentu umumnya
20oC. BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD juga
merupakan petunjuk dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air
penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum derajat
pengolahan yang dicapai oleh bangunan pengolahan harus dipilih sedemikian rupa
sehingga BOD efluen tidak akan menurunkan derajat kandunagn oksigen sampai
tingkat tertentu pada badan air penerima agar badan air dapat tetap berfungsi
sesuai peruntukannya.[11]
Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah:[12]
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang
dikonsumsi oleh bahan-bahan anornaik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang
disebut juga “Intermediate Oxygen Demand”.
2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu
minimal lima hari.
3. Ui BOD yang dilakukan selama 5 hari masih
belum dapat menunjukkan nilai total BOD melainkan hanya kira-kira 68 persen
dari total BOD.
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa
penghambat di dalam air tersebut, misalnya adanya germisida seperti khlorin
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak
bahan organik, sehingga hasil uji BOD menjadi kurang teliti.
D. Titrasi Iodometri
Penentuan
oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih
analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu
diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya,
standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat
yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan
standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen
terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara DO
meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa.
Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen
terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang
digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara
titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO
meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.[13]
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk
menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah
menggunakan proses oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam
dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan
katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini
dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen.
Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :
Katoda
: O2 + 2 H2O + 4e- à 4 HO-
Anoda
: Pb + 2 HO- à PbO + H20 + 2e-
Aliran
reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda.
Difusi
oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen
terlarut.[14]
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.
Waktu dan
Tempat
Hari/ Tanggal : Senin/ 29 Mei
2014
Pukul
: 07.30-11.00 WITA
Tempat : Laboratotium Kimia Anorganik Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol winkler 250 mL,
hot platE, buret asam 50 mL, erlenmeyer 250 mL, pipet
skala 5 mL dan 10 mL, pipet volum 25 mL, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 250 mL, labu ukur
25 mL, statif dan klem,
bulp, pipet tetes 2 mL, corong, botol semprot dan batang pengaduk.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air danau (H2O), aluminium foil, amilum (C6H10O8)n, alkali-iodida-azida (NaOH-KI), asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N, aquades (H2O), asam sulfat (H2SO4) pekat, asam sulfat (H2SO4) 4 N, kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, mangan sulfat (MnSO4) 40%, natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N, tissu.
10
|
C.
Prosedur Kerja
Prosedur
kerja dari percobaan ini yaitu:
1. Penentuan DOo dan DO5
a.
Mengambil
sampel air danau dengan botol Winkler 250 mL hingga tidak adnya gelembung udara.
b.
Menginkubasi
selama 5 hari di ruang gelap untuk sampel DO5 dan untuk sampel DOo tanpa
inkubasi.
c.
Menambahkan 2
mL larutan mangan sulfat (MnSO4) 40% dan mendiamkan larutan selama beberapa
menit dan menghomogenkan.
d.
Menambahkan 2 mL alkali iodida azida (NaOH-KI), kemudian mendiamkan hingga muncul endapan
berwarna coklat.
e.
Memindahkan
larutan 25 mL yang mengandung banyak endapan kedalam
Erlenmeyer 250 mL.
f.
Menambahkan 2
mL asam sulfat (H2SO4) pekat hingga endapan larut.
g.
Menititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2 S2 O3) 0,025
N hingga terbentuk warna kuning muda.
h.
Menambahkan
indikator amilum hingga terbentuk warna biru dan melanjutkan kembali dengan
titrasi hingga warna biru hilang, kemudian catat volume titrasi.
2. Penentuan COD
a.
Memasukkan 25 mL sampel air danau kedalam
Erlenmeyer 250 mL.
b.
Menambahkan 5
mL asam sulfat (H2SO4) 4N .
c.
Menambahkan
kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N sebanyak10 mL .
d.
Memanaskannya
hingga mendidih selama 5 menit.
e.
Menambahkan 10
mL asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N hingga berwarna ungu.
f.
Menitrasi
selagi panas dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) 0,05N
hingga larutan berwarna merah muda. Mencatat volume titrasi.
3. Penentuan BOD
a.
Memasukkan
sampel air danau ke dalam botol winkler.
b.
Menginkubasi
selama 3-5 hari dalam ruang gelap.
c.
Menentukan
nilai DO5 sesuai cara penentuan oksigen terlarut.
d.
Mengurangkan
nilai DO0 dan DO5.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
1. Tabel
pengamatan
a. penentuan DO0
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Gambar
|
|
Sampel air + MnSO4 40%
Ditambahkan alkali iodida azida
|
Larutan bening
Larutan keruh, terbentuk endapan
|
||
Ditambahkan asam fulfat
|
Larutan orange, endapan larut kembali
|
||
Dititrasi dengan Na2S2O3
|
Larutan
kuning muda
|
||
Ditambahkan amilum
|
Larutan berwarna biru tua
|
||
Dititrasi Na2 S2 O3
|
|
b. Tabel
DO5
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Gambar
|
Sampel air +
MnSO4 40%
Ditambahkan alkali iodida azida
|
Larutan bening
Larutan keruh, terbentuk endapan
|
|
Ditambahkan asam fulfat
|
Larutan orange, endapan larut kembali
|
|
Dititrasi dengan Na2S2O3
|
Larutan kuning muda
|
|
Ditambahkan amilum
|
Larutan berwarna biru tua
|
|
Dititrasi Na2 S2 O3
|
Larutan bening
|
c. penentuan COD
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Gambar
|
100 mL sampel + 5mL H2SO4 4N
+ 10mL KMnO4
|
Larutan bening
Warna
larutan dari jernih menjadi ungu
|
|
Memanaskan hingga mendidih selama 5 menit
|
Warna larutan ungu
|
|
Menambahkan 10ml
H2C2O4 0,05 N
|
Larutan ungu pekat
|
|
Larutan dititrasi selagi
panas dengan KMnO4
|
Larutan ungu pekat
|
2.
Reaksi
a. Oksigen terlarut (DO)
Mn2+ + O2 MnO4
MnSO4 + 2KOH
Mn(OH)2 + K2SO4
Mn(OH)2 + 1/2O2 MnO2 +
H2O
MnO2 + 2I- + 4H+ Mn2+ +
I2 + 2H2O.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ 2Mn2+ +
10CO2 + 8H2O.
c. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
MnSO4 + 2KOH Mn(OH)2 + K2SO4
2Mn(OH)2 + O2 2MnO2 + 2H2O
2MnO2 +
2KI + 2H2O Mn(OH)2+ I2 +
2KOH
I2 +
2S2O3 S4O6 +
2I.
B.
Analisis Data
1.
Penentuan DO0
Dik Volume
titran I = 2,2 mL
Volume titran II = 10,8 mL
Volume total = 13 mL
Dit DO0............?
Penyelesaian:
DO0
=
= 104 mg/L = 104 ppm
2. Penentuan
DO5
Dik Volume
titran I = 0,5 mL
Volume titran II = 1,5 mL
Volume total = 2 mL
Dit DO5............?
Penyelesaian :
DO5
=
= 16 mg/L = 16 ppm
3.
Penentuan BOD
BOD = (DO0
– DO5)
= (104 ppm - 16 ppm)
= 88 ppm
C. Pembahasan
Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan
dan proses metabolisme dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi dan
reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrisi
yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen diperairan
berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil proses fotosintesis.
Percobaan kali ini dilakukan pengujian Dissolved Oxygen
(DO), uji Chemical
Oxygen Demand (COD) dan uji Biological Oxygen Demand (BOD) dengan metode winkler. Perlakuan awal yang dilakukan ialah penentuan DOo dan DO5, pertama-tama
memasukkan sampel ke dalam botol winkler yang bertutup dengan cara
mencelupkan botol dalam air kemudian menutupnya agar tidak terdapat gelembung
udara yang dapat mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel dimana untuk DO5 diinkubasi selama
lima hari dengan tujuan mengurangi oksidasi ammonia (NH3) yang cukup
tinggi, dapat diketahui bahwa ammonia (NH3) sebagai hasil sampingan
ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat sehingga dapat mempengaruhi
hasil penentuan Biological Oxygen Demand (BOD). Menambahkan 2 mL larutan kalium sulfat (MnSO4)
40% dalam botol yang berisi sampel, penambahan kalium sulfat (MnSO4)
ini berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang kemudian
akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Selanjutnya menambahkan
larutan alkali-iodida-azida dengan cara yang sama yaitu memasukkan ujung pipet
ke dalam larutan agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari
botol karena larutan ini sangat beracun. Penambahan pereaksi
alkali-iodida-azida ini berfungsi sebagai katalisator karena zat organik sangat
sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan beberapa saat hingga terbentuk
endapan cokelat.
Setelah
terbentuk endapan cokelat, larutan kemudian dipindahkan kedalam erlenmeyer
sebanyak 25 mL kemudian menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) pekat yang berfungsi untuk
melarutkan endapan. Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan menitrasi larutan
dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3)
0,025 N hingga larutan berwarna kuning kemudian menabahkan
indikator amilum (C6H10O8)n hingga berwarna biru. Indikator kanji ini
berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion yang ada pada larutan
alkali-iodida-azida (NaOH-KI) karena warna biru tua kompleks berperan sebagai uji
kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit
asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion
iodida.dititrasi lagi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3)
0,025 N hingga warna biru hilang. Data
percobaan yang diperoleh dari DOo
sebesar 104 ppm, Sedangkan untuk DO5 diperoleh sebesar 16 ppm
sedangkan selisih dari DOo dengan DO5 adalah sebesar
88 ppm dimana uji Biological Oxygen Demand (BOD) dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam botol winkler yang
bertutup dengan cara mencelupkan botol dalam air kemudian menutupnya agar tidak
terdapat gelembung udara yang dapat mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel
dan menginkubasi botol tersebut pada suhu 20o C diruang gelap selama
5 hari agar sampel tidak tereduksi oleh cahaya dan sebagai pembanding dengan DOo.
Dari pemeriksaan
yang dilakukan praktikan diperoleh hasil 88 mg/L, bila merujuk dari mutu kesehatan
memiliki kadar minimum 6 ppm. Hasil ini dapat diketahui bahwa
kandungan Biological
Oxygen Demand (BOD) pada air limbah GTC tidak dalam
keadaan aman karena melebihi nilai standar pencemaran air dan tidak berdampak
positif untuk kelangsung hidup mikroorganisme yang hidup di air.
Uji Chemical
Oxygen Demand (COD) perlakuan awal yang dilakukan yaitu memasukkan sampel sebanyak
50 mL ke dalam erlenmeyar 250 mL, kemudian menambahkan asam sulfat (H2SO4)
4 N sebanyak 5 mL untuk melarutkan endapan, menambahkan kalium permanganat (KMnO4)
0,05 N sebanyak 10 mL pada larutan untuk membentuk endapan sehingga larutan
berubah warna menjadi ungu, kemudian memanaskan larutan hingga mendidih dalam
beberapa menit. Selanjutnya menambahkan asam oksalat (H2C2O4)
0,05 N sebanyak 10 mL untuk melarutkan endapan hingga larutan berubah warna
menjadi bening lalu larutan dititrasi dengan menggunakan kalium permanganat (KMnO4)
0,05 N hingga berubah merah muda. Titrasi
dilakukan dalam keadaan panas karena pemanasan berfungsi untuk mempercepat
reaksi titrasi. percobaan penentuan Chemical
Oxygen Demand (COD) tidak diperoleh hasil karena kalium permanganat (KMNO4) 0,05 N yang digunakan terkena oleh cahaya lampu
sehingga teroksidasi, hal lain yang menyebabkan gagalnya percobaan Chemical Oxygen Demand
(COD) yaitu kalium permanganat (KMNO4) 0,05 N telah
dimasukkan terlebih dahulu dalam buret sehingga larutan kalium permanganat (KMNO4 ) 0,05 N teroksidasi oleh cahaya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu:
1. Nilai dari Dissolved
Oxygen (DO) untuk DO0 sebesar 104 ppm, DO5 sebesar 16 ppm dan Biological
Oxygen Demand (BOD) sebanyak 88 mg/.
2. Perbandingan nilai standar untuk Dissolved
Oxygen (DO) dan Biological Oxygen Demand (BOD) dari mutu
kesehatan masing-masing memiliki kadar
minimum 6 ppm dari nilai standar pemcemaran air .
B. Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya
yaitu sebaiknya digunakan metode elektrokimia untuk membedakan dengan metode titrasi
iodometri.
21
|
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Azwar. “Kajian
Kualitas Air Dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota
Malang”. Jurnal Bumi Lestari 13 No. 2 (2013). H. 265-274.
Fardiaz, Srikandi. Polusi air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Hadi, Anwar. Prinsip Pengolahan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Salmin.
“Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu
Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”. Jurnal
Oseana XXX, No. 3 (2005). H. 21- 26.
Siregar, Sakti A. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta; Kanisius, 2005.
Soeparman, H. M. dan Suparmin. Pembungan Tinja dan Limbah Air. Jakarta:
EGC, 2001.
Suhartono, Edy.
“Identifikasi Kualitas Perairan Pantai Akibat Limbah Domestik Pada
Monsun Timur Dengan Metode Indeks Pencemaran”. Teknik Sipil 14 No. 1 (2012). H. 51-62.
“Kebutuhan oksigen biologis”, Wikipedia Ensiklopedia
Bebas Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index (2014).
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Penentuan DO, COD dan BOD”
yang disusun oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten
dan dinyatakan diterima.
Samata, Juni
2014
Koordinator Asisten
Asisten
Nur Amalia P. Alfiah patandungan
NIM: 60500110005
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Syamsidar HS, S.T., M.Si
NIP: 19760330 200912 2 002
[1]Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air
dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”, Jurnal
Bumi Lestari 13 No. 2
(2013), h. 265.
[2]Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air
Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”, Jurnal Bumi Lestari, h. 270.
[3]Edy Suhartono, “Identifikasi
Kualitas Perairan Pantai Akibat Limbah Domestik Pada Monsun Timur Dengan
Metode Indeks Pencemaran”, Teknik Sipil 14 No. 1 (2012), h. 52.
[4]Srikandi
Fardiaz, Polusi Air dan Udara (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), h. 32.
[5]Srikandi
Fardiaz, Polusi Air dan Udara, h.
32-33.
[6]Anwar
Hadi, Prinsip Pengolahan Pengambilan
Sampel Lingkungan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 1.
[7]Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air
Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”, Jurnal Bumi Lestari, h. 270-271.
[8]Srikandi
Fardiaz, Polusi Air dan Udara, h. 38.
[9]“Kebutuhan
Oksigen Biologis”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas Sumber:
http://id.wikipedia.org/w/index (2014).
[10]Sakti
A. Siregar, Instalasi Pengolahan Air
Limbah (Yogyakarta; Kanisius, 2005), h. 15.
[11]H.
M. Soeparman dan Suparmin, Pembungan
Tinja dan Limbah Air (Jakarta: EGC, 2001), h. 26-27.
[12]Srikandi
Fardiaz, Polusi air dan Udara, h. 36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar