Pengujian Halogen
AB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asal
kata halogen berasal dari bahasa
Yunani yang berarti produksi garam dengan reaksi langsung dengan logam, karena
kereaktifannya yang sangat tinggi, halogen ditemukan di alam hanya dalam bentuk
senyawa. Konfigurasi elektron halogen adalah ns2np5, dan halogen
kekurangan satu elektron untuk membentuk struktur gas muliayang merupakan kulit
tertutup, jadi atom halogen mengeluarkan energi bila menangkap satu elektron.
Jadi, perubahan entalpi reaksi X(g) + e → X-(g) bernilai negatif. Walaupun
afinitas elektron didefinisikan sebagai perubahan energi penangkapan elektron,
tanda positif biasanya digunakan, agar konsisten dengan perubahan entalpi,
sebenarnya tanda negatif yang lebih tepat.[1]
|
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana
cara mengetahui sifat-sifat kimia dan
fisika dari unsur-unsur halogen?
2. Bagaimana
cara mengetahui pembentukan
garam halida?
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan
fisika dari unsur-unsur halogen.
2. Untuk mengetahui pembentukan garam
halida?
D.
Manfaat
Percobaan
Manfaat
percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika
dari unsur-unsur halogen.
2. Dapat mengetahui pembentukan garam
halida?
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Halogen adalah kelompok unsur kimia yang berada pada
golongan 17 (VII atau VIIA pada sistem lama) di tabel periodik. Kelompok ini
terdiri dari: fluor (F), klor (Cl), brom (Br), yodium (I), astatin (At), dan
unsur ununseptium (Uus) yang belum ditemukan. Halogen menandakan unsur-unsur
yang menghasilkan garam jika bereaksi dengan logam. Istilah ini berasal dari
istilah ilmiah bahasa Perancis dari abad ke-18 yang diadaptasi dari bahasa
Yunani. Halogen juga merupakan golongan dengan keelektronegatifan tertinggi,
jadi ia juga merupakan golongan paling non-logam. Ahli kimia Swedia Baron Jons
Jakob Berzelius mengistilahkan "halogen" yang dibentuk dari kata-kata
Yunani "garam" atau "laut", dan dari (gígnomai), "membentuk"
sehingga berarti "unsur yang membentuk garam". Halogen akan membentuk
garam jika direaksikan dengan logam. Unsur-unsur halogen secaram alamiah
berbentuk molekul dwiatom (misalnya Cl2). Mereka membutuhkan satu
tambahan elektron untuk mengisi orbit elektron terluarnya, sehingga cenderung
membentuk ion negatif bermuatan satu. Ion negatif ini disebut ion halida, dan
garam yang terbentuk oleh ion ini disebut halida. Lampu halogen adalah lampu
pijar berisi gas mulia yang dicampur dengan sedikit gas unsur halogen.[3]
|
Unsur-unsur
yang menyusun dua golongan utama terakhir dalam tabel berkala sangat berlawanan
sifatnya. Halogen merupakan yang paling reaktif dari semua unsur dan ditemukan didaratan
hanaya dalam kombinasi (senyawa) dengan unsur lain, kecuali oksigen, halogen
adalah satu-satunya unsur yang tergolong sebagai zat pengoksida. Sebaliknya,
gas mulia sangat tidak reaktif sehingga dijumpai di alam hanya dalam bentuk
unsur.[4]
Beberapa sifat fisika yang penting dari halogen yaitu setiap sifat
tertentu berubah dengan teratur dari satu unsur ke unsur berikutnya. Kenaikan
titik leleh dan titik didih dengan bertambahnya nomor atom, dijelaskan dengan
fakta bahwa molekul-molekul yang lebih besar, mempunyai gaya tarik-menarik van
der waals yang lebih besar daripada yang dimiliki molekul-molekul yang labih
kecil. Halogen mempunyai energi pengionan dan keelekktronegatifan yang paling
tinggi dari keluarga unsur-unsur yang manapun, dari unsur grup VIIA, flourlah
yang paling erat memegang elektron-elektronnya dan iod yang paling lemah.[5]
Ada
suatu penurunan yang teratur dalam
keaktifan kimia dari flour sampai iod sebagaimana ditunjukkan oleh
kecenderungan dalam kekuatan mengoksidanya molekul flour yang beratom dua
(diatom) F2 merupakan zat pengoksida yang lebih kuat daripada unsur
lain yang manapun dalam keadaan normalnya. Baik flour maupun klor membantu
reaksi pembakaran dengan cara yang seperti oksigen. Hidrogen dan logam-logam
aktif terbakar dalam salah satu gas itu dengan membebaskan panas dan cahaya.
Reaktivitas flour yang lebih besar
dibandingkan klor, terungkap oleh fakta bahwa bahan-bahan yang biasa,
termasuk kayu dan beberapa plastik, akan menyala dalam atmosfer flour, bahkan
asbes yang tahan api terbakar dalam
flour. Beberapa gas mulia bergabung dengan flour membentuk senyawa kovalen yang
stabil.[6]
Flour
paling reaktif secara kmia dari sekalian unsure dan
segera bergabung pada suhu biasa atau suhu tinggi dengan
semua unsure selain O2,
He, Ne, Kr seringkali sangat kuat. Flour juga menyerang banyak senyawaan dan
memecahkannya menjadi flourida yang merupakan bahan organik yang sangat mudah menyala dan terbakar.
Klor adalah gas yang kehijauan, klor melarut sedang dalam air dan sanga
bereaksi. Brom terdapat sebagai bromida dalam jumlah yang cukup lebih kecil
dari klorida. Brom diperoleh dari air laut yang disapu dengan aliran udara.
Brom adalah cairan kental, mudah bergerak, berwarna merah tua pada suhu kamar
dan melarut sedang dalam air. Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut dan
sebagai iodat dalam gas chili
(guano). Iod adalah padatan hitam dengan sedikit kilap logam.[7]
Fluorin
unsur diproduksi dari hidrogen flourida melalui suatu metode yang serupa dengan
metode yang digunakan oleh Moissan- elektrolisis lelehan kalium hidrogen
flourida (KF-2HF) yaitu larutan KF dalam cairan HF. Dalam larutan ion F-bersosiasi
kuat dengan HF membentuk FHF- (ion hidrogen diflourida) yakni
spesies yang benar-benar kehilangan elektronnya:[8]
FHF- F2(g) + H+ + 2e-
(anode, oksidasi)
2H+
+2e- H2 (g) (katoda, reduksi)
2 HF H+
+ FHF- F2
(g) + H2 (g)
Begitu banyak cara untuk menggolongkan
halida, karena terdapat berbagai jenis halida. Halida biner bisa membentuk
tatanan tidak terhingga dari molekul-molekul
sederhana atau kompleks. Senyawa halida jenis lain meliputi oksida seperti VOCl3,
haida hidroksi, halida organo, dan sebagainya. Interaksi langsung unsur-unsur
dengan halogen biasanya untuk kebanyakan unsur halogen digunakan HF, HCl, HBr
bisa juga untuk logam-logam. Flourinasi langsung biasanya menghasilkan flourida
dalam keadaan oksidasi lebih tinggi. Kebanyakan logam dan non
logam bereaksi sangat kuat dengan F2. Bagi pembentukan cepat dalam
reaksi kering dari klorida, bromida, dan iodida biasanya diperlukan suhu yang
tinggi. Bagi logam, reaksi dengan Cl2 dan Br2 bisa jadi
lebih cepat bila sebagai medium reaksi digunakan tetrahidrofuran atau beberapa
eter lainya.[9]
Lampu halogen adakan sebuah lampu
pijar dimana sebuah filamen wolfram disegel di dalam sampul transparan kompak
yang diisi dengan gas lembam dan sedikit unsur halogen seperti iodin atau
bromin. Putaran halogen menambah umur dari bola lampu dan mencegah penggelapan
kaca sampul dengan mengangkat serbuk wolfram dari bola lampu bagian dalam
kembali ke filamen. Lampu halogen dapat mengoperasikan filamennya pada suhu
yang lebih tinggi dari lampu pijar biasa tanpa pengurangan umur. Lampu ini
memberikan efisiensi yang lebih tinggi dari lampu pijar biasa (10-30 lm/W), dan
juga memancarkan cahaya dengan suhu warna yang lebih tinggi[10].
Fungsi dari halogen dalam lampu adalah untuk membalik
reaksi kimia penguapan wolfram dari filamen. Pada lampu pijar biasa, serbuk
wolfram biasanya ditimbun pada bola lampu. Putaran halogen menjaga bola lampu
bersih dan keluaran cahaya tetap konstan hampir seumur hidup. Pada suhu sedang,
halogen bereaksi dengan wolfram yang menguap, halida wolfram(V) bromin yang
terbentuk dibawa berputar oleh pengisi gas lembam. Pada suatu saat ini akan
mencapai daerah bersuhu tinggi (filamen yang memijar), dimana ini akan
berpisah, melepaskan wolfram dan membebaskan halogen untuk mengulangi proses.
Untuk membuat reaksi tersebut, suhu keseluruhan bola lampu harus lebih tinggi
daripada lampu pijar biasa. Bola lampu harus dibuat dari kuarsa leburan atau
gelas dengan titik lebur tingi seperti alumina. Karena gelas kuarsa sangat
kuat, tekanan gas dapat ditingkatkan, sehingga mengurangi laju penguapan dari
filamen, memungkinkan untuk beroperasi pada suhu yang lebih tinggi untuk umur
yang sama, sehingga menambah efisiensi dan keluaran cahaya. Wolfram yang
diuapkan dari bagian filamen yang lebih panas tidak selalu dikembalikan pada
tempatnya semula, jadi bagian tertentu dari filamen menjadi sangat tipis dan
akhirnya gagal. Regenerasi juga mungkin dilakukan dengan fluorin, tetapi reaksi
kimianya terlalu kuat sehingga bagian lain dari bola lampu ikut direaksikan.[11]
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A.
Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal :
Kamis/
15 Mei 2014
Pukul
: 07.30-10.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Sains dan
Teknologi Uin Alauddin Makassar.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang
digunakan pada percobaan ini yaitu Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia 100 mL dan 250 mL, tabung reaksi, bunsen,
pipet tetes, rak tabung, pinset, gegep, dan botol semprot.
2.
Bahan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu aquadest
(H2O), fluoresein, fluoresein-KBr, kalium iodida (KI), kertas
saring, natrium bromida (NaBr), natrium klorida (NaCl), perak nitrat (AgNO3),
timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2), dan tissue.
|
C.
|
Prosedur
kerja dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.
Uji
halogen bebas
a.
Merendam masing-masing kertas saring dengan
larutan flouresein dan flouresein-KBr.
b.
Mengeringkan kertas saring tersebut.
c.
Menetesi larutan NaCl, Br2
dan KI2.
d.
Memperhatikan perubahan warna yang
terjadi.
2.
Penentuan
garam halida
a.
Kedalam
tabung reaksi yang berisi natrium klorida (NaCl), menambahkan tetes demi tetes
larutan perak nitrat (AgNO3).
b.
Kedalam
tabung reaksi yang berisi natrium klorida (NaCl), menambahkan tetes demi tetes
larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2), kemudian
memanaskan.
c.
Kedalam
tabung reaksi yang berisi natrium bromida (NaBr), menambahkan tetes demi tetes
larutan perak nitrat (AgNO3).
d.
Kedalam
tabung reaksi yang berisi natrium bromida (NaBr), menambahkan tetes demi tetes
larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2).
e.
Kedalam
tabung reaksi yang berisi kalium iodida (KI), menambahkan tetes demi tetes
larutan perak nitrat (AgNO3).
f.
Kedalam
tabung reaksi yang berisi kalium iodida (KI), menambahkan tetes demi tetes
larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2).
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada percobaan ini dapat dilihat pada
table berikut:
1. Uji
halogen bebas
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
Keterangan
|
Gambar
|
||
1
|
Kertas flouresein + NaCl
|
berwarna biru
|
(-)
|
|||
2
|
Kertas flouresein + NaBr
|
berwarna biru pudar
|
(-)
|
|||
3
|
Kertas flouresein + KI
|
berwarna merah
|
(+)
|
|||
4
|
Kertas flouresein-KBr + NaCl
|
berwarna biru
|
(-)
|
|||
5
|
Kertas flouresein-KBr + NaBr
|
berwarna biru
|
(-)
|
|||
6
|
Kertas flouresein-KBr + KI
|
|
(+)
|
2. Uji
pembentukan garam halida
No
|
Perlakuan
|
Hasil pengamatan
|
Keterangan
|
Gambar
|
|
1
|
NaCl + AgNO3
|
larutan berwarna keruh kebiruan
|
(-)
|
||
2
|
NaCl + Pb(NO3)2
|
larutan sedikit keruh (sebelum pemanasan)
|
(-)
|
||
larutan bening
(setelah pemanasan)
|
(-)
|
||||
3
|
NaBr + AgNO3
|
larutan keruh
|
(-)
|
||
4
|
NaBr + Pb(NO3)2
|
laurtan keruh
|
(-)
|
||
5
|
KI + AgNO3
|
larutan putih
|
(-)
|
||
6
|
KI + Pb(NO3)2
|
Larutan kuning
|
(+)
|
B.
|
Reaksi yang
terbentuk dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.
NaCl
+ AgNO3
AgCl + NaNO3
2.
2NaCl
+ Pb(NO3)2 PbCl2 + 2NaNO3
3.
NaBr
+ AgNO3 AgBr +
NaNO3
4.
2NaBr
+ Pb(NO3)2 PbBr2 + 2NaNO3
5.
KI
+ AgNO3 AgI
+ KNO3
6.
2KI
+ Pb(NO3)2 PbI2 + 2KNO3
C.
Pembahasan
Halogen merupakan
golongan VIIA pada unsur periodik yang
terdiri dari F, Cl, Br, I dan At. Percobaan yang pertama dilakukan
uji halogen bebas dengan fluoresein ataupun
flouresin-KBr dimana reaksi akan memberikan warna merah pada kertas fluoresein
yang menandakan positif. fluoresein ataupun flouresin-KBr berfungsi sebagai
penguji. Merendaman kertas saring dalam larutan fluoresein dan
fluoresein-KBr. Perendaman dilakukan sebanyak satu kali untuk masing-masing larutan
dengan kertas saring berfungsi
sebagai wadah penotolan, digunakan dua kertas saring kertas
saring yang satu direndam
dengan fluoresin dan kertas saring yang satunya lagi direndam
dengan menggunakan fluoresin KBr, adapun fungsi dari perendaman
ini adalah untuk membandingkan warna
larutan yang terbentuk.
Larutan yang digunakan yaitu natrium klorida (NaCl), natrium bromida (NaBr)
dan kalium iodida (KI) untuk ditotolkan pada kedua kertas saring tersebut, yang
berfungsi untuk mengetahui kandungan fluorin, bromin, dan iodin pada larutan.
Saat penambahan larutan kalium iodida (KI) pada kertas
saring fluoresein dan fluoresein-KBr positif mengandung iodin karena terbentuk
warna merah pada kertas saring, sedangakan pada penambahan larutan natrium
klorida (NaCl) pada kertas saring fluoresein dan fluoresein-KBr negatif tidak
mengandung klorin karena terbentuk warna biru dan pada penambahan larutan
natrium bromida (NaBr) pada kertas saring fluoresein dan fluoresein-KBr negatif
tidak mengandung bromin karena terbentuk warna biru.
Percobaan kedua yaitu pembentukan garam halida digunakan
beberapa asam halida sebagai reaktan atau sebagai pereaksi. Pertama-tama perak nitrat (AgNO3)
direaksikan dengan natrium klorida (NaCl)
menghasilkan larutan berwarna
keruh kebiruan dan tidak terdapat endapan, hal ini tidak sesuai dengan teori
dimana reaksi antara klorida dan perak akan menghasilkan
endapan perak klorida, penambahan
timbal nitrat (Pb(NO3)2) dengan natrium klorida (NaCl) menghasilkan larutan
berwarna sedikit keruh sebelum dipanaskan dan berwarna bening setelah dipanaskan hal ini
tidak sesuai
dengan teori dimana reaksi antara timbal dan klorida akan menghasilkan endapan
putih. Penambahan
perak nitrat (AgNO3) dengan
larutan natrium bromida (NaBr) menghasilkan larutan keruh dan tidak terbentuk endapan, hal ini tidak sesuai
dengan teori dimana reaksi perak dengan larutan bromida akan membentuk endapan.
Penambahan
timbal nitrat (Pb(NO3)2) dengan larutan natrium bromida (NaBr)
menghasilkan larutan keruh dan
tidak terbentuk endapan.
Penambahan perak nitrat
(AgNO3) dengan
larutan kalium iodida (KI) menghasilkan larutan berwarna putih dan tidak terbentuk endapan, hal ini tidak sesuai
dengan teori dimana seharusnya perak iodida (AgI) menghasilkan endapan yang
berwarna kuning dan pada saat penambahan timbal nitrat (Pb(NO3)2)
pada larutan kalium iodida (KI) menghasilkan larutan berwarna kuning dan
terdapat endapan kuning akibat terbentuknya timbal iodida (PbI2), hasil yang diperoleh ini sudah sesuai
dengan teori dimana timbal iodida (PbI2) berupa endapan kuning.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.
Halogen bebas dapat dideteksi dengan
kertas fluoresein dimana
kalium iodida (KI) membentuk warna merah dan pada fluoresin KBr membentuk warna merah.
2.
Reaksi natrium klorida (NaCl) dengan
perak nitrat (AgNO3) menghasilkan larutan berwarna keruh kebiruan, reaksi natrium klorida (NaCl) dengan
timbal nitrat (Pb(NO3)2) yang dipanaskan menghasilkan
larutan berwarna bening. Reaksi
natrium bromida (NaBr) dengan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan
larutan keruh,
reaksi natrium bromida (NaBr) dengan
timbal nitrat (Pb(NO3)2) menghasilkan larutan keruh. Reaksi
kalium iodida (KI) dengan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan larutan
berwarna putih. Reaksi kalium iodida (KI) dengan timbal nitrat (Pb(NO3)2)
menghasilkan larutan berwarna kuning
dan memiliki endapan.
B. Saran
Saran
yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan uji sifat
pada golongan VIII A (gas mulia) untuk membedakan sifat dari golongan VII A
(halogen).
|
||||
|
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert. Kimia Anorganik
Dasar,
terj. Sahati Suharto. Jakarta:
UI-Press, 2007.
”Halogen” Wikipedia Ensiklopedia
Bebas http://id.wikipedia.org
/w/index (16 Mei 2014).
Kagaku, Muki,
Kimia Anorganik, terj. Taro Saito. Tokyo:
Iwanami Publishing Company, 1996
Keenan, dkk, Kimia
untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1984.
“Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia
Bebas http://id.wikipedia.org
/w/index (16 Mei 2014).
“Prinsip operasi
Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia
Bebas http://id.wikipedia.org
/w/index (16 Mei 2014).
Oxtoby, David W., Kimia Modern. Jakarta:
Erlangga, 2003.
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Pengujian Halogen”
yang disusun oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten
dan dinyatakan diterima.
Samata, Mei 2014
Koordinator Asisten
Asisten
Nur Amalia P. Muh. Tasjiddin Teheni S.Si
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Syamsidar HS, S.T., M.Si
NIP: 19760330 200912 2 002
[1]Muki Kagaku, Kimia Anorganik, terj. Taro Saito (Tokyo: Iwanami Publishing
Company, 1996), h. 93.
[2]Keenan,
dkk, Kimia untuk Universitas (Jakarta:
Erlangga, 1984), h. 228
[4]David
W. Oxtoby, Kimia Modern (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 246.
[5]Keenan,
dkk, Kimia untuk Universitas, h. 228.
[6]Keenan,
dkk, Kimia untuk Universitas, h. 229.
[7]F. Albert Cotton dan Geoffrey Wilkinson,
Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati
Suharto (Jakarta: UI-Press, 2007), h. 274-275.
[9]F.
Albert Cotton dan Geoffrey Wilkinson, Basic
Inorganic Chemistry, terj. Sahati Suharto,
Kimia Anorganik Dasar, h. 375.
[11]“Prinsip
operasi Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org
/w/index (16 Mei 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar