Sabtu, 12 Desember 2015

Laporan Pengujian Halogen


Pengujian Halogen




AB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
            Asal kata halogen berasal dari bahasa Yunani yang berarti produksi garam dengan reaksi langsung dengan logam, karena kereaktifannya yang sangat tinggi, halogen ditemukan di alam hanya dalam bentuk senyawa. Konfigurasi elektron halogen adalah ns2np5, dan halogen kekurangan satu elektron untuk membentuk struktur gas muliayang merupakan kulit tertutup, jadi atom halogen mengeluarkan energi bila menangkap satu elektron. Jadi, perubahan entalpi reaksi X(g) + e → X-(g) bernilai negatif. Walaupun afinitas elektron didefinisikan sebagai perubahan energi penangkapan elektron, tanda positif biasanya digunakan, agar konsisten dengan perubahan entalpi, sebenarnya tanda negatif yang lebih tepat.[1]
1
 
            Empat  dari unsur dalam grup VIIA, flour, brom dan iod dikenal sebagai unsur keluarga halogen bahkan sebelum ada perumusan teori yang mengelompokkan bersama-sama pada tabel berkala. Selain kempat unsur VIIA yang umum, ada pula sebuah halogen yang langka, astatin yang dibuat pada tahun 1940 dengan eksperiment pemboman. Sejak itu, astatin telah ditemukan dalam alam, tetapi hanya dalam jumlah yang sangat sedikit sekali.[2] Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan percobaan ini untuk mengetahui sifat fisik dan kimia unsur halogen  serta pembentukan garam halida.

B.     Rumusan Masalah
   Rumusan masalah dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari unsur-unsur halogen?
2.      Bagaimana cara mengetahui pembentukan garam halida?

C.    Tujuan Percobaan
               Tujuan percobaan ini yaitu sebagai berikut:


1.      Untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari unsur-unsur halogen.
2.      Untuk mengetahui pembentukan garam halida?

D.    Manfaat Percobaan
        Manfaat percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari unsur-unsur halogen.
2.      Dapat mengetahui pembentukan garam halida?









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Halogen adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 17 (VII atau VIIA pada sistem lama) di tabel periodik. Kelompok ini terdiri dari: fluor (F), klor (Cl), brom (Br), yodium (I), astatin (At), dan unsur ununseptium (Uus) yang belum ditemukan. Halogen menandakan unsur-unsur yang menghasilkan garam jika bereaksi dengan logam. Istilah ini berasal dari istilah ilmiah bahasa Perancis dari abad ke-18 yang diadaptasi dari bahasa Yunani. Halogen juga merupakan golongan dengan keelektronegatifan tertinggi, jadi ia juga merupakan golongan paling non-logam. Ahli kimia Swedia Baron Jons Jakob Berzelius mengistilahkan "halogen" yang dibentuk dari kata-kata Yunani "garam" atau "laut", dan dari (gnomai), "membentuk" sehingga berarti "unsur yang membentuk garam". Halogen akan membentuk garam jika direaksikan dengan logam. Unsur-unsur halogen secaram alamiah berbentuk molekul dwiatom (misalnya Cl2). Mereka membutuhkan satu tambahan elektron untuk mengisi orbit elektron terluarnya, sehingga cenderung membentuk ion negatif bermuatan satu. Ion negatif ini disebut ion halida, dan garam yang terbentuk oleh ion ini disebut halida. Lampu halogen adalah lampu pijar berisi gas mulia yang dicampur dengan sedikit gas unsur halogen.[3]


3
 
 
            Unsur-unsur yang menyusun dua golongan utama terakhir dalam tabel berkala sangat berlawanan sifatnya. Halogen merupakan yang paling reaktif dari semua unsur dan ditemukan didaratan hanaya dalam kombinasi (senyawa) dengan unsur lain, kecuali oksigen, halogen adalah satu-satunya unsur yang tergolong sebagai zat pengoksida. Sebaliknya, gas mulia sangat tidak reaktif sehingga dijumpai di alam hanya dalam bentuk unsur.[4]
            Beberapa sifat fisika  yang penting dari halogen yaitu setiap sifat tertentu berubah dengan teratur dari satu unsur ke unsur berikutnya. Kenaikan titik leleh dan titik didih dengan bertambahnya nomor atom, dijelaskan dengan fakta bahwa molekul-molekul yang lebih besar, mempunyai gaya tarik-menarik van der waals yang lebih besar daripada yang dimiliki molekul-molekul yang labih kecil. Halogen mempunyai energi pengionan dan keelekktronegatifan yang paling tinggi dari keluarga unsur-unsur yang manapun, dari unsur grup VIIA, flourlah yang paling erat memegang elektron-elektronnya dan iod yang paling lemah.[5]
            Ada suatu penurunan yang teratur dalam  keaktifan kimia dari flour sampai iod sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungan dalam kekuatan mengoksidanya molekul flour yang beratom dua (diatom) F2 merupakan zat pengoksida yang lebih kuat daripada unsur lain yang manapun dalam keadaan normalnya. Baik flour maupun klor membantu reaksi pembakaran dengan cara yang seperti oksigen. Hidrogen dan logam-logam aktif terbakar dalam salah satu gas itu dengan membebaskan panas dan cahaya. Reaktivitas flour yang lebih besar  dibandingkan klor, terungkap oleh fakta bahwa bahan-bahan yang biasa, termasuk kayu dan beberapa plastik, akan menyala dalam atmosfer flour, bahkan asbes yang tahan api  terbakar dalam flour. Beberapa gas mulia bergabung dengan flour membentuk senyawa kovalen yang stabil.[6]
            Flour paling reaktif secara kmia dari sekalian unsure dan segera bergabung pada suhu biasa atau suhu tinggi dengan semua unsure selain O2, He, Ne, Kr seringkali sangat kuat. Flour juga menyerang banyak senyawaan dan memecahkannya menjadi flourida yang merupakan bahan organik yang sangat mudah menyala dan terbakar. Klor adalah gas yang kehijauan, klor melarut sedang dalam air dan sanga bereaksi. Brom terdapat sebagai bromida dalam jumlah yang cukup lebih kecil dari klorida. Brom diperoleh dari air laut yang disapu dengan aliran udara. Brom adalah cairan kental, mudah bergerak, berwarna merah tua pada suhu kamar dan melarut sedang dalam air. Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut dan sebagai iodat dalam gas chili (guano). Iod adalah padatan hitam dengan sedikit kilap logam.[7]   
Fluorin unsur diproduksi dari hidrogen flourida melalui suatu metode yang serupa dengan metode yang digunakan oleh Moissan- elektrolisis lelehan kalium hidrogen flourida (KF-2HF) yaitu larutan KF dalam cairan HF. Dalam larutan ion F-bersosiasi kuat dengan HF membentuk FHF- (ion hidrogen diflourida) yakni spesies yang benar-benar kehilangan elektronnya:[8]

            FHF-                                 F2(g) + H+  + 2e-    (anode, oksidasi)
      2H+ +2e-                         H2 (g)                   (katoda, reduksi)
      2 HF                       H+ + FHF-                       F2 (g) + H2 (g)
Begitu banyak cara untuk menggolongkan halida, karena terdapat berbagai jenis halida. Halida biner bisa membentuk tatanan tidak terhingga dari      molekul-molekul sederhana atau kompleks. Senyawa halida jenis lain meliputi oksida seperti VOCl3, haida hidroksi, halida organo, dan sebagainya. Interaksi langsung unsur-unsur dengan halogen biasanya untuk kebanyakan unsur halogen digunakan HF, HCl, HBr bisa juga untuk logam-logam. Flourinasi langsung biasanya menghasilkan flourida dalam keadaan oksidasi lebih tinggi. Kebanyakan logam dan non logam bereaksi sangat kuat dengan F2. Bagi pembentukan cepat dalam reaksi kering dari klorida, bromida, dan iodida biasanya diperlukan suhu yang tinggi. Bagi logam, reaksi dengan Cl2 dan Br2 bisa jadi lebih cepat bila sebagai medium reaksi digunakan tetrahidrofuran atau beberapa eter lainya.[9]
            Lampu halogen adakan sebuah lampu pijar dimana sebuah filamen wolfram disegel di dalam sampul transparan kompak yang diisi dengan gas lembam dan sedikit unsur halogen seperti iodin atau bromin. Putaran halogen menambah umur dari bola lampu dan mencegah penggelapan kaca sampul dengan mengangkat serbuk wolfram dari bola lampu bagian dalam kembali ke filamen. Lampu halogen dapat mengoperasikan filamennya pada suhu yang lebih tinggi dari lampu pijar biasa tanpa pengurangan umur. Lampu ini memberikan efisiensi yang lebih tinggi dari lampu pijar biasa (10-30 lm/W), dan juga memancarkan cahaya dengan suhu warna yang lebih tinggi[10].
Fungsi dari halogen dalam lampu adalah untuk membalik reaksi kimia penguapan wolfram dari filamen. Pada lampu pijar biasa, serbuk wolfram biasanya ditimbun pada bola lampu. Putaran halogen menjaga bola lampu bersih dan keluaran cahaya tetap konstan hampir seumur hidup. Pada suhu sedang, halogen bereaksi dengan wolfram yang menguap, halida wolfram(V) bromin yang terbentuk dibawa berputar oleh pengisi gas lembam. Pada suatu saat ini akan mencapai daerah bersuhu tinggi (filamen yang memijar), dimana ini akan berpisah, melepaskan wolfram dan membebaskan halogen untuk mengulangi proses. Untuk membuat reaksi tersebut, suhu keseluruhan bola lampu harus lebih tinggi daripada lampu pijar biasa. Bola lampu harus dibuat dari kuarsa leburan atau gelas dengan titik lebur tingi seperti alumina. Karena gelas kuarsa sangat kuat, tekanan gas dapat ditingkatkan, sehingga mengurangi laju penguapan dari filamen, memungkinkan untuk beroperasi pada suhu yang lebih tinggi untuk umur yang sama, sehingga menambah efisiensi dan keluaran cahaya. Wolfram yang diuapkan dari bagian filamen yang lebih panas tidak selalu dikembalikan pada tempatnya semula, jadi bagian tertentu dari filamen menjadi sangat tipis dan akhirnya gagal. Regenerasi juga mungkin dilakukan dengan fluorin, tetapi reaksi kimianya terlalu kuat sehingga bagian lain dari bola lampu ikut direaksikan.[11]



BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal       :   Kamis/ 15 Mei 2014
Pukul                    :   07.30-10.00 WITA
Tempat                  : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Sains dan Teknologi Uin Alauddin Makassar.

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia 100 mL dan 250 mL, tabung reaksi, bunsen, pipet tetes, rak tabung, pinset, gegep, dan botol semprot.
2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquadest (H2O), fluoresein, fluoresein-KBr, kalium iodida (KI), kertas saring, natrium bromida (NaBr), natrium klorida (NaCl), perak nitrat (AgNO3), timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2), dan tissue.




8
 

 

C.     

 
Prosedur Kerja
            Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.      Uji halogen bebas
a.         Merendam masing-masing kertas saring dengan larutan flouresein dan flouresein-KBr.
b.        Mengeringkan kertas saring tersebut.
c.         Menetesi larutan NaCl, Br2 dan KI2.
d.        Memperhatikan perubahan warna yang terjadi.

2.      Penentuan garam halida
a.         Kedalam tabung reaksi yang berisi natrium klorida (NaCl), menambahkan tetes demi tetes larutan perak nitrat (AgNO3).
b.        Kedalam tabung reaksi yang berisi natrium klorida (NaCl), menambahkan tetes demi tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2), kemudian memanaskan.
c.         Kedalam tabung reaksi yang berisi natrium bromida (NaBr), menambahkan tetes demi tetes larutan perak nitrat (AgNO3).
d.        Kedalam tabung reaksi yang berisi natrium bromida (NaBr), menambahkan tetes demi tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2).
e.         Kedalam tabung reaksi yang berisi kalium iodida (KI), menambahkan tetes demi tetes larutan perak nitrat (AgNO3).
f.         Kedalam tabung reaksi yang berisi kalium iodida (KI), menambahkan tetes demi tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2).




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Pengamatan
               Hasil pengamatan pada percobaan ini dapat dilihat pada table berikut:
1.      Uji halogen bebas
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Keterangan
Gambar
1
Kertas flouresein + NaCl
berwarna biru
(-)
Description: DSC_0807.jpg
2
Kertas flouresein + NaBr
berwarna biru pudar
(-)
Description: DSC_0811.jpg
3
Kertas flouresein + KI
berwarna merah
(+)
Description: DSC_0810.jpg
4
Kertas flouresein-KBr + NaCl
berwarna biru
(-)
Description: DSC_0812.jpgDescription: DSC_0812.jpg
5
Kertas flouresein-KBr + NaBr
berwarna biru
(-)
Description: DSC_0809.jpg
6
Kertas flouresein-KBr + KI
10
 
berwarna merah
(+)
Description: DSC_0807.jpgDescription: DSC_0807.jpgDescription: DSC_0807.jpg
2.      Uji pembentukan garam halida
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
Keterangan
Gambar

1
NaCl + AgNO3
larutan berwarna keruh kebiruan
(-)
Description: DSC_0817.jpg
2
NaCl + Pb(NO3)2
larutan sedikit keruh (sebelum pemanasan)
(-)
Description: DSC_0814.jpgDescription: DSC_0814.jpg

larutan bening
(setelah pemanasan)
(-)
Description: DSC_0819.jpg

3
NaBr + AgNO3
larutan keruh
(-)
Description: DSC_0814.jpgDescription: DSC_0814.jpgDescription: DSC_0814.jpgDescription: DSC_0814.jpg

4
NaBr + Pb(NO3)2
laurtan keruh
(-)
Description: DSC_0813.jpgDescription: DSC_0813.jpg

5
KI + AgNO3
larutan putih
(-)
Description: DSC_0815.jpg

6
KI + Pb(NO3)2
Larutan kuning
(+)
Description: DSC_0816.jpg


 

B.    

 
Reaksi
         Reaksi yang terbentuk dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.      NaCl + AgNO3                     AgCl + NaNO3
2.      2NaCl + Pb(NO3)2                   PbCl2 + 2NaNO3
3.      NaBr + AgNO3                 AgBr + NaNO3
4.      2NaBr + Pb(NO3)2                      PbBr2 + 2NaNO3
5.      KI + AgNO3                   AgI + KNO3
6.      2KI + Pb(NO3)2                 PbI2 + 2KNO3
   


                   
                    


C.      Pembahasan
Halogen merupakan golongan  VIIA pada unsur periodik yang terdiri dari F, Cl, Br, I dan At. Percobaan yang pertama dilakukan uji halogen bebas dengan fluoresein ataupun flouresin-KBr dimana reaksi akan memberikan warna merah pada kertas fluoresein yang menandakan positif. fluoresein ataupun flouresin-KBr berfungsi sebagai penguji. Merendaman kertas saring dalam larutan fluoresein dan fluoresein-KBr. Perendaman dilakukan sebanyak satu kali untuk masing-masing larutan dengan kertas saring berfungsi sebagai wadah penotolan, digunakan dua kertas saring kertas saring yang satu direndam dengan fluoresin dan  kertas saring yang satunya lagi direndam dengan menggunakan fluoresin KBr, adapun fungsi dari perendaman ini adalah untuk membandingkan warna larutan yang terbentuk.
Larutan yang digunakan yaitu natrium klorida (NaCl), natrium bromida (NaBr) dan kalium iodida (KI) untuk ditotolkan pada kedua kertas saring tersebut, yang berfungsi untuk mengetahui kandungan fluorin, bromin, dan iodin pada larutan. Saat penambahan larutan kalium iodida (KI) pada kertas saring fluoresein dan fluoresein-KBr positif mengandung iodin karena terbentuk warna merah pada kertas saring, sedangakan pada penambahan larutan natrium klorida (NaCl) pada kertas saring fluoresein dan fluoresein-KBr negatif tidak mengandung klorin karena terbentuk warna biru dan pada penambahan larutan natrium bromida (NaBr) pada kertas saring fluoresein dan fluoresein-KBr negatif tidak mengandung bromin karena terbentuk warna biru.
Percobaan kedua yaitu pembentukan garam halida digunakan beberapa asam halida sebagai reaktan atau sebagai pereaksi. Pertama-tama perak nitrat (AgNO3) direaksikan dengan natrium klorida (NaCl) menghasilkan larutan berwarna keruh kebiruan dan tidak terdapat endapan, hal ini tidak sesuai dengan teori dimana reaksi antara klorida dan perak akan menghasilkan endapan perak klorida, penambahan timbal nitrat (Pb(NO3)2) dengan natrium klorida (NaCl) menghasilkan larutan  berwarna sedikit keruh sebelum dipanaskan  dan berwarna bening setelah dipanaskan hal ini tidak sesuai dengan teori dimana reaksi antara timbal dan klorida akan menghasilkan endapan putih. Penambahan perak nitrat (AgNO3) dengan larutan natrium bromida (NaBr) menghasilkan larutan keruh dan tidak terbentuk endapan, hal ini tidak sesuai dengan teori dimana reaksi perak dengan larutan bromida akan membentuk endapan. Penambahan timbal nitrat (Pb(NO3)2) dengan larutan natrium bromida (NaBr) menghasilkan larutan keruh dan tidak terbentuk endapan.
Penambahan perak nitrat (AgNO3) dengan larutan kalium iodida (KI) menghasilkan larutan berwarna putih dan tidak terbentuk endapan, hal ini tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya perak iodida (AgI) menghasilkan endapan yang berwarna kuning dan pada saat penambahan timbal nitrat (Pb(NO3)2) pada larutan kalium iodida (KI) menghasilkan larutan berwarna kuning dan terdapat endapan kuning akibat terbentuknya timbal iodida (PbI2), hasil yang diperoleh ini sudah sesuai dengan teori dimana timbal iodida (PbI2) berupa endapan kuning.




















BAB V
PENUTUP


A.    Kesimpulan
      Kesimpulan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.      Halogen bebas dapat dideteksi dengan kertas fluoresein dimana kalium iodida (KI) membentuk warna merah dan pada fluoresin KBr membentuk warna merah.
2.      Reaksi natrium klorida (NaCl) dengan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan larutan berwarna keruh kebiruan, reaksi natrium klorida (NaCl) dengan timbal nitrat (Pb(NO3)2) yang dipanaskan menghasilkan larutan berwarna bening. Reaksi natrium bromida (NaBr) dengan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan larutan keruh, reaksi natrium bromida (NaBr) dengan timbal nitrat (Pb(NO3)2) menghasilkan larutan keruh. Reaksi kalium iodida (KI) dengan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan larutan berwarna putih. Reaksi kalium iodida (KI) dengan timbal nitrat (Pb(NO3)2) menghasilkan larutan berwarna kuning dan memiliki endapan.
B.     Saran
            Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan uji sifat pada golongan VIII A (gas mulia) untuk membedakan sifat dari golongan VII A (halogen).







 


15
 
 

 

DAFTAR PUSTAKA


Cotton, F. Albert. Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati Suharto. Jakarta: UI-Press, 2007.

”Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
                         
Kagaku, Muki, Kimia Anorganik, terj. Taro Saito. Tokyo: Iwanami Publishing Company, 1996
Keenan, dkk, Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1984.

“Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).

 “Prinsip operasi Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).

Oxtoby, David W., Kimia Modern. Jakarta: Erlangga, 2003.













LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Pengujian Halogen” yang disusun oleh:
Nama               : Riskayanti
Nim                 : 60500112028
Kelompok       : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan diterima.
         Samata,         Mei  2014
Koordinator Asisten                                                             Asisten

Nur Amalia P.                                                                Muh. Tasjiddin Teheni S.Si

Mengetahui,
Dosen  Penanggung Jawab



Syamsidar HS, S.T., M.Si
NIP: 19760330 200912 2 002



[1]Muki Kagaku, Kimia Anorganik, terj. Taro Saito (Tokyo: Iwanami Publishing Company, 1996), h. 93.
[2]Keenan, dkk, Kimia untuk Universitas (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 228
[3]”Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
[4]David W. Oxtoby, Kimia Modern (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 246.
[5]Keenan, dkk, Kimia untuk Universitas, h. 228.
[6]Keenan, dkk, Kimia untuk Universitas, h. 229.
[7]F. Albert  Cotton dan Geoffrey Wilkinson, Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati Suharto (Jakarta: UI-Press, 2007), h. 274-275.
[8]David W. Oxtoby, Kimia Modern, h. 257.
[9]F. Albert Cotton dan Geoffrey Wilkinson, Basic Inorganic Chemistry, terj. Sahati Suharto,  Kimia Anorganik Dasar, h. 375.
[10]“Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
[11]“Prinsip operasi Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar